analisa Archives | Emosi Jiwaku https://emosijiwaku.com/tag/analisa/ Portal informasi terpercaya dan terkini tentang Persebaya dan Bonek Fri, 04 Sep 2020 09:45:49 +0000 en-US hourly 1 145948436 Eksekutor Bola Mati Sepeninggal Damian Lizio https://emosijiwaku.com/2019/09/18/eksekutor-bola-mati-sepeninggal-damian-lizio/ Tue, 17 Sep 2019 22:55:44 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=27016 Drama dalam saga transfer Persebaya Surabaya telah berakhir dan menemui titik terang yang jelas. Di mana dua pemain asing Persebaya Surabaya yang baru didatangkan pada awal musim ini yaitu Manu Dzhalilov dan Damian Lizio sudah dipastikan meninggalkan tim berjuluk Green Force.

The post Eksekutor Bola Mati Sepeninggal Damian Lizio appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
EJ – Drama dalam saga transfer Persebaya Surabaya telah berakhir dan menemui titik terang yang jelas. Di mana dua pemain asing Persebaya Surabaya yang baru didatangkan pada awal musim ini yaitu Manu Dzhalilov dan Damian Lizio sudah dipastikan meninggalkan tim berjuluk Green Force.

Serta manajemen juga mendatangkan pemain yang berhasil mencetak gol ke gawang Miswar Syahputra pada match sebelumnya sewaktu melawan Kalteng Putra yaitu Diogo Campos. Diogo Campos sendiri sudah diresmikan manajemen Persebaya pada Senin (17/9) melalui situs resmi Persebaya Surabaya.

Kepergian Dzhalilov dari Persebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap performa Bajol Ijo. Hal ini dikarenakan Persebaya memiliki kedalaman skuad yang sangat bagus dalam posisi winger, ada Osvaldo, Oktafianus, Irfan Jaya dan tidak terlupa juga Supriadi. Hal ini dapat dibuktikan ketika dalam 2 pertandingan sebelumnya Persebaya mampu memetik 3 poin dalam lawatannya ke kandang Bhayangkara FC dan 1 poin dari kandang Kalteng Putra.

Sepeninggal Lizio, Persebaya masih punya banyak opsi di posisi tersebut seperti Rendi Irwan, Fandi Eko, ataupun Misbakus yang lebih didorong ke depan serta tidak lupa menyertakan nama Diogo. Tapi, siapa yang pantas untuk mengambil eksekusi bola mati ketika Persebaya mendapatkan setpiece.

Ketika Lizio bermain, mayoritas setpiece pasti diambil olehnya mulai dari freekick, corner maupun pinalty. Ketika Lizio sudah pergi, tim pelatih harus memutar otak lagi dan memutuskan siapa yang pantas menjadi eksekutor bola mati.

Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa pertandingan lalu sewaktu melawan Persija Jakarta, dimana pada saat itu Persebaya mendapatkan penalti setelah Oktafianus dijatuhkan oleh Maman di kotak penalti. Terlihat bahwa Ruben Sanadi bersama pemain Persebaya lainnya mendiskusikan terlebih dahulu siapa yang siap mengambil penalti tersebut dan Misbakus yang maju serta berhasil melesakkan bola ke gawang Persija yang dikawal oleh Shahar Ginanjar.

Sewaktu melawan Kalteng Putra juga demikian, ketika mendapatkan bola mati tidak ada eksekutor pasti dalam laga tersebut. Tendangan pojok terkadang diambil oleh Fandi Eko, Irfan Jaya maupun Ruben. Long Free Kick juga pernah dieksekusi oleh Abu Rizal, terkadang juga Ruben Sanadi.

Padahal eksekusi bola mati harus lebih dimanfaatkan untuk mencetak gol ketika situasi open play telah deadlock (buntu) seperti yang sudah disoroti oleh RN Bayu Aji, penulus buku “Tionghoa Surabaya dalam Sepakbola” pada artikel EJ sebelumnya yang berjudul “Persebaya Belum Terlihat Perubahan Signifikan Sejak Datangnya Pikal”.

Melihat materi pemain yang dimiliki Persebaya saat ini, sebenarnya banyak opsi yang bisa dipilih untuk menjadi eksekutor bola mati. Sepakan penalti dan tendangan bebas bisa mengandalkan Misbakus yang notabene pengatur ritme permainan Persebaya musim lalu dan ketika Liga 2 ataupun Diogo Campos dan David da Silva yang berasal dari negeri kiblat sepakbola yaitu Brasil.

Ada lagi Ruben Sanadi yang mampu mengambil tendangan pojok karena umpan dari kapten Persebaya tersebut bisa dibilang akurat karena menjadi Top Assist Persebaya musim lalu padahal berposisi sebagai bek kiri.

Situasi setpiece/bola mati harus bisa dioptimalkan menjadi gol, karena ketika permainan sudah buntu dan setelah itu terjadi gol melalui situasi bola mati maka mental pemain bisa semakin terangkat. Seringnya latihan dan meningkatkan chemistry serta komunikasi antar pemain menjadi beberapa faktor sukses tidaknya setpiece tersebut dilakukan. Tapi tetap bahwa semua keputusan ada di tangan tim pelatih mengenai siapa yang diamanahkan menjadi eksekutor sepeninggal Damian Lizio. (mth)

The post Eksekutor Bola Mati Sepeninggal Damian Lizio appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
27016
Mengapa Dzhalilov-Lizio Ngosek di Pramusim Tapi Jeblok di Liga https://emosijiwaku.com/2019/09/18/mengapa-dzhalilov-lizio-ngosek-di-pramusim-tapi-jeblok-di-liga/ Tue, 17 Sep 2019 22:36:13 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=27012 Persebaya resmi berpisah dengan Manuchekhr Dzhalilov dan Damian Lizio. Performa menjanjikan saat pramusim tak mampu dipertahankan keduanya pada putaran pertama Liga 1 bergulir.

The post Mengapa Dzhalilov-Lizio Ngosek di Pramusim Tapi Jeblok di Liga appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
EJ – Persebaya resmi berpisah dengan Manuchekhr Dzhalilov dan Damian Lizio. Performa menjanjikan saat pramusim tak mampu dipertahankan keduanya pada putaran pertama Liga 1 bergulir.

Penampilan gemilang sempat ditampilkan keduanya ketika Bajol Ijo mengarungi dua turnamen pra-musim, yaitu Piala Presiden dan Piala Indonesia. Manu Dzhalilov mampu menjadi Top Scorer Piala Presiden 2019 dengan mengemas 5 gol. Lizio juga mampu menjadi motor serangan selama persebaya mengarungi kedua turnamen tersebut, namun performa keduanya dirasa kurang mampu memberikan dampak besar ketika putaran pertama Liga 1 bergulir

Mengapa Dzhalilov?

Tercatat 14 pertandingan telah dilalui Dzhalilov selama membela Persebaya di Liga 1 2019 dengan torehan 5 assist dan 1 gol bagi Persebaya. Dzhalilov adalah pemain serba bisa di sektor penyerangan Persebaya, bisa ditempatkan pada sisi sayap, penyerang tengah, bahkan bisa juga untuk gelandang serang. Namun mengapa Dzhalilov dilepas?

