Evaluasi 16 Laga Persebaya, Sulitnya Membangun Sebuah Kepercayaan

Foto: Joko Kristiono/EJ

Laga lanjutan Liga 1 melawan PSIS Semarang di stadion Moch Soebroto, Magelang, Minggu (22/7) merupakan matchday 16 bagi Persebaya yang artinya satu pertandingan lagi akan menutup perjalanan persebaya pada putaran pertama mereka sebagai tim promosi. Hanya berjarak 3 angka dari zona degradasi bukan awal yang menyenangkan bagi tim yang sejak awal kompetisi mempunyai satu target yaitu bertahan di Liga 1.

Tidak adanya sebuah starting eleven yang pasti memang sangat merugikan tim yang harus beradaptsi dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Memiliki line up yang pasti sangat penting untuk kekokohan tim, merekrut Otavio Dutra di awal musim dengan segala kontoversi yang mengikutinya berdampak besar terhadap perjalanannya sampai matchday 16 ini. Kadang oke kadang melempem (gol PSIS sebetulnya kesalahan pengambilan posisi dari Dutra loh).

Selanjutnya, ada transfer seorang Robertino Pugliara yang dibumbui dengan segala macam drama pengumuman yang tak kunjung dipublikasikan hingga akhirnya Persebaya memilikinya. Putaran pertama yang cukup oke bagi pemain yang baru pertama bermain di hadapan puluhan ribu Bonek yang selalu mengharapkan daya magisnya. Namun tidak terlalu oke dibandingkan pemain asing yang bahkan baru pertama kali menjejakan kakinya di Indonesia justru performanya lebih baik dari dia.

Lalu mendapatkan striker sekelas David Da Silva meski dengan berbagai macam kritik karena seorang buangan dari tim Liga 1 lainnya seolah dibungkam dengan torehan 8 golnya dari total 22 gol keseluruhan dari Persebaya.

Dengan semua ulasan di atas, mengapa sangat sulit membangun kepercayaan? DDS hanya bermain 1 kali starter dalam 4 pertandingan terakhir tidak mencerminkan bagaimana kebutuhan tim dengan torehan 8 golnya. Misbakus Solikin, top scorer Persebaya di Liga 2 musim lalu bahkan hampir tidak dilirik sang pelatih. Melihat namanya masuk sebagai pemain pengganti pun sudah jarang sekali terlihat. Mengapa sangat sulit membangun kerpercayaan?

Irfan Jaya, pemain yang sangat dielu-elukan musim lalu baru bisa menyedot perhatian dengan meraih gelar pemain muda terbaik di pekan 16 Liga 1. Namun kenapa harus meminta maaf kepada pelatih setiap kali ia menendang ke arah gawang? Bukankah itu adalah upayanya untuk membantu tim ini menang? Lalu di mana hal salah yang menjadikannya harus bergestur tangan seolah meminta maaf? Kepercayaan itulah yang sejatinya harus dibangun antar pelatih dan pemain agar tidak ada lagi ketakutan ketika akan menendang ke arah gawang setelah itu berfikir akan dimarahi oleh pelatih. Hal itu yang menjadikan mereka tidak bisa mengeluarkan potensi terbaiknya.

Satu laga melawan saudara jauh Persib Bandung akan menjadi penutup putaran pertama bagi Persebaya. Jadikan penutup yang indah dan memulai putaran kedua dengan lebih percaya diri dengan kemenangan itu. (*)

Komentar Artikel