Beginilah Jika Panpel Kelas Galadesa Disuruh Gelar Laga Liga 1

Laga Persija melawan Persebaya akhirnya batal digelar. Ketidakmampuan panpel Persija menggelar laga dituding sebagai penyebab gagalnya laga dua klub pendiri PSSI ini. Pernyataan Polda DIY melalui akun twitter menegaskan jika pihak yang membatalkan laga adalah panpel Persija.

Kecil kemungkinan Persija akan mendapatkan hukuman kalah WO seperti yang dialami klub ibukota saat gagal menggelar laga melawan Persiwa Wamena di ISL 2009/2010. Saat itu, panpel Persija juga gagal menggelar laga di Stadion Lebakbulus meski kedua kesebelasan sudah hadir di stadion. Tidak adanya jaminan keamanan membuat macan kemayoran gagal menggelar laga.

PT LIB melalui COO-nya, Tigorshalom Boboy, buru-buru menyatakan jika tidak ada status WO pada laga itu meski pihaknya masih mengumpulkan bukti-bukti. Klub yang dimiliki wakil ketua umum PSSI, Djoko Driyono, ini kemungkinan akan bebas dari hukuman kalah WO.

Persebaya menuding jika panpel Persija tidak serius menggelar pertandingan besar yang melibatkan massa banyak. Sejak awal, panpel gagal mensterilkan kawasan stadion yang seharusnya diperuntukkan untuk penonton bertiket. Ini memungkinan semua orang dari berbagai latar belakang bisa masuk area stadion. Suporter bertiket, yang tak bertiket, yang bawa senjata tajam, yang bawa ketapel, maling, perusuh, semua bisa masuk ke area stadion karena panpel tidak bisa mensterilkan area stadion.

Kinerja amatir panpel Persija memang jauh berbeda jika dibanding kinerja panpel Persebaya. Setiap gelaran laga Liga 1 di Surabaya, panpel selalu bisa membuat area di sekitar stadion steril hanya untuk penonton bertiket. Meski tak ada pagar yang tinggi, panpel membuat barikade dari pagar besi dengan kawat berduri mengelilingi stadion Gelora Bung Tomo. Panpel juga menetapkan ring-ring yang harus dilalui penonton untuk bisa masuk ke stadion.

Tak hanya itu, aparat keamanan yang diterjunkan berjumlah minimal 1.000 personel. Bahkan saat laga melawan Arema FC, panpel menyiapkan 2.000 lebih personel gabungan dari aparat kepolisian hingga TNI. Alhasil, penonton bertiket bisa memasuki stadion dengan lancar. Di setiap laga Persebaya, memang masih ada orang-orang tak bertiket yang berusaha menembus barikade aparat. Namun mereka tetap gagal.

Jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan panpel Persija di SSA, perbandingan ini tidak apple to apple. Ini seperti membandingkan panpel kelas Galadesa dengan panpel Liga 1. Jauhhhh…

Ada yang bilang jika banyaknya Bonek yang datang melebihi kuota dianggap sebagai biang gagalnya pertandingan digelar. Namun alasan ini terlalu mengada-ada. Persebaya adalah klub besar dengan jumlah suporter yang besar. Persebaya bukan klub kecil dari Pulau Seribu. Di mana Persebaya berlaga, Bonek selalu mengikuti. Saat laga Persebaya melawan Arema FC, Bonek yang datang lebih dari 50 ribu. Tapi pertandingan juga bisa berjalan dengan lancar meski masih banyak Bonek yang berada di luar stadion.

Fakta ini seharusnya disadari oleh panpel sebelum menggelar laga melawan Persebaya. Jika tak mau ada Bonek, sebaiknya tidak usah mengundang Bonek. Sudah tahu Bonek yang datang pasti banyak tapi panpel tidak menyiapkan stadion yang memadai. Ini ditambah dengan jumlah aparat keamanan yang minim. Seharusnya hal ini sudah bisa diprediksi oleh panpel Persija.

Apakah status tim musafir mempengaruhi kinerja panpel Persija? Entahlah. Persija memang selalu kebingungan mencari stadion. Terakhir, mereka “terusir” dari ibukota karena tak ada stadion buat mereka. Laga melawan Persib juga tak ada kejelasan akan digelar di mana.

Sedikit saran buat panpel Persija. Jika tak bisa mencarikan stadion yang memadai, gelarlah laga lawan Persebaya tanpa penonton. Kalau perlu, larang Bonek buat datang dan gelar pertandingan di luar pulau atau luar negeri. Kutub utara mungkin bisa dicoba…

Jika tak sanggup, sebaiknya segera lambaikan tangan ke kamera jauh-jauh hari. Katakan jika Persija tidak sanggup menggelar pertandingan sehingga Persebaya tak perlu mengeluarkan biaya dan tenaga untuk datang. Persebaya klub profesional, bukan klub amatir yang bisa seenaknya dipermainkan.

Belajarlah kepada panpel Persebaya bagaimana menggelar laga sekelas Liga 1. Saat Persija bertandang ke Surabaya di putaran 2, ajak Ketua Panpel buat studi banding. Lihat bagaimana panpel Persebaya membuat stadion aman bagi penonton bertiket. Sehingga panpel Persija bisa naik kelas, minimal sekelas panpel Liga antar Kecamatan…

Komentar Artikel