Dzhalilov selalu masuk pada skema formasi dari Pelatih Djadjang Nurjaman hingga caretaker Bejo Sugiantoro, ia dipercaya selalu menghiasi daftar nama yang dibawa di setiap matchday. Kemampuan Utility Player (pemain serba bisa) yang dimilikinya menjadikan banyak opsi bagi pelatih untuk mengutak-atik strategi.

Sektor sayap seringkali dihuni oleh Dzhalilov, baik saat menjadi starting line up, maupun saat menjadi pemain pengganti. Sektor ini banyak dihuni pemain-pemain yang tak kalah secara kualitas dengan Dzhalilov, nama-nama seperti Irfan Jaya dan Osvaldo Haay yang notabene adalah punggawa Timnas, serta Oktafianus Fernando yang menorehkan performa apik dan efektif selama dipercaya menjadi starting line up. Tiga nama lokal di atas, sudah mengemas lebih dari 1 gol sejauh ini. Torehan tersebut yang dapat menjadi acuan jajaran petinggi serta pelatih untuk melepas Dzhalilov yang berlabel pemain asing.

Disamping faktor kontribusi yang minim dan kompetisi di sektor sayap yang ketat, kebutuhan skuad juga bisa menjadi faktor besar dilepasnya Dzhalilov. Banyaknya pemain bertahan berlabel Timnas di Persebaya “memaksa” jajaran pelatih dan manajemen untuk mendatangkan pemain baru bertipe defensif yaitu Aryn Williams untuk menutup lubang yang ditinggalkan selama Timnas berlaga. Dzhalilov harus merelakan slot pemain Asia-nya pada gelandang bertahan berpaspor Australia tersebut sesuai kebutuhan tim.

Inkonsistensi Lizio dan gaya yang telah terbaca

Pada awal kedatangannya, penampilan impresif dapat disajikan Damian Lizio. Pemegang 11 Caps bersama timnas Bolivia tersebut mampu memberikan 1 assist dan 1 gol pada debutnya bersama Persebaya saat menjamu Persidago Gorontalo pada gelaran 16 besar piala Indonesia. Lizio juga mampu menjadi motor serangan persebaya di gelaran Piala Presiden 2019, hingga membawa Bajol Ijo menembus laga final turnamen tersebut.

Penampilan gemilang pada pra musim tersebut tak mampu dijaga Lizio selama putaran pertama liga bergulir. Menorehkan 1167 menit bersama persebaya, ia menorehkan 2 gol dan 2 assist. Banyaknya menit bermain namun minim kontribusi sebagai playmaker bisa menjadi pertimbangan dilepasnya Lizio. Dari 27 gol yang mampu dicetak persebaya sejauh ini, Lizio hanya mampu berkontribusi kurang dari 7 persen.

Tipikal gelandang kreatif dengan daya jelajah yang minim ala Damian Lizio juga dapat menjadi poin utama dilepasnya pemain yang pernah menimba ilmu di klub junior River Plate ini. Walau selalu menjadi eksekutor bola-bola mati Persebaya, Lizio belum mampu maksimal dalam menyatukan gaya bermainnya dengan Persebaya. Gaya bermain yang tersaji di gelaran pramusim seakan menjadi “materi” berajar para pelatih rival, guna mencari cara mempersempit ruang gerak pemain bertipe Classic No.10 seperti Lizio.

Tentu pemain bertipikal seperti lizio tak sepenuhnya kurang bersinar di liga teratas Indonesia, sebut saja Paulo Sergio yang sukses menjadi juara liga 1 2017 bersama Bhayangkara FC. Namun semua kembali pada kebutuhan tim dan kontribusi pemain tersebut. Terbukti pada putaran pertama liga bergulir, lizio tak dapat berkontribusi banyak untuk Persebaya.

Datangnya Diogo Campos dari Kalteng Putra juga semakin memberi jawaban bahwa tipe gelandang Box to Box-lah yang dibutuhkan untuk mengisi lini tengah Persebaya saat ini. Gelandang yang mempunyai mobilitas tinggi, menjelajah seluruh sudut lapangan dan cepat dalam skema Counter Attack yang cocok dengan gaya David Da Silva. (rkk)

The post Mengapa Dzhalilov-Lizio Ngosek di Pramusim Tapi Jeblok di Liga appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
27012
Di Balik Kokohnya Miswar, Ada Kelemahan Barisan Pertahanan Persebaya https://emosijiwaku.com/2019/09/16/di-balik-kokohnya-miswar-ada-kelemahan-barisan-pertahanan-persebaya/ Mon, 16 Sep 2019 02:29:44 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=26973 Membahas barisan pertahanan, tidak jauh dari peran kiper, bek dan gelandang bertahan. Kiper utama Persebaya, Miswar Saputra yang menyandang sebagai Save terbanyak di putaran pertama Shopee Liga 1 2019. Belum menjadikan Persebaya sebagai salah satu tim yang memiliki pertahanan terbaik di Liga 1 2019. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak save yang dilakukan oleh kiper menjadikan semakin mudah pula lini belakang Bajol Ijo untuk ditembus.

The post Di Balik Kokohnya Miswar, Ada Kelemahan Barisan Pertahanan Persebaya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
EJ – Membahas barisan pertahanan, tidak jauh dari peran kiper, bek dan gelandang bertahan. Kiper utama Persebaya, Miswar Saputra yang menyandang sebagai Save terbanyak di putaran pertama Shopee Liga 1 2019. Belum menjadikan Persebaya sebagai salah satu tim yang memiliki pertahanan terbaik di Liga 1 2019. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak save yang dilakukan oleh kiper menjadikan semakin mudah pula lini belakang Bajol Ijo untuk ditembus.

Dilihat dari materi pemain yang dimiliki, barisan pertahanan Bajol Ijo bisa dibilang salah satu yang terbaik. Diisi pemain berlabel Timnas Indonesia, seperti Hansamu Yama, Otavio Dutra (masih menunggu rampungnya naturalisasi), Ruben Sanadi, dan Rahmat Irianto bukan menjadikan jaminan kokohnya lini pertahanan Persebaya.

Banyak faktor yang menyebabkan lemahnya lini pertahanan Persebaya. Tapi faktor yang paling mencolok dari pandangan sisi penulis yaitu tidak ada 4 pemain pasti yang mengisi lini pertahanan Persebaya. Bergonta-gantinya pemain yang mengisi starting line up terutama 4 pemain sangat berpengaruh signifikan dalam permainan Bajol Ijo.

Hal ini berbeda jika dibandingkan saat Persebaya mengikuti Piala Presiden. Green Force mampu menyabet posisi runner up dalam turnamen tersebut. Lini belakang yang jarang diganti ataupun dirotasi menyebabkan kompak dan kuatnya lini belakang Persebaya sehingga sampai ke final.

Ketika Liga 1 2019 akan bergulir, Persebaya kehilangan Otavio Dutra dalam beberapa match karena Otavio Dutra mengalami cedera hidung ketika uji coba menghadapi Persela Lamongan di Gelora Bung Tomo. Seiring berjalannya Liga 1 2019 badai cedera berganti dan adanya beberapa pemain yang terkena akumulasi kartu membuat Persebaya harus sering mengganti starting line-up yang ada.

