Masalah-Masalah di Balik Kekalahan Persebaya

Ricky Kayame saat pertandingan melawan Kalteng Putra. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

“Kecewa, kecewa, dan kecewa”. Itulah kata yang dapat diungkapkan suporter Persebaya setelah melihat tim kebanggaannya kalah untuk pertama kalinya di kandang sendiri. Banyak faktor sebenarnya yang bisa dijadikan sebagai pemicu hingga evaluasi dari kekalahan tersebut. Sepakat atau tidak, permainan Persebaya saat menelan kekalahan memang bukan seperti biasanya bahkan sangat jauh dari biasanya. Opini pribadi saya sebagai salah satu pecinta dan pendukung Persebaya, membagi beberapa faktor mengapa permainan Persebaya menurun setiap pertandingan.

  1. Mental

Dimulai dari saat melawan Persigo Semeru FC di GBT ketika Persebaya menang dengan skor telak 4-0. Kemenangan tersebut mengubah mental dan sikap para pemain Persebaya. Target yang seakan-akan telah dicapai (karena menang besar melawan PSBS Biak dan Persigo Semeru FC) di GBT, menjadikan para pemain Persebaya sedikit meremehkan lawan di pertadingan selanjutnya. Memang, menang itu mengasyikkan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kemenangan dan momen tersebut dapat dijaga dan diulang kembali setiap pertandingan. Yang saya lihat, pemain Persebaya belum memiliki itu sehingga dengan mudahnya mental dan sikap bisa berubah setelah mendapatkan kemenangan yang besar.

  1. Strategi

Kualitas pemain Persebaya belum sepenuhnya merata karena adanya kekurangan pada sisi bek sayap. Abu Rizal Maulana memiliki posisi asli sebagai gelandang tetapi sudah sangat sering dimainkan sebagai bek kanan. Memang, pemilik nomor punggung 22 ini memiliki stamina yang sangat kuat tetapi pemain manapun yang tidak dimainkan pada posisi aslinya pasti akan ‘reluctant’ atau keberatan untuk bermain di posisi baru tersebut.

Untuk tim pelatih, cobalah memainkan Said Mardjan di posisi bek kanan. Dia memiliki tubuh yang kuat, tangguh, dan posisi aslinya memang bek sayap. Selain itu, beri kesempatan Abdul Azis dan Kurniawan Karman untuk bermain lagi.

Iklan

Sorotan saya juga tertuju pada lini tengah. Mengapa memainkan Sidik Saimima? Pemain ini sering kehilangan bola dan umpan-umpannya pun masih banyak yang gagal. Lini tengah seharusnya tetap berkomposisi dengan Misbakhus Solikhin, M.Hidayat, dan Abu Rizal Maulana. Dengan hadirnya Abu Rizal Maulana yang hampir bertipe sama seperti M.Hidayat yaitu Ball Winning Midfielder maka Misbakhus Solikhin bisa lebih bebas untuk mengatur dan membangun serangan (kinerja terbaik lini tengah menurut saya saat bertandang ke markan Madiun Putra).

Untuk posisi penyerang, saya tidak bisa berkomentar banyak karena sudah seyogyanya bahwa seorang penyerang harus memiliki insting untuk mencetak gol. Ricky Kayame dan Rishadi Fauzi? Mereka memiliki tipe bermain dan keunggulan yang berbeda. Saran saya, pasang Rishadi Fauzi kembali, dan beri waktu Ricky Kayame untuk menginstrospeksi diri.

  1. Hilangnya “The Sniper” Irfan Jaya

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemilik nomor punggung 41 ini adalah andalan baru dari Persebaya. Dia mampu menusuk dan mencetak gol. Namun tidak bermainnya Irfan Jaya terlihat sangat berpengaruh pada kreatifitas serangan. Dapat dilihat pada pertandingan melawan Kalteng Putra kemarin, jarang sekali terlihat tusukan-tusukan yang dilakukan oleh Oktafianus Fernando dan Rendi Irwan sebagai pemain sayap.

***

Kekalahan ini bukanlah akhir dari segalanya asal para pemain dan jajaran tim pelatih dengan cermat melakukan evaluasi. Permainan Persebaya sudah dipahami oleh lawan, masalah-masalah non teknis sering terjadi namun Bonek akan tetap setia mendukung Persebaya. Untuk Persebayaku, sudahi tangisan itu dan kembali ke jalur kemenangan. Jangan anti kritik! Renungkan!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display