Adaptasi Taktik Ahmad Rosyidin Berbuah Satu Poin di Kandang PSIM

Ahamad Rosyidin memberi instruksi kepada Mardiono. Foto: Nova for EJ.
Iklan

EJ – Persebaya berhasil mencuri satu poin dalam lawatannya ke Bantul, Yogyakarta. Bermain di kandang sementara PSIM Jogja, Stadion Sultan Agung, Rendi Irwan dkk. mampu menampilkan permainan yang cukup baik sehingga bisa menahan gempuran Laskar Mataram. Sempat unggul lebih dulu melalui sepakan Rishadi Fauzi dari dalam kotak penalti pada menit ke-26, namun akhirnya Persebaya harus puas berbagi angka dengan tuan rumah setelah penyerang andalan PSIM, Engkus Kuswaha berhasil mencetak gol balasan pada menit ke-61.

Meski harus pulang dengan poin satu, namun kerja keras pemain-pemain Persebaya di atas lapangan sangat patut mendapat apresiasi. Bermain penuh tekanan di kandang lawan, caretaker Persebaya Ahmad Rosyidin mampu membuat anak asuhnya tampil tenang. Ketenangan memang menjadi salah satu faktor kunci Persebaya dalam mencuri satu poin dalam laga away ke Jogja, Kamis (18/5) kemarin. Walaupun secara permainan masih belum maksimal, namun Persebaya terus menunjukkan progress tim yang lebih baik, termasuk pada laga melawan PSIM kemarin.

Lini Tengah Persebaya Sukses Hentikan Suplai Bola ke Sayap PSIM

Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, PSIM langsung mengambil inisiatif serangan. Pada komposisi starting eleven, Laskar Mataram menurunkan tridente Rangga Muslim-Hendika Arga-Dicky Prayoga di belakang penyerang tunggal Engkus Kuswaha. Sedikit kejutan ada di lini tengah. Coach Erwan Hendarwanto ternyata memilih menduetkan Andi Dwi Kurniawan dengan Dimas Priambodo, alih-alih Raymond Tauntu dan Pratama Gilang yang biasanya mengisi spot double pivot di sektor tengah PSIM. Kemudian di lini belakang, Ayub Antoh kembali masuk starting eleven setelah disimpan pada laga melawan Madiun Putra. Jika dilihat komposisinya, Coach Erwan memang sudah menyiapkan strategi khusus untuk melawan Persebaya.

Iklan

Sementara itu, sang tamu Persebaya menurunkan starting eleven yang sama seperti saat mengalahkan Persepam MU pekan lalu. Don’t change the winning team. Mungkin inilah yang ada di benak Ahmad Rosyidin pada laga kemarin. Rishadi Fauzi tetap menjadi andalan sebagai juru gedor pertahanan lawan. Fauzi mendapat dukungan dari Kurniawan Karman, Rendi Irwan dan Mardiono. Di tengah, Misbakhus Solikin dan Sidik Saimima menjadi filter untuk menahan serangan cepat lawan. Sedangkan komposisi lini belakang tetap dipercayakan pada kuartet Abu Rizal “Rodeg”-Rachmat Latief-Andri Muliadi-Abdul Azis.

Adaptasi taktik untuk mengimbangi PSIM dilakukan sejak duel di lini tengah. Misbakhus Solikin yang biasanya agresif membantu serangan, diinstruksikan untuk bermain lebih ke dalam. Misba ditugaskan untuk membantu Sidik Saimima merusak suplai bola dari lini tengah PSIM menuju sektor sayap yang diisi Rangga dan Dicky. Saimima sendiri menjadi pemain paling sibuk di laga ini. Ia terlihat ada di mana-mana saat PSIM melancarkan serangan.

Kemudian, guna mengantisipasi agresifitas sayap-sayap PSIM, Ahmad Rosyidin meminta dua full back-nya, Abdul Azis dan Abu Rizal, untuk tidak terlalu naik saat membantu serangan. Alhasil, Rizal dan Azis pun bermain lebih statis sepanjang babak pertama. Taktik ini berjalan dengan baik karena Dicky Prayoga yang dibantu Ayub Antoh di sisi kiri Persebaya tidak banyak mendapatkan ruang. Sementara pertahanan berlapis di sisi kanan yang digalang Rizal Rodeg dan Kurniawan Karman mampu membendung permainan tricky Rangga Muslim. Meski dua full back Persebaya kerap kocar-kacir dieksploitasi sayap-sayap Laskar Mataram, namun duet center back mampu memberikan cover untuk mengamankan pertahanan Green Force. Bahkan, Misba pun juga turut turun jauh membantu pertahanan.