Banyak dari Bonek menginginkan duet Otayama (Otavio Dutra dan Hansamu Yama) yang menjadi bek tengah Persebaya, tapi apa daya mereka berdua bisa dihitung untuk menit bermainnya ketika bersama. Hanya Ruben Sanadi yang konsisten menjadi starter di lini pertahanan Persebaya. Kuatnya stamina, umpan yang ciamik dan jarang mengalami cedera (walaupun pernah cedera tapi tetap dipaksakan bermain) Kaka’ Ruben bisa menjadi senjata ampuh Persebaya dikala menyerang maupun bertahan.

Serta tidak terlupa juga untuk penampilan yang luar biasa bagus dari kiper utama, Miswar Saputra yang membuat Persebaya tidak kebobolan gol lebih banyak lagi. Banyaknya cacian atau yang lebih dikenal “paido” dari para bonek dan bonek tidak membuat mental Miswar menjadi down. Malah paidoan tersebut mampu menjadi motivasi Miswar untuk berkembang untuk terus menjadi lebih baik.

Pertahankan permainan ciamikmu Miswar, jagalah gawang Persebaya dengan segala kekuatanmu. Teruslah untuk fokus dalam berlatih dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Selamat Miswar atas Raja Save Liga 1 di putaran pertama, dan teruslah memperbaiki lini pertahanan untuk para pemain belakang Persebaya. (mth)

The post Di Balik Kokohnya Miswar, Ada Kelemahan Barisan Pertahanan Persebaya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
26973
Misi Penebusan PS TIRA dan Persebaya https://emosijiwaku.com/2018/04/13/misi-penebusan-ps-tira-dan-persebaya/ Fri, 13 Apr 2018 03:52:47 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=16264 Kedua kesebelasan sama-sama menelan kekalahan di pertandingan terakhir liga dan memiliki posisi di klasemen sementara yang tak terlalu jauh (Persebaya di peringkat ke-10 dan PS TIRA di posisi ke-12) membuat kedua kesebelasan semakin terpacu untuk meraih poin penuh.

The post Misi Penebusan PS TIRA dan Persebaya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Judul di atas memiliki makna yang mendalam bagi kedua kesebelasan. Form Persebaya malah menurun W-D-L. Sedangkan form PS TIRA adalah D-W-L. Kedua kesebelasan sama-sama menelan kekalahan di pertandingan terakhir liga dan memiliki posisi di klasemen sementara yang tak terlalu jauh (Persebaya di peringkat ke-10 dan PS TIRA di posisi ke-12) membuat kedua kesebelasan semakin terpacu untuk meraih poin penuh.

Bagi tuan rumah PS TIRA, kekalahan di kandang Persipura membuat pertandingan nanti menjadi ajang penebusan poin yang hilang. Sedangkan bagi tim tamu Persebaya, meraih poin penuh merupakan hal yang wajib. Mengingat kekalahan memalukan di kandang sendiri atas Barito Putera hari Minggu kemarin (08/4).

Berita buruknya kali ini bagi Green Force, mereka tidak bisa diperkuat dua bek tengah andalannya. Yakni Otavio Dutra dan Rachmat Irianto yang keduanya harus menepi karena cedera. Berita bagusnya adalah adanya kemung­kinan dimainkannya kembali duet bek tengah Liga 2 2017 silam oleh pelatih Alfredo Vera, yaitu Andri Muliadi dan Fandry Imbiri. Kita semua ingat, kedua bek tengah ini cukup padu menangkis serangan-serangan lawan ketika itu. Kendalanya adalah mereka berdua mungkin tak dalam kondisi terbaiknya. Mengingat Fandry baru pulih dari cedera dan Andri Muliadi lama tak dimainkan karena ketika itu baru sembuh dari sakit tipus. Namun saya yakin, jika mereka berdua bermain dan berada dalam kondisi terbaiknya, akan memperkokoh lini belakang Persebaya yang pekan kemarin menjadi sorotan karena rapuh.

Sorotan tajam kali ini adalah di posisi bek kiri tim Bajul Ijo. Bagaimana tidak, pada pertandingan melawan Barito Putera, 2 gol tim lawan berawal dari sektor ini. Sektor yang ketika itu dihuni selama 90 menit oleh Ruben Sanadi. Perhatian khusus wajib diberikan di sisi bek sayap karena sebaiknya eksplosifitas bek kanan Abu Rizal Maulana bisa ditutupi oleh covering yang cepat dari Ruben di sisi kiri pertahanan. Kecepatan dari Wawan Febrianto, Manahati Lestusen dan Mariano Berriex bisa menjadi masalah serius bagi Misbakus Solikhin dkk. Memasang pemain bek sayap yang memiliki tipe defensif seperti M. Irvan Febrianto sepertinya bisa menjadi solusi cerdas. Bahkan memainkan Arthur Irawan pun bisa menjadi pilihan lainnya.

Patut dijadikan catatan, PS TIRA di bawah pelatih Rudy Eka Priyambada memiliki pemain-pemain asing yang handal dalam mengkreasikan dan memaksimalkan peluang. Ada Kim Sang-Min yang menjaga lini belakang. Lalu ada pemain Argentina, Gustavo Lopez, eks Persela Lamongan, di lini tengah. Kemudian Mariano Berriex sebagai dirijen lini tengah The Young Warriors. Dan terakhir ujung tombak berbahaya asal Serbia, Alexandar Rakic patut diwaspadai pergerakannya. Belum lagi pemain-pemain mudanya yang bisa menghadirkan kejutan layak diatensi.

Pertandingan besok (13/4) akan menjadi pertarungan lini tengah antar kedua kesebelasan. Bagaimana Robertino Pugliara yang bermain baik dan konsisten di tiga laga terakhir akan beradu teknik dengan Mariano Berriex di kubu PS TIRA. Posisi holding midfielder Persebaya kemungkinan besar akan kembali diisi oleh Nelson Alom yang akan bahu membahu bersama Misbakus Solikin -atau kapten tim Rendi Irwan- yang akan membuat sejumlah peluang matang bagi lini penyerangan Green Force.

Salah satu kendala mencolok Persebaya adalah tumpulnya lini depan mereka. Sudah sebaiknya pelatih Alfredo Vera mempersiapkan pemain-pemain utamanya di sektor penyerang. Nama-nama seperti Oktafianus Fernando, Irfan Jaya, Ferinando Pahabol, dan Rishadi Fauzi sudah seharusnya layak dijadikan pilihan kedalam starting line up besok.

Rekor pertemuan kedua kesebelasan masih seri. Pertemuan perdana terjadi di gelaran babak penyisihan Piala Presiden 2018 kemarin. Ketika itu Persebaya ditahan imbang 1-1 oleh PS TIRA.

Satu lagi, Persebaya Surabaya dipastikan akan mendapatkan dukungan moril dari ribuan Bonek yang akan memadati Stadion Sultan Agung, Bantul. Jangan sampai dukungan ini tersia-siakan yo rek! Bermainlah yang bagus dan semangat itu kuncinya. Jangan sampai mengecewakan mereka yang sudah jauh-jauh datang kesana.

