Menebak Gaya Main Persebaya di Tangan Alfredo Vera

Alfredo Vera. Foto: Joko Kristiono/EJ.
Iklan

EJ – Angel Alfredo Vera secara resmi telah diangkat menjadi pelatih baru Persebaya. Ekspektasi tinggi pun langsung dilayangkan kepada pelatih berkebangsaan Argentina tersebut. Track record Alfredo Vera yang tahun lalu mampu membawa Persipura menjuarai ajang Indonesia Soccer Championship A tentu menjadi alasan Persebaya menaruh asa kepada Vera. Namun di Persebaya, Vera akan menghadapi situasi yang sangat berbeda.

Memegang kendali atas tim muda Persebaya, Alfredo Vera dituntut untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada dalam skuad Bajul Ijo. Apalagi, di periode awal Liga 2 musim ini Persebaya tampil tidak terlalu mengesankan. Sejumlah persoalan terus menghantui Rendi Irwan cs. yang pada akhirnya membuat Persebaya tidak bisa tampil maksimal. Mulai dari masalah mental tim yang sempat terganggu, hingga persoalan stamina pemain yang dianggap sebagai penyebab buruknya penampilan Persebaya dalam empat laga terakhir. Selain masalah mental dan stamina, Vera pun juga harus bisa menemukan pola permainan yang pas untuk diterapkan di Persebaya.

Ketika mengambil alih posisi pelatih Persipura dari tangan Jafri Sastra pada gelaran Indonesia Soccer Championship A , Vera melakukan perubahan terkait taktik dan gaya main Mutiara Hitam. Ditangan Jafri Sastra, Persipura memainkan formasi baku 4-5-1 yang terbukti tidak ideal untuk Boaz Solossa dkk. Oleh Vera, skema dasar Persipura pun diubah menjadi 4-3-3 dengan memaksimalkan sayap-sayap muda Mutiara Hitam. Salah satu kejelian Vera adalah “menemukan” potensi dalam diri winger muda Osvaldo Haay. Secara mengejutkan, Osvaldo diplot sebagai pengisi posisi inti lini serang Persipura ketika kapten Boaz Solossa harus absen karena mengikuti pemusatan latihan timnas Indonesia untuk Piala AFF 2016.

Tak hanya mengubah lini depan menjadi lebih garang, Vera juga berhasil membenahi lini belakang Persipura. Vera mampu mengasah kemampuan bertahan Ruben Sanadi sehingga menjadi salah satu poros kekuatan Persipura di sektor kiri. Sebelum Vera masuk, Ruben dikenal sebagai sayap yang kelewat agresif. Oleh Vera, Ruben dipoles untuk bisa menyerang dan bertahan secara disiplin. Bersama Bhio Paulin, Richardo Salampessy dan Yustinus Pae, Ruben pun pengisi tim utama Persipura di sektor belakang.

Iklan

Berkaca pada apa yang sudah dilakukan Vera di Persipura, tak sedikit yang berharap pelatih asal Argentina itu akan melakukan hal yang sama pada skuad Persebaya. Secara tactical, ada peluang bagi Persebaya untuk bermain dengan game plan memaksimalkan serangan sayap. Apalagi, permainan sayap Persebaya menjadi lebih hidup pasca kedatangan Mardiono dan performa apik yang ditunjukkan oleh Kurniawan Karman.

BACA:  Comeback Spesial Persebaya yang Menghukum Persiba

Dalam dua pertandingan terakhir melawan Persepam MU dan PSIM Jogja, Persebaya terlihat nyaman bermain high pressing dan melakukan build up serangan balik cepat dari bawah. Selain itu, dua sayap Persebaya juga sangat dimaksimalkan dalam menekan lawan. Eksplosivitas Mardiono di sayap kiri dan determinasi Kurniawan Karman di sayap kanan dalam menyuplai bola ke Rishadi Fauzi menjadi salah satu kunci keberhasilan Persebaya yang sukses meraup empat poin dari dua laga terakhir sebelum break Ramadhan.

Secara perlahan, Persebaya sebenarnya mulai menemukan kerangka tim dalam formasi 4-2-3-1. Pemain-pemain pun mulai bisa menerjemahkan taktik high pressing. Pola permainan high pressing sendiri merupakan gaya sepakbola yang juga dianut oleh Alfredo Vera. Bedanya, Vera merupakan sosok pelatih yang gemar melakukan pressing sejak di area pertahanan lawan. Itu artinya, pemain depan pun dituntut untuk bisa menekan ruang gerak lawan. Kemudian, karena Vera adalah pelatih yang menggemari sepakbola menyerang, formasi inti Persebaya pun bisa diubah dari 4-2-3-1 menjadi 4-3-3, seperti yang terapkan ketika membesut Mutiara Hitam.

