Sudah Saatnya Persebaya Punya Stadion Sendiri

Iklan

Persebaya “terusir” dari kandangnya sendiri dan harus bermain di Sidoarjo. Demikian headline pemberitaan yang sedang menghangat di kalangan Bonek. Persebaya memang tidak bisa menggunakan kandangnya, Stadion GBT, untuk sementara waktu imbas dari perbaikan rumput usai digunakan dalam Anniversary Game.

Untuk tetap bisa menjalani latihan malam, Persebaya harus menggunakan Stadion Gelora Delta Sidoarjo (GDS). Stadion Gelora 10 November (G10N), Tambaksari, menurut informasi tak bisa digunakan untuk latihan malam karena lampu penerangan stadion bersejarah itu tidak memadai.

Sayangnya, perbaikan rumput ternyata memakan waktu lama. Manajer Persebaya, Chairul Basalamah, mengatakan jika perbaikan rumput dilaksanakan sampai lebaran. Imbasnya, Persebaya terancam tidak bisa menjamu Persatu di Stadion GBT dan harus memindahkannya ke GDS.

Persebaya juga tidak dapat menggunakan G10N karena stadion tersebut tidak boleh lagi digunakan untuk pertandingan kompetitif yang melibatkan banyak penonton. Apalagi stadion yang ada di samping Mess Persebaya sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Iklan

Saat Persebaya mengajukan ijin menggunakan stadion di Tambaksari tersebut sebagai venue kompetisi internal, Pemkot menolaknya. Jika kompetisi berskala kecil ditolak kemungkinan menggunakan stadion itu sebagai venue Liga 2 mengecil.

“Kami diberitahu bahwa lapangan diperbaiki hingga lebaran. Status kami sebagai penyewa menerima dan harus menaati hal itu,” ujar Chairul atas keputusan pindah venue.

Ya, Persebaya memang hanya sebagai penyewa. Yang berkuasa tentu Pemkot yang dilaksanakan Dispora sebagai pengelola. Sebagai penyewa, Persebaya harus nurut apa kata pengelola. Meski pemindahan venue akan membuat pendapatan berkurang, Persebaya tidak bisa berbuat banyak.

Ke depan, ini akan menjadi preseden buruk. Persebaya membutuhkan pendapatan besar untuk membiayai hidupnya. Apalagi tak ada dana APBD yang dipakai. Semua murni dari sponsor dan tiket.

BACA:  Persebaya, Kapan Sustainable?

Untuk itu, Persebaya harus mencari solusi agar tidak ada lagi kejadian seperti ini. Apa itu?

Persebaya harus dan wajib mempunyai stadion sendiri!

Layaknya klub professional, Persebaya harus mulai memikirkan stadionnya sendiri. Stadion bagi klub adalah aset. Dan jangan lupa, aset tersebut nilainya akan meningkat dari tahun ke tahun. Jika berkiblat ke sepak bola Eropa, hampir setiap klub di liga profesional mempunya stadion sendiri. Bahkan di Inggris, klub di liga paling bawah pun mempunyai stadion.

Banyak keuntungan yang didapat jika sebuah klub mempunyai stadion sendiri. Selain klub tersebut berkuasa penuh atas penggunaannya, nama stadion bisa dijual kepada sponsor. Bayern Munchen, Manchester City, atau Arsenal menjual nama stadionnya kepada sponsor dalam jangka waktu tertentu. Tentu uangnya bisa digunakan untuk membiayai pemasukan. Stadion juga bisa dipakai untuk kegiatan-kegiatan lain yang mendatangkan pendapatan. Misalnya sebagai tempat pernikahan yang bisa disewa. Pengelola Nou Camp, Barcelona, menyewakan stadion sebagai tempat pernikahan saat tidak ada aktivitas sepak bola. Ada juga pengelola yang menggelar tur stadion sebagai tempat wisata bola yang di dalamnya terdapat museum, toko merchandise, dll.

Mengapa Persebaya tidak melakukannya dan mulai memikirkan dari sekarang. Apalagi Persebaya dikelola Jawa Pos yang pernah membuat stadion basket.

Dulu, DBL Arena dibuat karena GOR Kertajaya sudah tidak memadai untuk digunakan sebagai venue kompetisi DBL. Akhirnya, Azrul Ananda sebagai komisioner DBL waktu itu, mempunyai ide membuat stadion basket di depan markas Jawa Pos, Graha Pena. Tak lebih dari setahun, dari 17 Desember 2007 hingga 26 Juli 2008, DBL Arena megah berdiri. Hingga hari ini, stadion berkapasitas 5.000 orang tersebut sering digunakan untuk kompetisi DBL dan even-even lain.

BACA:  Mengapa Otavio Dutra Tidak Layak Berkostum Persebaya

Dengan pengalaman itu, tentu mudah bagi Persebaya untuk membuat stadion. Tinggal nantinya mencari lahan yang tepat yang bisa dijangkau para pendukung Persebaya. Tidak seperti Stadion GBT yang sulit dijangkau karena akses jalan yang terbatas, stadion baru Persebaya nantinya wajib mempunyai akses jalan yang memadai. Tentu saja ada fasilitas parkir yang baik. Jika di tangan swasta, pembangunan stadion bisa direncanakan dengan baik dan matang.

Mengenai biaya, Persebaya bisa melibatkan sponsor dengan kompensasi. Perbankan juga pasti mau membantu pembiayaan karena potensi pendapatan yang besar di masa datang. Apalagi Azrul Ananda saat Anniversary Game mengatakan jika Persebaya tidak hanya berumur 90 tahun atau 100 tahun, namun untuk selamanya. Ditambah lagi gairah Bonek menonton pertandingan Persebaya semakin meningkat. Kesadaran Bonek membeli tiket juga sudah membaik. Jika digabungkan dengan pengelolaan yang profesional, maka masa depan Persebaya akan cerah.

Sebagai klub profesional, Persebaya harus total. Sudah saatnya Persebaya mandiri dan tidak tergantung kepada pihak lain. Karena hanya dengan itu, Persebaya bisa berdaulat penuh di kotanya sendiri. (*)

*) Opini ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab emosijiwaku.com.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display