Jadi siapa yang lebih baik? PS TIRA ataukah Persebaya Surabaya? Kita nantikan bersama. (*)

The post Misi Penebusan PS TIRA dan Persebaya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
16264
Evaluasi Lini Per Lini Persebaya vs PSIM https://emosijiwaku.com/2017/05/19/evaluasi-lini-per-lini-persebaya-vs-psim/ https://emosijiwaku.com/2017/05/19/evaluasi-lini-per-lini-persebaya-vs-psim/#respond Fri, 19 May 2017 03:03:40 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=8300 Secara keseluruhan tuan rumah memegang kendali pertandingan, baik dari segi tendangan maupun ball possesion.

The post Evaluasi Lini Per Lini Persebaya vs PSIM appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Akhirnya pertandingan PSIM vs Persebaya telah usai. Laga yang sempat dihantui masalah ijin keamanan buntut dari perilaku buruk Bonek di masa lalu nyatanya berakhir kondusif. Meskipun keputusan akhir dari pihak keamanan melarang Bonek untuk hadir di stadion, mereka tetap berangkat dan rela melepas atribut demi mengawal Persebaya awayday ke Jogja.

Jadwal pertandingan sendiri mengalami tarik ulur yang semula akan kick-off pukul 18.30 WIB (Prime Time) karena nama besar Persebaya yang diyakini mampu meningkatkan rating siaran langsung akhirnya dimulai pukul 15.00 WIB sesuai slot tayangan langsung TV One. Lagi-lagi pemegang hak siar seakan menjadi ‘dewa’ dalam persepakbolaan Indonesia musim ini walaupun awalnya pihak keamanan ngotot untuk tetap main pukul 14.00 WIB.

Sekarang mari fokus ke pertandingan, secara keseluruhan tuan rumah memegang kendali pertandingan, baik dari segi tendangan maupun ball possesion. Walaupun Persebaya mampu mencuri gol duluan berkat tendangan Rishadi Fauzi pada menit ke 26 hasil kerjasama dengan Mardiono. Namun setelah itu, PSIM seakan tidak mau malu di depan publik sendiri terus mengurung pertahanan Bajul Ijo dan akhirnya berbuah hasil oleh sontekan Engkus pada menit ke 61.

Evaluasi:

Lini Belakang

Seperti ulasan EJ sebelum pertandingan, di mana sayap sayap PSIM sangat berbahaya terbukti. Duet bek sayap Persebaya seakan kehilangan arah dengan serangan bertubi tubi yang dominan melalui kedua sayapnya. Sangat beruntung Abdul Azis dan Abu Rizal masing-masing hanya mengantongi satu kartu kuning. Karena setelahnya, Abu Rizal sendiri berulang kali melakukan pelanggaran yang menurut saya layak mendapat kartu kuning kedua.

Sektor belakang selalu menjadi sorotan utama pada setiap laga yang dilakoni Persebaya, apalagi rekor tidak pernah clean sheet tetap terjaga dengan kebobolan 5 gol dalam 4 laga.

Lini Tengah

Untuk laga kali ini, lini tengah cukup baik tapi terlalu terburu-buru dalam melepaskan bola ke lini depan mengakibatkan bola yang susah payah direbut akhirnya jatuh kembali ke penguasaan PSIM. Sama dengan laga sebelumnya melawan Persepam di GBT, kemampuan mengatur tempo lini tengah Persebaya tidak terlihat. Semoga kedepannya lebih mampu mengatur tempo, karena dengan begitu stamina tim akan sedikit terbantu. Cobalah untuk memberikan umpan tarik ke tengah kotak penalti, karena selalu ada lini kedua yang membantu tapi bola selalu dipaksakan untuk ditendang langsung ke gawang walaupun posisi tidak menguntungkan.

Lini Depan

Duet pemain dari klub liga 1, Rishadi Fauzi dan Mardiono, membuktikan kualitas mereka meski baru bergabung dalam dua laga terakhir. Sosok keduanya seakan tidak tergantikan dalam starting line-up Persebaya.

Final

Terlepas dari segala drama pada penghujung pertandingan dan banyak hal yang mengecam hal tersebut, menurut saya itu tidak lebih dari sekedar strategi untuk menghilangkan momentum tim lawan yang berusaha memburu gol kemenangan. Meskipun sebagai penikmat pertandingan hal tersebut merupakan hal yang saya benci apalagi bila anda adalah pendukung tim lawan.

Persebaya sudah cukup beruntung bisa membawa pulang 1 poin dalam lawatannya ke jogja kali ini. Jadi untuk para pendukung, belajarlah untuk memberi kritik bukan sekedar cacian. Karena yang terjadi tidak bisa diulang kembali, yang bisa hanya diperbaiki pada laga berikutnya.

Serta masalah stamina yang sepertinya masih akan terus menghantui. Wajib hukumnya tim pelatih memanfaatkan break satu bulan yang sebentar lagi tiba untuk menggenjot stamina pemain. Meski terkesan jahat karena pemain juga menjalankan ibadah puasa, hanya itu satu-satunya kesempatan untuk memperbaiki stamina pemain atau jangan lagi bermimpi untuk lolos ke Liga 1. (*)

*) Penulis dengan akun twitter @BukanPegawaiJP

The post Evaluasi Lini Per Lini Persebaya vs PSIM appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/05/19/evaluasi-lini-per-lini-persebaya-vs-psim/feed/ 0 8300
Rapor Lini Per Lini Persebaya dan Sorotan Untuk Pemain di Bawah Standar https://emosijiwaku.com/2017/05/13/rapor-lini-per-lini-persebaya-dan-sorotan-untuk-pemain-di-bawah-standar/ https://emosijiwaku.com/2017/05/13/rapor-lini-per-lini-persebaya-dan-sorotan-untuk-pemain-di-bawah-standar/#respond Sat, 13 May 2017 09:01:00 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=8156 Evaluasi dari saya, build up serangan hanya bagus di awal babak karena stamina masih sangat segar (setelah kick off dan turun minum).

The post Rapor Lini Per Lini Persebaya dan Sorotan Untuk Pemain di Bawah Standar appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Setelah dua pertandingan tanpa kemenangan, Persebaya akhirnya mampu mendapatkan 3 poin pertamanya di hadapan puluhan ribu pendukungnya di Gelora Bung Tomo, Kamis malam (11/5). Pertandingan ini juga menjadi laga pertama tanpa pelatih kepala Iwan Setiawan yang sedang menjalani sanksi 1 pertandingan dari manajemen.

Diturunkannya dua pemain rekrutan terbaru sejak awal pertandingan, memberikan warna baru kepada serangan Persebaya. Build up serangan juga lebih rapi dari lini ke lini. Sangat enak untuk disaksikan. Jika dirunut kembali pada dua laga sebelumnya ketika masih dipegang Iwan, gaya bermainPersebaya sangatlah berbeda. Sama sekali tidak mencerminkan ciri khas permainan Persebaya.

