Menikmati Kerinduan Rivalitas Klasik

Iklan

Jumat, 2 Maret 2018, di Bandung cuaca sedang mendung bersama pisang goreng, kopi, televisi dan menunggu pertandingan Persebaya vs Arema. Ibarat sebuah penantian, pertandingan yang berlabel Piala Gubernur Kaltim adalah sebuah kerinduan. Rindu yang sah-sah saja, karena kerinduan itu benar-benar kesunyian masing-masing orang. Kerinduan yang hari ini ingin segera dituntaskan hanya dengan menyaksikan pertandinganya derby Jatim: Persebaya vs Arema.

Kalimat di atas saya pakai untuk merumuskan kerinduan itu, bagaimanapun Persebaya dan kita “Bonek” sudah lama sekali tidak bertemu sang rival “Arema” , sebuah pertemuan yang “ tidak bisa” terjadi dalam beberapa tahun terakhir, dan ini harus terjadi walau hanya pada laga pramusim.

Status kedua tim memang berbeda untuk saat ini. Kita sebagai tim promosi, sedangkan Arema adalah tim yang prestasinya tidak bagus-bagus amat musim lalu. Semangat yang beda tentunya, apalagi memasuki musim 2018 kedua tim memiliki formula baru untuk saling menunjukan kualitas permainan.

Kalau di ingat-ingat, pertemuan Persebaya vs Arema terakhir terjadi pada 2010 pada saat kita kalah bertandang dengan skor 1-0. Jika pertemuan ini adalah penantian, maka sudah terhitung 8 tahun pertandingan Persebaya vs Arema tidak terjadi, terhitung lama juga. Dari lama penantian laga klasik itu juga Bonek dan Persebaya harus “prihatin” karena masa setelah itu Persebaya sedang diuji oleh federasi. Kemudian saat ini kita berstatus sebagai tim promosi yang sedang mulai lagi untuk kembali pada level tertinggi di Liga Indonesia.

Iklan
BACA:  Persebaya Ajari Martapura Bermain Sepak Bola di Surabaya

Hal yang memang aneh sepertinya telah saya alami, walaupun hanya bisa menonton pertandingan melalui televisi. Rasa penasaran dan tidak sabar menunggu laga itu mulai. Hal ini kemungkinan teman-teman Bonek seantero jagad dunia mengalami hal sama. Perasaan itu bagaikan analogi pada sebuah scene film Green Street Hooligan ketika undian FA cup yang mempertemukan Milwall vs West Ham. Itu kalau dilebih-lebihkan.

Melihat koran-koran dan media online pun sangat semangat pemberitaannya, ada yang membahas “pertandingan ini adalah momentum perdamaian suporter”, ada yang mengangap bahwa laga ini adalah laga derby Jatim sesungguhnya, bahkan salah satu koran di Malang menyebut bahwa ini adalah perang, walau itu mengandung provokasi dan tidak enak dibaca.

Antusiasme yang luar biasa ini juga dibarengi dengan acara-acara nonbar seperti yang diinformasikan oleh EJ melalui twitter.

BACA:  Perjuangan Kembalikan Persebaya Telah Usai, Saatnya Tertib di Jalanan

Setiap benak pecinta sepak bola pasti memiliki kenangan sebuah pertandingan. Laga ini memiliki banyak catatan dari mulai manis, asem, pahit rupa-rupa ketika mulai dari perjuangan untuk datang bertandang mendukung tim yang didukung baik Aremania ataupun Bonek. Iya kan? Ngaku saja.

Ketika menulis ini pertandingan sudah selesai dengan sangat menerima lapang dada bahwa hasil berpihak pada Arema. Walaupun kalah, saya akui saya sangat menikmati tontonan pertandingan ini. Laga ini saya anggap sebagai kangen-kangenan kedua tim saja, yang memang sejatinya status pertandingan ini adalah laga pramusim yang diadakan oleh pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Musim 2018 sebentar lagi akan dimulai, walaupun jadwal belum pasti dan ngaret. Namun laga Persebaya vs Arema akan menjadi penantian pasti. Kita akan megikuti perjalanan dua klub rivalitas klasik ini pada kompetisi Liga 1 Indonesia. Rivalitas itu sebenarnya hanya 90 menit selebihnya adalah pikir sendiri rek… Terima kasih semangat untuk Liga 1 kawan-kawan Bonek.

Persebaya Emosi Jiwaku!

*) Anfa Safitri, penulis adalah Bonek biasa yang berdomisili di Bandung

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display