Materi pemain dalam skuad Persebaya pun sangat mendukung untuk bermain dengan pola 4-3-3. Hal ini karena Persebaya memiliki sejumlah pemain yang fasih beroperasi sebagai winger, macam Mardiono, Irfan Jaya dan Oktafianus Fernando. Mardiono terbukti bisa sangat baik dalam mengisi pos sayap kiri dalam pakem 4-2-3-1. Jika dimainkan dalam skema 4-3-3, kecepatan dan eksplosivitas Mardiono pun bisa sangat dimaksimalkan. Untuk posisi sayap kanan, Oktafianus “Ofan” Fernando bisa dikedepankan. Selain memiliki kecepatan, Ofan dikenal sebagai winger yang tricky. Kemampuannya dalam melewati lawan bisa sangat berguna untuk mendobrak pertahanan lawan. Sementara satu posisi penyerang tengah sudah hampir pasti milik Rishadi Fauzi.

Sedikit utak-atik pemain akan terjadi di lini tengah. Ketika menangani Persipura, Vera sangat mengandalkan kolaborasi Nelson Alom, Ricardo “Ricardinho” Almeida dan Imanuel Wanggai sebagai poros kekuatan di sektor tengah. Di Persebaya, jika memainkan tiga gelandang, Vera bisa menempatkan Sidik Saimima, Misbakhus Solikin serta Kurniawan Karman. Kapten Rendi Irwan pun bisa ditarik menjadi gelandang serang karena ia memiliki visi permainan dan umpan daerah yang sangat baik. Tapi yang perlu diingat, Persebaya belum pernah bermain dengan pola 4-3-3 dalam pertandingan resmi. Green Force pernah sekali menggunakan skema ini di masa pramusim, namun hasilnya tidak memuaskan. Jadi, Vera harus mempersiapkan semuanya dengan baik jika ingin mengaplikasikan formasi agresif ini di Persebaya.

BACA:  Respon Positif dan Ketenangan Hasilkan Tiga Poin di Madiun

Satu hal lagi yang sangat menarik untuk dinanti dari Vera’s effect di Persebaya adalah bagaimana Alfredo Vera bisa “menangani” lini belakang Bajul Ijo, khususnya di pos full back. Dari empat pertandingan yang sudah dilakoni Persebaya, lini belakang menjadi sektor yang paling disorot. Kebobolan lima gol dalam empat pertandingan sudah menjelaskan betapa rapuhnya tembok pertahanan Bajul Ijo. Problem terbesar ada di posisi full back, yang dalam dua pertandingan terakhir selalu ditempati oleh Abu Rizal dan Abdul Azis. Untuk pos bek kanan, Abu Rizal nampak mulai nyaman bermain di posisi ini meski ia bukan murni pemain belakang. Rizal yang memiliki VO2Max tertinggi di dalam tim sangat efektif dalam bertahanan dan membantu serangan. Hanya saja, ia harus meningkatkan kemampuan dalam me-marking lawan. Sementara Abdul Azis dikritik karena sering terlambat membantu pertahanan dan tidak memiliki daya tahan fisik yang bagus. Patut ditunggu bagaimana Vera bisa memaksimalkan potensi Azis, sebagaimana ia bisa mengasah kemampuan Ruben Sanadi sehingga bisa menempati posisi bek kiri dengan sangat baik.

Dengan pelatih yang menginginkan sepakbola menyerang, punggawa Green Force harus mampu beradaptasi dengan keinginan pelatih. Peningkatan stamina, daya tahan fisik serta kemampuan pemain dalam mengatur tempo permainan mutlak diperlukan. Apabila semua berjalan lancar dan pemain-pemain bisa menterjemahkan apa yang diinginkan Vera, Persebaya punya peluang untuk bangkit usai libur Ramadhan. Tapi yang harus diingat, Persebaya adalah Persebaya. Persebaya tidak bisa disamakan dengan tim lain. Alfredo Vera harus bisa membawa Persebaya bermain dengan cara Persebaya sendiri. Bienvenido! Selamat bertugas, Señor Alfredo Vera! (rvn)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display