Pressing ketat, permainan satu dua, crossing dari kedua sayap membuat pertahanan lawan kalang kabut dan akhirnya 3 gol mampu disarangkan para punggawa Green Force pada laga ini. Dengan dua gol di antaranya dicetak duet debutan Persebaya serta tambahan satu gol dari top scorer Persebaya, Misbakhus Solikin.

Namun, PR pada setiap laga selalu sama, menit ke-70, stamina pemain habis. Tanpa stamina yang prima akibatnya fokus menjadi hilang dan kendali permainan berbalik dipegang oleh Persepam MU.

Persebaya sangat beruntung hanya satu gol mampu diceploskan. Bertubi-tubinya serangan dengan mudah masuk ke kotak penalti Persebaya. Sebuah penyelamatan gemilang dari Dimas Galih serta melebarnya tendangan pemain Persepam ketika tinggal berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang.

Evaluasi dari saya, build up serangan hanya bagus di awal babak karena stamina masih sangat segar (setelah kick off dan turun minum).

Lini depan:

sudah bagus, hanya pemain harus lebih sering melihat ada tidaknya kawan sebelum memutuskan untuk melakukan tendangan.

Lini tengah:

Solid, baik dari tengah maupun sayap berani masuk hingga kedepan. Kredit khusus pada Sidik Saimima yang kemarin berani melakukan umpan 1-2 hingga tembus ke kotak penalti.

Lini belakang:

Buruk, apalagi di akhir babak. Bakal jadi bumerang jika tetap dibiarkan karena bagaimana pun menit akhir itu sangat krusial dan butuh konsetrasi ekstra.

Sorotan Pemain yang bermain di bawah standar:

Abdul Azis:
Butuh build up body, mudah sekali dieksploitasi fisiknya oleh pemain lawan.

Rachmat Latief:
Terlalu lamban, badan terlihat kegemukan. Speed tidak ada.

Irfan Jaya:
Masih belum jelas mainnya. Tidak terlihat teamwork, terlalu lama men-delay bola apalagi finishingnya. (*)

*) Penulis bisa diikuti di akun Twitter @BukanPegawaiJP

The post Rapor Lini Per Lini Persebaya dan Sorotan Untuk Pemain di Bawah Standar appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/05/13/rapor-lini-per-lini-persebaya-dan-sorotan-untuk-pemain-di-bawah-standar/feed/ 0 8156
Pressing Tinggi, Permainan Persebaya Terorganisir https://emosijiwaku.com/2017/05/12/pressing-tinggi-permainan-persebaya-terorganisir/ https://emosijiwaku.com/2017/05/12/pressing-tinggi-permainan-persebaya-terorganisir/#respond Fri, 12 May 2017 03:07:15 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=8092 Permainan Persebaya terlihat berbeda dan terlihat ada yang baru.

The post Pressing Tinggi, Permainan Persebaya Terorganisir appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Pada pertandingan melawan Persepam MU, saya akui Persebaya bermain dengan aura yang berbeda. Overall, saya memberi rating 8,7. Seharusnya bisa 9,9, tapi karena stamina yang menurun di 15 menit terakhir yang mengakibatkan gawang Dimas Galih kebobolan, maka rating yang hampir sempurna itu turun. Dari tribun utara atas sebelah kanan, saya mengamati permainan kedua tim.

Permainan Persebaya terlihat berbeda dan terlihat ada yang baru. Sejak awal bola bergulir, Persebaya sudah menekan namun tidak sekedar melakukan pressing yang tinggi, tetapi juga possesion yang lumayan terorganisir. Duet gelandang Misbakhus Solikin dan Sidik Saimima menjadi kunci mengalirkan bola ke depan.

Kenapa Persebaya bermain menekan sejak awal? Analisa saya, karena mereka sadar akan kebutuhan poin dan stamina yang pada pertandingan sebelumnya habis lebih awal. Padahal Persebaya belum memimpin pertandingan. Untungnya, sebelum menit ke-20, Persebaya mampu mencetak gol lewat kaki pemain yang baru saja dikontrak, Mardiono.

Setelah gol Mardiono, permainan Persebaya tidak berubah. Mereka tetap menekan. Kenapa terus menekan? Karena sadar bahwa perbedaan 1 gol saja masih jauh dari kata aman. Dengan sabar, dengan perjuangan dan dengan gigihnya, Persebaya mencetak 1 gol lagi lewat kaki pemain baru juga yaitu Rishadi Fauzi. Apiknya, keunggulan 2 gol atas Persepam MU ini terjadi pada babak 1. Suatu hal yang patut diapresiasi.

Pada babak kedua menit 2, Persebaya mendapatkan tendangan bebas. Entah ini skema free kick yang telah dilakukan pada saat latihan atau sekedar coba-coba. Skema tersebut benar-benar rapi dan tertata. Siapa saja yang menyambut free kick tersebut bisa mengubahnya sebagai sebuah gol. Namun Solikin berada di posisi yang tepat. Lepas dari kawalan dan jebakan offside, ia melakukan tap-in ke gawang Persepam MU.

Kira-kira sekitar 25 menit setelah Persebaya unggul 3-0, permainan Persebaya yang lalu-lalu mulai terlihat lagi. Stamina yang mulai habis, wilayah bek kiri yang mudah dicabik pun juga sering terlihat. Persepam MU sukses memanfaatkan kelengahan wilayah bek kiri Persebaya dengan mencetak 1 gol lewat serangan yang dibangun di wilayah bek kiri Persebaya.

Persepam MU sebenarnya bisa menambah 1 gol lagi namun pressing yang dilakukan pemain belakang Persebaya membuat tendangan striker Persepam MU kurang terarah (tipis sebelah tiang).

Peluit akhir dibunyikan, skor akhir 3-1 untuk kemenangan Persebaya atas Persepam MU. 3 poin yang bisa jadi awal perubahan menuju permainan yang lebih konsisten. Persebaya sudah bagus, sekarang saatnya untuk konsisten. (*)

The post Pressing Tinggi, Permainan Persebaya Terorganisir appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/05/12/pressing-tinggi-permainan-persebaya-terorganisir/feed/ 0 8092
Empat Faktor Kegagalan Persebaya Raih Poin Penuh https://emosijiwaku.com/2017/04/21/empat-faktor-kegagalan-persebaya-raih-poin-penuh/ https://emosijiwaku.com/2017/04/21/empat-faktor-kegagalan-persebaya-raih-poin-penuh/#respond Fri, 21 Apr 2017 10:28:46 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=7630 Ada empat hal utama yg menyebabkan Persebaya gagal meraih 3 poin, apa saja?

The post Empat Faktor Kegagalan Persebaya Raih Poin Penuh appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Persebaya telah resmi kembali ke belantika sepak bola nasional rek!

