Kapal Persebaya Oleng, Kapten!

Foto: Joko Kristiono/EJ

Persebaya kembali menelan kekalahan. Namun, yang lebih menyakitkan adalah kalah di kandang, di hadapan ribuan suporternya sendiri. Hasil ini membuat waktu puasa kemenangan Persebaya semakin panjang.

Sebagai pecinta Persebaya, tak bisa dibohongi jika tak sakit melihat tim kesayangan terpuruk seperti sekarang. Apalagi dengan penampilan mereka yang ‘aneh’ akhir-akhir ini. Rasanya seperti bukan melihat Persebaya yang bertanding. Kalau mau meminjam lirik lagu Tegar, Persebaya yang sekarang bukanlah Persebaya yang dulu.

Pemain nampak tak nyaman bermain bola di lapangan. Mereka seperti bingung dengan peran masing-masing. Pemain tengah justru sering meninggalkan lubang yang begitu mudah dimanfaatkan pemain lawan. Begitu juga dengan lini belakang, sering berlagak seperti dia yang sedang pendekatan. Kadang muncul dengan perhatian menjaga lawan, tapi kadang tiba-tiba menghilang tanpa bekas.

Strategi dalam pertandingan memang jadi pilihan pelatih, tapi mungkinkah jika strategi itu membuat pemain tak nyaman tetap harus dipaksakan. Kita saja kalau tak cocok dengan perilaku pasangan pasti akan bertanya dan mencoba mencari cara lain kan?

Semua butuh waktu. Semua butuh proses. Semua butuh adaptasi. Mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan situasi. Masa ya Persebaya mau bertahan dalam kondisi puasa terus? Puasa saja ada waktunya berbuka.

Persebaya sedang tak baik-baik saja. Kapal Persebaya sudah mulai oleng sejak beberapa pertandingan lalu. Alarm goncangan sudah berbunyi semakin nyaring. Seharusnya manajemen, pelatih, dan pemain sudah menyadari itu. Mereka harus segera memperbaiki kapal ini sebelum kerusakan makin parah dan tenggelam.

Jika katarsis masih bisa dilakukan, ini jadi kesempatan seluruh anggota tim untuk mengeluarkan uneg-unegnya dan saling mendengarkan. Mencari jalan tengah di mana semua anggota tim dapat menjalankan peran sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Tak memaksakan kehendak yang mungkin justru memberikan tekanan dalam diri individu.

Di tengah waktu yang mepet sebelum menghadapi PSM, kondisi tim harus lebih baik. Karena kapal takkan bisa berlabuh dengan baik jika bagian-bagiannya ada yang rusak atau rapuh, jika awak kapalnya tak bekerja sama menghadapi deburan ombak tinggi, maupun badai. Kembalilah saling memeluk, saling mendengarkan, dan yang terpenting adalah kembalilah menyadari bahwa Persebaya milik kita.

Komentar Artikel