Sepanjang babak pertama, pemain-pemain Persabaya lebih banyak dikurung di sepertiga akhir pertahanan sendiri. Namun cerdiknya, pemain-pemain Persebaya lebih memilih berjibaku di sektor tengah daripada mengajak pemain-pemain PSIM berduel di area sayap. Taktik ini untuk menghindari kecepatan sayap-sayap Laskar Mataram yang memang lebih unggul. Taktik Persebaya yang lebih memilih menahan bola lebih lama daripada melancarkan serangan sporadis berbuah hasil di babak pertama. Permainan kombinasi Mardiono dan Rendi Irwan berhasil membuka ruang untuk Rishadi Fauzi. Dengan kekuatan fisiknya, Fauzi mampu mengontrol bola dan melepaskan tembakan terukur ke sisi kiri penjaga gawang PSIM, Tito Rama.

Pada paruh pertama, strategi high pressing Persebaya dan permainan bola bawah berhasil menahan serangan PSIM. Duet Misba-Saimima berhasil meredam dan menutup ruang gerak Andi Dwi Kurniawan dan Dimas Priambodo. Mandegnya suplai dari lini tengah PSIM memaksa Rangga Muslim dan Dicky Prayoga serta Hendika Arga lebih banyak menjemput bola. Akibatnya, sepanjang babak pertama pun Engkus Kuswaha seperti terisolasi sendirian di area penalti Persebaya.

Masih Kedodoran di Akhir Laga, Namun Ada Peningkatan Kualitas di Lini Belakang Persebaya

Mampu menahan gempuran Laskar Mataram selama 60 menit, namun lagi-lagi buruknya endurance pemain-pemain Persebaya membuat PSIM mampu memanfaatkan celah di lini belakang Green Force. Serangan bertubi-tubi PSIM berbuah manis ketika pada menit ke-61 Engkus Kuswaha mampu menyamakan skor. Melalui sebuah serangan cepat dari sisi kiri pertahanan Persebaya yang diinisiasi oleh Rangga Muslim, Engkus berhasil mengkonversi umpan mendatar yang dikirim oleh Rangga menjadi gol.

Gol balasan yang dicetak Engkus pun semakin meningkatkan intensitas serangan PSIM untuk membalikkan keadaan. Namun berkat kedisiplinan tinggi lini belakang Persebaya serta Dimas Galih yang kembali tampil gemilang, Laskar Mataram tak bisa menambah jumlah gol hingga akhir laga.

Sementara itu, satu gol yang diderita Persebaya di laga ini seolah menegaskan titik terlemah Bajul Ijo, yaitu lini belakang dimana gawang Persebaya sudah kemasukan 5 gol dalam 4 pertandingan. Lagi-lagi masalah stamina menjadi persoalan penting yang harus ditemukan solusinya. Bek-bek Persebaya seperti kehabisan bensin ketika masuk menit 70 keatas. Hal ini pun mampu dimanfaatkan oleh PSIM, namun beruntung mereka tak mampu mencetak gol tambahan.

Lini belakang Persebaya memang belum tampil maksimal kala jumpa PSIM. Namun jika dicermati, nampak ada progress peningkatan terutama usai menang atas Persepam MU pada pekan sebelumnya. Rachmat Latief yang kerap mendapat sorotan karena selalu tampil dibawah perform, pada laga kemarin mampu tampil cukup baik. Latief berhasil menyiasati kelemahannya dalam duel kecepatan dengan positioning yang tepat. Pada laga melawan PSIM kemarin, catatan statistik Latief sebenarnya sangat baik. Pemain bernomor punggung 88 itu mampu membuat 6 clearance dan memenangi 4 duel aerial. Sedangkan partnernya, Andri Muliadi, menjadi bek dengan rapor terbaik. Catatan Andri pada laga kemarin adalah 6 clearance, 2 tackles bersih dan mampu membuat satu intercep brilian ketika memotong umpan Rangga Muslim yang mengarah ke kotak penalti Persebaya.

Selain kerangka starting eleven yang sudah mulai terbentuk, peningkatan performa duet center back Latief-Andri tentu menjadi kabar yang menggembirakan. Kini, pekerjaan rumah berikutnya yang harus segera ditemukan solusinya adalah (lagi-lagi dan lagi) masalah stamina dan daya tahan pemain, terutama di pos bek kiri dimana pada laga kemarin Abdul Azis dicecar habis-habisan oleh Dicky dan Ayub Antoh. Persebaya masih memiliki satu partai tunda melawan PSBI Blitar, sebelum kompetisi break Ramadhan. Jika jadi digelar, laga melawan PSBI Blitar harus benar-benar dimanfaatkan oleh Persebaya untuk meraih poin penuh. Dengan progress permainan yang perlahan-lahan terus menunjukkan peningkatan, hal ini merupakan momentum bagi Persebaya untuk terus bermain baik. (*)

Penulis: Ervan Tria dan Faishal Rizky

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display