Mungkin kalimat itulah yang ada di benak ribuan bahkan jutaan Bonek yang ada di seluruh dunia saat wasit meniup peluit kick off tanda dimulainya pertandingan antara Persebaya melawan Madiun Putra. Tak terkecuali saya. Perasaan haru dan bangga menemani saya sepanjang laga. Tapi sayang, euforia dan kebanggaan tersebut agak tercoreng dengan kegagalan Persebaya meraup poin penuh di laga bersejarah itu

Ya, Persebaya hanya mampu bermain imbang melawan Madiun putra 1-1. Bahkan Persebaya sempat tertinggal dahulu melalui gol Purniawan lewat serangan balik cepat. Di dalam tulisan ini, saya akan mengungkapkan pendapat pribadi terkait kegagalan Persebaya meraih kemenangan.

Ada empat hal utama yang menyebabkan Persebaya gagal meraih 3 poin, apa saja?

  1. Psywar ala Iwan Setiawan

Di pertandingan sepak bola, psywar merupakan hal yang wajar. Hal ini ditujukan untuk meruntuhkan mental pemain lawan dan memotivasi pemain sendiri. Beberapa pelatih kenamaan dunia sering melakukan psywar kepada calon lawannya, sebut saja Jose Mourinho, Louis Van Gaal, Juergen Klopp dan banyak lainnya.

Tak terkecuali di Indonesia, Iwan Setiawan yang gemar melakukan psywar kepada calon lawannya. Tercatat saat menangani Borneo FC, Iwan pernah melayangkan psywar kepada Persib Bandung dan PS TNI. Persib Bandung disebutnya berkualitas biasa saja meski dihuni para bintang. PS TNI disebut sebagai tim amatir. Dan bahkan Iwan berani berujar jika timnya saat itu, Borneo FC, gagal menyingkirkan PS TNI, ia akan mundur dari jabatannya sebagai pelatih. Apa yg terjadi kemudian, fakta yang berbicara, Iwan gagal membuktikan semua ucapannya. Borneo FC dikalahkan Persib dan PS TNI, yang berujung pada pengunduran dirinya sebagai pelatih Borneo FC.

Patut dicatat, psywar tidak asal dilakukan. Ada beberapa poin yang menjadi pertimbangan pelatih melakukan psywar. Yang utama adalah kesiapan mental pemainnya sendiri. Karena jika mental pemain tidak siap, psywar justru akan menjadi bumerang. Psywar justru menjadi beban bagi pemain yang berujung pada permainan di lapangan.

Jose Mourinho tahu betul kesiapan mental pemainnya. Hal ini yg tidak dipahami oleh Iwan. Terbukti setelah pertandingan, Iwan malah menyalahkan para pemainnya yang tampil grogi dan nervous. Ini menegaskan bahwa psywar Iwan malah menjadi bumerang bagi timnya. Dan patut dipahami, tugas pelatih bukan hanya di sektor teknis saja, faktor non teknis juga menjadi tugasnya. Yakni memotivasi pemain agar keluar semua kemampuan terbaiknya, bukan malah menyalahkan pemain.

  1. Defense counter dan transisi yang buruk

Pertama kali saya membaca filosofi defense counter Iwan di suplemen khusus Persebaya edisi kedua (kalo saya tidak salah), saya mengernyitkan dahi. Bagi saya, defense counter bukan sebuah filosofi melainkan salah satu strategi permainan. Karena pada hakekatnya, penguatan defense counter adalah pertahanan. Jadi bagaimana tim tersebut bisa bertahan dengan baik, lalu mencuri kesempatan dengan melakukan serangan balik yang cepat dan efektif.

Penyerangan dalam defense counter lebih ke sporadis, tanpa konsep serangan yang baik. Yang dibutuhkan dalam penyerangan ala defense counter adalah efektivitas. Lantas bagaimana jika tim yg menjadikan defense counter sebagai filosofi bertemu dengan tim yang bertahan total? Kita semua sudah tahu hasilnya, laga homecoming game melawan PSIS dan Madiun Putra semalam menjadi contoh nyata.

Defense counter mengalami kebuntuan jika menghadapi lawan yang bertahan. Karena tidak ada kreativitas dalam serangan. Hanya sporadis. Akan semakin buntu juga apabila para pemain tidak efektif dalam memanfaatkan peluang.

Selain itu, transisi permainan dari menyerang ke bertahan dalam pertandingan semalam tidak berjalan sempurna. Para gelandang dan bek kiri (Abdul Aziz) sering terlambat turun. Akibatnya Rachmat Latief, Andri Muliadi, dan Syaifuddin/Kurniawan Karman kerap menjadi bulan-bulanan pemain lawan ketika terkena serangan balik. Beruntung pertandingan semalam, kita tidak kalah melihat begitu keroposnya lini belakang akibat transisi yang tidak sempurna.

  1. Finishing touch yang kurang

Problem krisis di lini depan yang menghantui Persebaya dalam beberapa waktu terakhir ini menjadi kenyataan. Finishing touch para pemain depan Persebaya dalam laga melawan Madiun putra semalam sangat mengkhawatirkan. Tercatat berapa kali Irfan jaya mendapatkan peluang matang namun gagal dikonversi menjadi gol.

Problem utama di lini depan ini sempat tereduksi dengan direkrutnya Yogi Novrian beberapa waktu lalu. Maklum, pengalaman bermain di klub liga 1 (Sriwijaya FC, PS TNI, dan Persela) serta pernah dilatih Iwan sebelumnya saat di Persela menguatkan keyakinan pada sosok yang satu ini. Namun sayang, diturunkan pada babak kedua menggantikan Syaifudin, pemain yang juga berprofesi sebagai anggota TNI ini gagal menjawab ekspektasi para Bonek. Diturunkan selama 45 menit, tidak ada peluang berarti yang didapatkan Yogi Novrian.

Didatangkan sebagai solusi untuk posisi striker yang kritis, Yogi malah bermain melebar di kiri. Sangat jauh dari kotak penalti, tempat seharusnya striker berada. Terlepas dari strategi Iwan yang memang sengaja menempatkannya di sisi kiri penyerangan, saya rasa Irfan jaya masih lebih baik jika ditempatkan di sayap kiri. Terlalu dini memang untuk memvonis Yogi Novrian, karena masa adaptasi yang singkat dan dalam kondisi yang kurang fit. Kita tunggu saja aksi berikutnya, semoga pertandingan semalam bisa menjadi bahan instrospeksi untuk lebih kedepannya, terutama masalah finishing touch.

  1. Stamina yang drop

Pertandingan baru berjalan 70 menit, Muhammad Hidayat sudah mengalami kram pada kakinya. Berikutnya bergantian, misbakhus Solikin terpincang-pincang setelah bertabrakan dengan pemain lawan, Rachmat Latief bahkan tidak bisa menyelesaikan pertandingan karena mengalami kram pada kedua kakinya. Dan puncaknya setelah peluit panjang dibunyikan oleh wasit, kiper Dimas Galih Pratama langsung jatuh pingsan. Dan bahkan harus dilarikan ke rumah sakit.

Pertanyaan yang mengemuka, bagaimana bisa tim yang memiliki mayoritas pemain muda tidak mengalami ketahanan fisik yang prima? Di sini peran pelatih sangat berpengaruh, patut dipertanyakan juga bagaimana hasil tes fisik yang dilakukan beberapa waktu yang lalu? Perlu diperhatikan, dalam jajaran staf kepelatihan Persebaya saat ini, semua pelatih merupakan pelatih teknik. Tidak ada yang mempunyai background pelatih fisik. Sebut saja, Iwan Setiawan, Ahmad Rosidin, Lulut Kistono, Jefri Prasetyo, dan Dedi Sutanto. Semuanya pelatih teknik, tidak ada yang pelatih fisik.

