Sebuah Orkestra dan Puzzle Bernama Persebaya

Foto: m2eradio.com
Iklan

Dalam dua hari ini, koran Jawa Pos memasang banner besar di halaman olahraganya. Pertama “Rugi Besar Sepakbola Indonesia tanpa Persebaya”. Disusul hari berikutnya tepat di hari kemerdekaan Indonesia, “Hadirnya Persebaya Gairahkan Kompetisi Tanah Air”. Dua banner yang dipasang Jawa Pos adalah teaser/iklan halaman yang akan memuat laporan khusus tentang Persebaya dan Bonek.

Secara perlahan tahapan demi tahapan untuk kebangkitan Persebaya mulai nampak. Di sebuah pertemuan dengan Bonek beberapa hari yang lalu, pemilik klub internal Persebaya yang juga legenda nasional Ferril R Hattu memberikan ilustrasi menarik tentang Persebaya. Menurutnya, Persebaya adalah sebuah orkestra dan puzzle.

Orkestra memiliki puluhan bahkan ratusan instrumen alat musik. Semua punya kontribusi masing-masing dan berjalan seirama. Tidak mesti harus berbunyi bersama tetapi suatu saat akan saling mengisi sesuai notasi atau kord musik yang dimainkan. Tidak ada yang paling utama. Semua adalah satu kesatuan.

Orkestra akan terlihat dan terdengar merdu justru karena semuanya kolosal dan besar. Akan tetapi keluar dalam satu kesatuan utuh yang membuat setiap pendengar dan penonton memberikan standing applause saat sebuah komposisi musik berakhir.

Iklan

Bongkar pasang adalah kata lain dari puzzle. Level puzzle juga punya tingkat kerumitan dan tantangan. Level anak seusia PAUD tentu berbeda dengan level SMA atau Mahasiswa. Persebaya adalah sebuah puzzle yang jauh di atas level sekolah atau kuliah. Puzzle Persebaya adalah kelas sebuah perusahaan konglomerat dan bahkan sebuah level kehidupan itu sendiri. Kompleks dan rumit.

Rancang bangun Persebaya belumlah sempurna. Beberapa kali sudah dibongkar pasang untuk menemukan format yang pas. Tahun berganti tahun, orang yang memainkan puzzle juga berubah. Semua berusaha menuju kesempurnaan. Bahkan ada yang bermain tapi malah membuat susunan yang hampir rapi menjadi berantakan. Namun, itu dulu.

BACA:  Orde Baru, Ingatan, Visualitas Bonek, dan Agama Baru

Ferril menggambarkan saat ini Persebaya sudah sedikit terlihat bentuknya. Tinggal beberapa keping saja yang harus ditempatkan tepat pada posisinya. Dibutuhkan satu pemikiran positif dan kebersamaan semua pemainnya. Tidak ada yang bisa lebih merasa mampu menyelesaikannya ataupun berandil besar. Semua sama sesuai porsi dan keahliannya. Kebersamaan dan gotong royong adalah kunci. Ini Surabaya.

Beberapa langkah ke depan sudah mulai dirancang para pemain orkestra. Di Jawa Pos hari ini (17/8), Champ Pengkey, Ketua Koperasi Surya Abadi Persebaya (KSAP) menyatakan akan segera menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) minggu depan. Tujuannya untuk menyelesaikan permasalahan komposisi saham PT Persebaya Indonesia (PI). Di mana Cholid Goromah akan menyerahkan 15 persen sahamnya ke koperasi. Juga tentang kepastian pengembalian saham milik Saleh Ismail Mukadar.

Sementara dari sisi Bonek juga ada perkembangan yang menarik. Menghadapi kongres PSSI 17 Oktober 2016 di Makasar, Bonek sudah bersiap diri. Perwakilan mereka bahkan sudah menemui pejabat Pelni Surabaya untuk berkoordinasi tentang angkutan kapal laut. Ini hal yang sangat positif. Melanjutkan kerjasama baik sebelumnya dengan PT KAI saat Bonek menuju Jakarta.

Salah satu hal menarik lainnya adalah beberapa kampanye positif digelar untuk masa depan Persebaya dan Bonek. Emosijiwaku.com sudah mulai mengkampanyekan “Bonek Seneng Seduluran”. Ini hal positif yang harus didukung semua pihak. Jika selama ini citra Bonek terkesan negatif, kampanye ini berusaha mengajak semua pihak memandang Bonek dari sisi yang berbeda. Rivalitas harus tetap ada meski hanya 90 menit di lapangan. Setelah itu semua kembali menjadi saudara.

Jonerly Simanjuntak, salah satu Bonek, mulai membuat kampanye tentang tiket pertandingan. Ini seperti kampanye massal “No Tickets No Game”. Joner sapaan akrabnya mengatakan ke depan tidak boleh lagi ada tiket suporter atau potongan khusus suporter. Semua sama sesuai harga yang dipatok panitia pertandingan. Panitia disarankan membuat banyak ticket box. Joner berharap manajemen panpel Persebaya mengurangi semua kebocoran tiket dengan berbagai cara.

BACA:  Bonek dan Persebaya, Kisah Cinta Paling Romantis

“Tujuannya memaksimalkan hasil penjualan tiket untuk membantu finansial klub,” tegas Joner di akun facebooknya.

Cak Kikil, juga Bonek, bahkan sudah mulai merencanakan membuat tribun stadion lebih berwarna. Khusus tribun selatan tempat mereka berdiri, Cak Kikil berharap akan semakin banyak perempuan dan anak-anak terlihat. Dia menyebutnya tribun keluarga. Mereka ingin menghapus citra negatif tribun yang kurang bersahabat dengan penonton perempuan dan anak-anak. Ini semua mereka lakukan untuk satu tujuan bahwa Persebaya untuk semua keluarga. Ke tribun adalah wisata keluarga di akhir pekan. Generasi bonek tidak boleh terputus. Mem-Persebaya-kan masyarakat di semua lapisan.

Masih banyak gerakan positif lain dari berbagai elemen yang ada. Inilah yang dikatakan sebuah orkestra dan puzzle dari sisi bonek. Seperti halnya pelangi yang kehilangan salah satu warna maka akan terasa kurang sempurna. Kita harus saling melengkapi satu sama lain. Saatnya menatap ke depan untuk kejayaan Persebaya.

Waktu untuk berkompetisi telah dekat. Kerinduan Bonek akan Persebaya tinggal selangkah lagi. Suporter lain pun pasti kangen dengan Bonek. Semua hal yang telah terjadi adalah pelajaran dan pengalaman berharga bagi Persebaya dan Bonek. Jika nanti sudah berkompetisi lagi, semua harus berani membuka lembaran baru. Bonek yang berbeda dalam arti positif harus terus dikampanyekan. Begitu juga dengan Persebaya. Harus lebih terorganisir secara baik dan sehat.

Indonesia, bersiaplah menyambut kedatangan salah satu pendiri PSSI, Persebaya.
Indonesia, bersiaplah karena Bonek akan kembali ke pelukan dan kehangatan sepakbolamu. (*)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display