Antara Kartolo, Seger Sutrisno, dan Rendi Irwan

Rendi Irwan (tengah). Foto: Etsha Magenta/EJ

Ludruk. Satu kata yang sudah cukup menggambarkan sebuah kesenian asli Jawa Timur. Jika ditambahi akhiran menjadi ludrukan bisa juga diartikan sebagai guyonan atau bersendau gurau. Salah satu legenda hidup ludruk adalah Kartolo. Seniman besar kelahiran Pasuruan ini sangat identik dengan ludruk. Sangat legendaris bersama Sapari, Basman, Ning Tini cs.

Ribuan kaset rekaman sudah dihasilkan oleh Kartolo cs. Siaran di radio kala itu (RRI) sangatlah ditunggu pendegarnya. Raut muka Kartolo sebelum berucap atau ngidung sudah bisa membuat orang tertawa. Minimal bisa tersenyum. Sangat lucu dengan kumisnya. Menghibur siapapun yang mendengar ataupun melihatnya. Jika sudah beraksi di panggung semua bisa tersentil dengan banyolan cerdasnya. Sikap kritiknya terhadap lingkungan sosialnya menjadi bahan lawakan yang sungguh sangat sayang untuk dilewatkan. Sekali-sekali carilah di YouTube atau kaset-kaset pita lawas tentang Kartolo cs. Buktikan sendiri.

“Selendang biru suwek ombo, ndang dondomono
Aku rabi ora milih sing ayu, senajan elek-elek pokoke pinter nyitak boto
Sing Penting Gotong Royong
Nyitak boto oleh rong ewu, bojoku sing kerjo aku sing turu”

Canda dan tawa bisa membuat suasana apapun menjadi lebih cair. Tak terkecuali di tim Persebaya saat tegang menjalani kompetisi yang panjang atau sebuah turnamen. Menurut cerita orang tua saya, dulu Persebaya mempunyai seorang pemain yang menghibur. Seger Sutrisno namanya. Pemain yang membawa Persebaya menjadi juara Perserikatan tahun 1988 adalah penghibur ulung. Ini diakui oleh beberapa pemain angkatannya. Maura Hally dan Muharrom Rusdiana mengakui jika Seger adalah pemain yang sangat lucu. Yongky Kastanja bahkan selalu dibuat terpingkal-pingkal oleh guyonan Seger. Bahkan ketiganya pernah merasakan jahilnya dikerjai Seger. Baik saat latihan maupun di mes pemain.

Jika di lapangan Persebaya mempunyai pemain berkarakter badboy seperti Yangky Kastanja, Chairil Anwar Ohorela di masanya, maka yang membuat tim segar mempunyai pemain seperti Seger Sutrisno. Saat ini karakter tersebut ada pada diri Rendi Irwan. Hebatnya lagi seorang Rendi juga menjadi kapten utama tim Green Force. Hampir semua personil di tim pernah merasakan “nakal”nya pemain bernomor 12 ini. Mulai pelatih, asisten pelatih, manajer, pemain, pemain magang, kitman, masseur, wartawan, bahkan bagian rumah tangga juga pernah dikerjai Rendi.

Selain berjiwa pemimpin di lapangan dan mempunyai teknik bermain bagus, Rendi memiliki seribu akal yang bisa menghibur teman-temannya. Pernah suatu waktu Mat Drai menjadi korbannya. Ada acara Persebaya di lantai 5 Jawa Pos saat itu. Oleh Rendi diinfokan bahwa acara akan diadakan di lantai 23. Mat Drai dengan percaya diri sampai lantai 23. Ternyata di atas sepi dan akhirnya dia turun kembali. Atau saat latihan di mana semua dilarang membawa makanan. Kantong celana Beny Sutrisno atau Cak Bodong dimasuki pisang yang akhirnya membuat Cak Bodong harus dihukum push up oleh tim.

Kartolo masih bisa dinikmati di televisi dan kanal media lain. Jika mau menikmati dagelan ala Seger Sutrisno sempatkan ke tribun Karanggayam. Sebagai salah satu tim pemandu bakat Persebaya di internal hampir selalu ada saat laga internal. Selain itu Seger masih menjadi pelatih Persebaya U-17. Terakhir hindarilah dekat-dekat dengan Rendi jika tak mau mengalami kejutan. Wkwkwkwk…

Komentar Artikel