Bermain di Liga 2 yang persaingannya keras seperti musim ini dibutuhkan ketahanan fisik yang prima. Kebutuhan akan pelatih fisik tak terelakkan lagi, seperti saat era Persebaya juara 2004 di mana saat itu Jacksen Ferreira Tiago sebagai pelatih kepala dibantu Stefano “Teco” Cugurra sebagai pelatih fisik. Menarik bagaimana manajemen dan staf pelatih mengatasi permasalahan fisik pemain. Akankah memutuskan untuk merekrut pelatih fisik atau tetap mempercayakan fisik pemain kepada pelatih yang ada.

Semoga pertandingan melawan Madiun putra semalam bisa menjadi bahan introspeksi seluruh komponen tim agar kedepannya Persebaya bisa berprestasi dan semakin membanggakan Bonek dan Surabaya. Semoga target promosi ke liga 1 bisa tercapai musim ini.

Salam satu nyali! Wani!

*) M. Faishal Rizky A, Pemilik akun Twitter @FaishalRizkyA

The post Empat Faktor Kegagalan Persebaya Raih Poin Penuh appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/04/21/empat-faktor-kegagalan-persebaya-raih-poin-penuh/feed/ 0 7630
Tembok Mahesa Jenar Redam Amunisi Muda Green Force https://emosijiwaku.com/2017/03/13/tembok-mahesa-jenar-redam-amunisi-muda-green-force/ https://emosijiwaku.com/2017/03/13/tembok-mahesa-jenar-redam-amunisi-muda-green-force/#respond Mon, 13 Mar 2017 16:05:55 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=6407 Lini belakang Persebaya yang diisi pemain-pemain muda berhasil tampil bagus, walaupun harus kecolongan satu gol.

The post Tembok Mahesa Jenar Redam Amunisi Muda Green Force appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
EJ – Persebaya harus mengakui keunggulan tuan rumah PSIS Semarang dengan skor tipis 0-1 pada pertandingan uji coba Minggu (12/3) sore yang lalu. Kekalahan dari PSIS merupakan kekalahan kedua Persebaya pada pertandingan pramusim tahun ini. Sebelumnya, pada turnamen Dirgantara Cup di Sleman beberapa pekan lalu, dari lima pertandingan yang dilakoni Persebaya, anak asuh Iwan Setiawan mencatatkan satu kekalahan dari Cilegon United di fase grup.

Ujian Mental Untuk Pemain Lapis Kedua

Kalah dari PSIS menjadi pelajaran tersendiri bagi Persebaya, setidaknya begitulah ucapan coach Iwan usai pertandingan. Menurut coach Iwan, pemain-pemain muda yang diturunkan pada laga kemarin bisa belajar bagaimana caranya menghadapi tekanan dari tim yang memang sudah bisa dibilang matang.

Menghadapi Persebaya dalam duel klasik dua tim bersejarah, pelatih PSIS, Subangkit, menepati janjinya untuk menurunkan tim terbaik. Anam Syahrul yang sempat absen pada laga uji coba PSIS melawan Persekap Kabupaten Pekalongan kembali dimainkan sejak menit pertama. Selebihnya, pemain-pemain terbaik PSIS pun juga bermain sejak awal, termasuk tridente lini depan yang diisi Juni Riadi, Hari Nur Yulianto, dan Johan Yoga Utama.

Sementara itu, tim tamu Persebaya menurunkan pemain-pemain lapis dua yang jarang mendapatkan kesempatan bermain pada Piala Dirgantara lalu. Perubahan paling mencolok terlihat di lini belakang dan lini depan. Rahmat Juliandri dimainkan sejak awal mengisi posisi bek kiri menggantikan Mat Halil. Pemain debutan sekaligus kapten tim pada laga melawan PSIS, Rachmat Irianto mengisi pos bek tengah yang ditinggalkan Andri Muliadi.

Sedangkan di lini depan, trio Abu Rizal Rodeg, Siswanto dan Thaufan Hidayat dimainkan untuk mendukung Irfan Jaya yang diplot sebagai striker tunggal dalam formasi 4-2-3-1. Di sektor tengah, coach Iwan tetap memainkan duet Misbakul Solikin dan Sidik Saimima sebagai motor permainan Persebaya.

Jika dilihat dari starting eleven yang diturunkan, coach Iwan jelas ingin memberikan jam terbang lebih kepada pemain-pemain yang selama ini kerap menghuni bangku cadangan. Melawan PSIS yang turun dengan tim terbaik plus bermain di hadapan suporternya sendiri, coach Iwan seperti ingin membiasakan pemain merasakan atmosfer partai tandang di liga nanti.

Agresivitas Persebaya Gagal Menembus Tembok Pertahanan PSIS

Secara teknis, permainan anak-anak muda Green Force memang tidak kalah dari PSIS. Hal tersebut bisa dilihat dari kemampuan Irfan Jaya cs. dalam mengimbangi permainan PSIS yang turun dengan skuad terbaik.

Pada babak pertama, lini serang Persebaya yang dipimpin Irfan Jaya memang sempat merepotkan pertahanan PSIS. Namun itu hanya terjadi pada 20 menit pertama jalannya pertandingan. Irfan yang bukan tipe striker murni nampak kesulitan untuk menembus kokohnya pertahanan Mahesa Jenar yang dikomando pemain senior Anam Syahrul.

Ketidakmampuan Persebaya untuk bisa menembus pertahanan PSIS seolah mengulangi kejadian ketika Bajul Ijo dikalahkan Cilegon United di babak grup Dirgantara Cup. Hal ini sekaligus semakin menegaskan ketergantungan Persebaya pada sosok Rachmat Afandi sebagai ujung tombak. Tanpa Fandi yang memiliki kemampuan finishing baik serta pandai membuka ruang, amunisi-amunisi muda Green Force di lini serang seperti bermain tanpa pola.

Sepanjang babak pertama, praktis tak ada peluang berarti yang diciptakan oleh Persebaya. Di lain pihak, PSIS terlihat nyaman bermain dengan bola-bola pendek untuk mendikte pola permainan Persebaya. PSIS mendapatkan peluang terbaik di babak pertama ketika tendangan Juni Riadi mengenai tiang gawang Persebaya yang dikawal oleh Miswar Saputra.

Memasuki babak kedua, PSIS tetap memainkan skema permainan yang sama. Sementara itu, Persebaya mencoba mengubah pola permainan dengan memainkan pemain-pemain senior seperti Rendi Irwan dan Mat Halil pada pertengahan babak kedua. Masuknya nama-nama senior sempat menambah daya dobrak Persebaya. Namun PSIS sudah terlanjur menguasai pertandingan sehingga bisa mengantisipasi skema serangan Bajul Ijo.

