Ruwet, Akses Jalan Satu-Satunya Jadi Lahan Parkir

Kendaraan penonton terparkir di Jalan Sawar. (Foto: Bonek Campus ITATS)
Iklan

EJ – Di balik gemerlapnya pertandingan di dalam stadion, ada persoalan yang harus diselesaikan panpel. Terutama masalah parkir yang menghambat arus penonton menuju Stadion Gelora Bung Tomo.

Menpora Imam Nahrowi dan Ketum PSSI Edy Rahmayadi sampai harus berjalan tiga kilometer lebih karena kendaraan roda empat dari arah Tol Romokalisari tidak bisa menembus Jalan Sawar, Pakal, Benowo, yang menjadi satu-satunya akses jalan menuju stadion.

Tidak adanya lahan parkir di samping stadion menyebabkan kendaraan-kendaraan para penonton ditempatkan di jalan tersebut. Jalan dengan lebar sekitar empat meter tersebut hampir dua per tiga badan jalannya dipakai sebagai lahan parkir. Apalagi jalan itu dipakai kendaraan dua arah. Akibatnya, akses jalan menjadi tertutup menyebabkan banyak penonton terhambat bahkan tidak bisa memasuki kawasan stadion.

Kondisi semakin parah saat pertandingan usai. Terjadi penumpukan aktivitas di Jalan Sawar. Penonton mengambil kendaraannya yang terparkir menyebabkan kemacetan luar biasa. Banyak yang mengaku terjebak kemacetan lebih dari dua jam.

Iklan

“Kecewa sama Panpel. Lahan parkir gak ada. Kenapa gak boleh parkir di sekitaran GBT? Akhire parkir nang tengah embong,” ujar Rizal Firmansyah, Bonek yang menonton pertandingan.

“Akses dalan mlebu GBT karo pintu masuk dibenahi. Opo’o Rek? Mosok mlebu metune kok koyok jange matek uyel-uyelan gak karuan,” kata Widodo.

“Kecewa karo panpel thok cak. Gara gara onok bus VVIP podo parkir tengah dalan. Garakno macet total. Sampek teko omah jam siji bengi. Sakjane mobil parkir dekat stadion kayak biasanya,” tutur Setiawan.

Panpel memang tidak menyediakan lahan parkir di kawasan stadion seperti pertandingan-pertandingan sebelumnya. Tujuannya awalnya untuk membuat kawasan steril hanya untuk penonton pertandingan. Namun, ekses negatifnya, para tukang parkir membuka lahan parkir di jalan raya.

Permasalahan parkir menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan dan dicari solusinya. Jangan sampai penggemar Persebaya yang sebetulnya ingin menonton pertandingan menjadi malas menonton karena ruwetnya akses jalan menuju stadion.

Pemkot Surabaya juga diharapkan mencari solusi memikirkan akses jalan ke stadion. Sejak berdiri, Stadion GBT memang tidak memiliki akses memadai. Kemacetan parah menjadi pemandangan setiap pertandingan big match Persebaya.

Penonton sebenarnya berharap menonton pertandingan dengan nyaman tanpa memikirkan hal-hal di luar pertandingan. Apalagi manajemen telah berjanji menciptakan suasana aman dan nyaman. Semoga janji itu bisa segera direalisasikan. (iwe)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display