Industri Bola, Tiket, dan Regenerasi

Iklan

Minggu, 19 Maret 2017, puluhan ribu Bonek suporter Persebaya tumplek blek di StadionGelora Bung Tomo. Baik itu yang di dalam stadion maupun yang tidak bisa masuk stadion. Animo luar biasa yang bisa menggambarkan betapa cintanya Bonek kepada Persebaya. Hampir empat tahun tidak ada pertandingan resmi. Kesetiaan bonek sudah pada level yang sangat tinggi. Yakini kebenarannya perjuangkan selamanya diterapkan betul dalam nyali dan hati seorang Bonek.

Dua minggu lagi, kompetisi Liga 2 akan diputar oleh operator PT Liga Indonesia Baru. Jadwal resmi belum juga dirilis. Tetapi draf rencana dari pemegang hak siar televisi sudah menyatakan akan memainkan atau menyiarkan pada Senin sampai Kamis. Kebijakan tersebut membuat bonek beraksi. Minggu, 2 April 2017, Bonek melakukan aksi menolak regulasi yang akan mengatur tentang jadwal main di hari kerja.

Aksi Bonek tersebut menjadi viral di media sosial bahwa masih ada perlawanan Bonek untuk kebijakan yang tidak memberi rasa adil kepada suporter. Suporter adalah bagian penting dari sepak bola itu sendiri. Sepak bola boleh menjadi suatu industri tetapi tidaklah untuk rakus. Bonek sudah mendukung kampanye no ticket no game dalam homecoming game. Jika pertandingan di hari kerja, Bonek yang mayoritas kelas pekerja akan susah. Bonek juga heran dengan tidak adanya pemberitaan sedikit pun aksi mereka dimuat di koran Jawa Pos yang notabene pemilik Persebaya. Ada apa gerangan ?

Belum berhenti disitu, kemarin 4 April 2017, manajemen Persebaya mengumumkan bahwa akan menjual tiket terusan. Tiket yang dinamakan Fans dan Super Fans. Tiket Fans seharga Rp 200.000 untuk tujuh pertandingan home dan Rp 750.000 VIP dengan bonus jersey original. Secara nominal harga tiket terusan memang lebih murah untuk kelas pekerja. Tetapi dengan jadwal liga yang kemungkinan besar akan bermain di weekdays akan sangat sulit untuk bisa menonton ke stadion.

Iklan
BACA:  Selamat Datang Kembali, Persebaya!

Tiket on the spot yang seharga Rp.50.000 ini juga masalah yang sangatlah besar. Memang mengurus sepakbola membutuhkan modal besar. Tetapi tiket hanyalah satu faktor untuk membiayainya. Ketahuilah bahwa puluhan ribu bonek yang membanjiri GBT bukan hanya dari Surabaya. Ribuan bonek datang dari luar kota dan pulau. Kelas mereka bermacam-macam dan sangat banyak yang masih kelas pelajar atau mahasiswa yang belum berpenghasilan. Suporter bukan Customer begitu slogan terkenal hubungan suporter dengan klub.

Terkesan ada pemaksaan untuk pembelian tiket terusan dengan harga tiket on the spot yang begitu mahal. Tanpa ada alternatif tiket untuk pelajar maupun anak. Bayangkan yang luar kota jika jadwal nanti banyak bermain di weekdays terus beli tiket terusan sudah pasti mereka akan absen. Juga banyak yang membeli tiket di hari pertandingan atau beberapa hari sebelumnya jika Bonek sudah terkumpul uangnya. Artinya untuk bisa beli yang tiket terusan masih sangatlah berat bagi yang bukan kelas pekerja.

Jawa Pos sebagai pemiliknya melalui lembar Deteksi sekarang Netizen adalah upaya untuk mempertahankan atau regenerasi pembaca koran manual. Kuncinya ada di kata regenerasi. Nah begitupula dengan Bonek. Masa depan suporter Persebaya ada pada Bonek pelajar dan anak-anak saat ini. Berilah mereka harga tiket yang wajar untuk kelas mereka. Presiden klub pernah mengatakan akan mengelola Persebaya untuk jangka panjang. Jangka panjang ini juga terkait dengan regenerasi bonek sebagai bagian tak terpisah dari Persebaya.

BACA:  APPI Elitis, Saatnya Pesepak Bola Bentuk Serikat Pekerja Independen

From father to son. Slogan lain dimana seorang bapak mengenalkan sepakbola (Persebaya) pada anak-anaknya. Ini juga regenerasi yang selalu Bonek lakukan. Persebaya harus mengetahui ini. Jadi kenapa perlu adanya tiket kelas anak atau pelajar adalah juga untuk masa depan Persebaya sendiri jika tidak akan kehilangan dukungan dari generasi muda.

Pedagang pasar tradisional punya prinsip bisa menjual lebih banyak dagangannya dengan margin keuntungan lebih sedikit. Daripada margin keuntungan banyak barang terjual sedikit dengan sisa barang busuk. Keuntungan masih lebih masuk akal dan lebih besar.

Suara Bonek sudah sangat keras memberi kritikan dan masukan. Belum ada keterangan resmi via koran Jawa Pos ataupun perwakilan manajemen di media sosial terkait tiket. Berharap undangan bonek untuk rapat akbar kepada manajemen secepatnya terlaksana. Masih ada waktu sebelum kompetisi dimulai. Persebaya tanpa Bonek hambar begitu pula sebaliknya. Tetapi harap diingat Bonek (pernah) bisa hidup tanpa Persebaya tetapi selalu memperjuangkan Persebaya.

Sambil menunggu rilis jadwal Liga 2 yang rencananya akan dilakukan pada Jumat 7 April 2017 sebaiknya ada konsolidasi yang baik antara manajemen dengan Bonek. Semua cinta Persebaya. Satukan langkah untuk kebanggaan dan prestasi Persebaya.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display