Persebaya adalah Ladang Bersyukur dan Kebahagiaan

Foto: Joko Kristiono/EJ

Orang-orang yang tidak tahu mungkin menganggap cinta Bonek kepada Persebaya hanya membawa kejelekan. Tapi sebenarnya di dalam Persebaya terdapat ladang bersyukur dan kebahagiaan. Cinta sudah mengindahkan semua. Semua yang didasari cinta pasti indah pada akhirnya.

Apa hubungan antara Persebaya dengan ladang bersyukur?

Dalam Persebaya bukan hanya soal tawuran, nyanyian rasis, dan kekerasan-kekerasan lainnya. Tapi dalam Persebaya kita dapat belajar banyak hal. Dan salah satunya adalah bersyukur. Kita harus bersyukur karena diberi mata untuk melihat sepak bola, bukan untuk melihat sesuatu yang buruk. Kita harus bersyukur karena diberi mulut untuk bernyanyi, bukan untuk bergosip tentang orang lain. Kita bersyukur karena diberi tangan untuk membuat keindahan, bukan untuk mem-bully orang. Bahkan kita pun harus bersyukur karena Tuhan masih memberikan kepada kita kesempatan untuk hidup dan mendukung Persebaya. Mungkin bersyukur tidak hanya dalam stadion tapi juga di luar stadion.

Jika berbicara tentang kebahagiaan, Persebaya dan Bonek sudah menyimpan banyak hal. Kebahagiaan Bonek memang saat Persebaya menang. Tapi tidak hanya itu, Bonek pun bahagia jika bisa melihat Persebaya bermain di kompetisi yang bersih tanpa match fixing dan tanpa mafia. Karena jika kompetisi berjalan baik, Bonek pun bahagia. Namun jika kompetisi pilih kasih dan menganakemaskan salah satu klub, kebahagiaan dan totalitas Bonek seperti sudah dipermainkan.

Dari sini kita dapat simpulkan bahwa Persebaya bukan soal menang kalah. Tapi Persebaya adalah hidup Bonek. Persebaya adalah tempat kita bersyukur dan tempat kita mencari kebahagiaan. Maka tidak pantas jika ada seseorang yang menganggap bahwa Persebaya dan bonek tempatnya kejelekan. Yang benar adalah Persebaya-lah tempat kebahagiaan dan ladang bersyukur. (*)

*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: redaksi@emosijiwaku.com.

Komentar Artikel