Pelajaran Berharga dari Serui

Gol pertama Amido Balde ke gawang Perseru. Foto: Mungki for EJ

Ada pepatah lama tersohor yang berbunyi Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China. Yang meminta kita untuk mencari ilmu dari dataran Tiongkok tersebut. Namun malam ini tak perlu kita jauh-jauh mencari pelajaran dari negeri seberang. Cukup ke Serui, kota di mana klub Perseru berasal.

Lho kok? Dengan dukungan finansial minim dan nyaris tak mampu mengikuti kompetisi Liga 1 Indonesia 2019 esok tak membuat tim berjuluk Cendrawasih Jingga ini bermain inferior ketika melawan Persebaya di partai perdana Grup A Piala Presiden 2019.

Persebaya yang diunggulkan pada pertandingan ini karena kualitas para punggawanya malah bermain buruk di babak pertama. Serangannya begitu monoton, kedua sektor sayapnya terlihat “patah”, dinamo lini tengah kurang “panas”, lini belakang yang agak kurang fokus serta diperparah lagi penjaga gawang Miswar Saputra melakukan blunder. Pas sudah untuk mendapatkan pelajaran dari Serui bukan? Hasil ini semua berimbas Green Force dihukum dua gol tanpa balas hingga tiba jeda babak pertama.

Di babak kedua, Persebaya tampil lebih menekan. Dan dengan pola permainan yang jauh lebih baik ketimbang babak pertama. Bahkan separuh lapangan lawan pun diokupansi oleh para pemain Tim Bajul Ijo. Namun sayang seribu sayang, peluang demi peluang Persebaya terganjal oleh kokohnya gawang Perseru yang dikawal oleh penjaga gawang Herman Mole. Jika tak menemui hadangan Herman Mole atau aksi sapu bersih pemain belakang Perseru, Ruben Sanadi dkk menemui hambatan lain bernama mistar dan tiang gawang! Tanyakan pada Damian Lizio dan Ruben Sanadi bagaimana perasaannya?

Beruntung Persebaya mempunyai seorang Amido Baldé. Ya benar beruntung dalam arti sebenarnya. Gol yang dicetaknya pada menit ke-62 berbau keberuntungan karena bola yang dihalau oleh salah seorang pemain belakang Perseru malah mengenai Baldé dan langsung masuk kedalam gawang. Tapi itulah tugas seorang striker. Mampu mencetak gol dengan cara apa pun dan kapan pun.

Gol kedua Baldé di menit ke-88 adalah tipikal gol yang sering dicetak olehnya. Yakni melalui sundulan kepala. Gol ini memanfaatkan umpan silang yang dilepaskan oleh Otavio Dutra yang overlapping hingga ke sisi kanan pertahanan musuh.

Dan akhirnya momen untuk membalikkan keunggulan itu muncul di menit ke-89. Sebuah tendangan lob dari jarak jauh oleh Manucheckr Dzhalilov menembus gawang lawan yang telah ditinggalkan kiper Herman Mole yang telah maju sedikit di luar petak penaltinya. Gol penentu! Yang mengakibatkan hasil akhir laga menjadi Perseru 2, Persebaya 3.

Di akhir laga, Damian Lizio pantas mendapatkan apresiasi tersendiri. Sebab beberapa kali pemain berpaspor Bolivia ini melakukan umpan-umpan kunci yang manis dan matang.

Dus, pelajaran yang diperoleh oleh skuad Persebaya malam ini pasti banyak. Satu hal yang pasti pameo bahwa pertandingan perdana itu selalu menyusahkan masih berlaku.

Selamat berakhir pekan dengan sisa rasa deg-degan di dalam hati Rek! Salam satu nyali, Wani! (dpp)

Komentar Artikel