PSIS akhirnya memecah kebuntuan pada menit ke-87. Melalui sebuah skema bola mati, gelandang Mahesa Jenar, M. Yunus yang memenangi duel udara di kotak penalti Persebaya berhasil menyundul bola masuk ke dalam gawang Miswar Saputra. Skor 1-0 untuk keunggulan tuan rumah bertahan hingga berakhirnya pertandingan.

Kesimpulan

Meski harus kalah oleh PSIS, namun ada beberapa poin yang bisa diambil dari pertandingan sore itu. Lini belakang Persebaya yang diisi pemain-pemain muda berhasil tampil bagus, walaupun harus kecolongan satu gol. Perhatian tentu tertuju pada sosok Rachmat Irianto. Putra bek legendaris Persebaya Bejo Sugiantoro itu diluar dugaan mampu tampil percaya diri pada pertandingan debutnya bersama tim senior.

Di luar gol yang bersarang ke gawang Persebaya, duet Rian dengan M. Syaifudin mampu tampil kokoh. Dengan kesempatan bermain yang terus diberikan, Rian bisa saja muncul sebagai pelapis yang mumpuni untuk duet bek utama M. Syaufudin dan Andri Muliadi.

Sedangkan untuk lini depan yang gagal mencetak gol, coach Iwan sepertinya memang harus mencari tambahan satu striker lagi untuk menambah daya gedor Persebaya. Tanpa Rachmat Afandi, lini serang Green Force kehilangan pemain finisher yang bertugas menyelesaikan serangan.

Pertandingan di Gelora Bung Tomo pada Minggu (19/3) depan dengan lawan yang sama bisa menjadi bahan evaluasi yang sangat penting. Jika tetap gagal menang melawan PSIS di GBT, sepertinya tambahan pemain baru yang memiliki jam terbang tinggi mutlak dibutuhkan Persebaya. (rvn)

The post Tembok Mahesa Jenar Redam Amunisi Muda Green Force appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/03/13/tembok-mahesa-jenar-redam-amunisi-muda-green-force/feed/ 0 6407
Permainan Efektif Bawa Persebaya Juara https://emosijiwaku.com/2017/03/09/permainan-efektif-bawa-persebaya-juara/ https://emosijiwaku.com/2017/03/09/permainan-efektif-bawa-persebaya-juara/#respond Thu, 09 Mar 2017 12:43:18 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=6223 Bagaimana cara coach Iwan meredam laju baja Cilegon di babak final? Berikut EJ punya ulasannya.

The post Permainan Efektif Bawa Persebaya Juara appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
EJ – Persebaya meraih hasil maksimal pada turnamen pramusim pertamanya, Dirgantara Cup 2017. Meski persiapan tim sangat tidak ideal dimana Persebaya hanya punya waktu kurang dari 2 bulan untuk persiapan, namun tim Bajul Ijo mampu keluar sebagai juara.

Pada partai final, anak asuh Iwan Setiawan mampu menghentikan perlawanan Cilegon United dengan skor 2-0. Kemenangan Green Force di partai puncak sekaligus membalaskan kekalahan pada fase grup. Lalu bagaimana cara coach Iwan meredam laju baja Cilegon di babak final? Berikut EJ punya ulasannya.

Coach Iwan Turunkan Tim Terbaik di Final

Setelah partai final, terjawab sudah mengapa Iwan Setiawan memilih melakukan rotasi ketika menghadapi Cilegon United di matchday 3 fase grup. Tampil dengan pemain lapis dua, kala itu Persebaya harus mengakui keunggulan Cilegon United dengan skor tipis 1-2.

Kembali menghadapi lawan yang sama pada babak final, coach Iwan tak ingin ambil resiko dengan langsung menurunkan tim terbaik sejak menit pertama. Kebijakan pemutihan kartu juga sangat menguntungkan Persebaya karena pemain yang diprediksi absen di babak final akibat akumulasi kartu seperti Abdul Azis bisa menghuni skuad utama.

Kembalinya Abdul Azis mengisi pos bek kanan memang menghadirkan keamanan di sektor belakang, sekaligus menambah daya gedor penyerangan. Abdul Azis melengkapi trio M. Syaifudin – Andri Muliadi – Mat Halil yang mengisi posisi empat bek dalam formasi 4-2-3-1 andalan coach Iwan. Turun dengan kombinasi bek terbaik, kiper utama Dimas Galih pun bisa tampil lebih tenang dan percaya diri.

Di lini tengah, duet Misbakul Solikin dan Sidik Saimima tetap menjadi pilihan utama sebagai “dinamo” Persebaya. Untuk mendobrak pertahanan Cilegon, coach Iwan menempatkan Oktavianus Fernando, Rendi Irwan dan Thaufan Hidayat sebagai penopang Rachmat Afandi yang berdiri sebagai striker tunggal.

Sedikit kejutan adalah masuknya Thaufan Hidayat pada starting eleven. Thaufan dipilih untuk menggantikan Siswanto atau Irfan Jaya yang biasanya menjadi langganan pengisi pos sayap kiri. Karakter Thaufan yang bisa membantu pertahanan dipilih untuk meredam agresivitas pemain-pemain sayap Cilegon United.

Bermain Efektif dan Disiplin

Persebaya nampak benar-benar sudah belajar dari kesalahan yang dilakukan saat kalah dari Cilegon di babak penyisihan Grup B. Di partai final, pemain bermain sangat disiplin dan efektif. Kesalahan-kesalahan kecil seperti yang terjadi pada pertemuan pertama tidak terjadi lagi.

Duet M. Syaifudin dan Andri Muliadi bermain kompak. Khusus untuk Syaifudin, bek muda ini mendapat nilai plus karena sundulannya memanfaatkan umpan tendangan sudut Misbakul Solikin pada menit ke-34 mampu memecah kebuntuan. Sementara di posisi full-back, Abdul Azis dan “Abah” Mat Halil juga tampil apik saat membantu pertahanan dan penyerangan.

Seperti yang sudah sempat EJ ulas sebelumnya, kunci permainan Persebaya terletak pada duet gelandang tengah yang diisi oleh Sidik Saimima dan Misbakul Solikin. Sidik bermain taktis di laga final dengan tekel-tekel akurat yang mampu memutus serangan Cilegon. Determinasi Sidik di lapangan tengah pun meringankan tugas Solikin yang bertindak sebagai kreator serangan serta pengatur tempo permainan.

Permainan efektif lewat umpan-umpan pendek-cepat terihat pada gol kedua Persebaya di menit ke-40 yang dicetak oleh Oktavianus Fernando. Mendapat bola dari lini tengah, Rendi Irwan bergerak merangsek ke pertahanan Cilegon United. Dikawal 4 pemain lawan, pemain mungil bernomor 12 itu secara jitu memberikan umpan chip kepada Oktavianus Fernando. Lesatan Oktav ke pertahanan Cilegon tak bisa dikejar oleh bek lawan. Placing ringan Oktav membuat Green Force unggul 2-0 sebelum jeda.

Di babak kedua, Persebaya tetap bermain disiplin guna mengimbangi Cilegon yang kian gencar memberikan gempuran. Rachmat Afandi nyaris saja menambah keunggulan Persebaya jika tendangannya tidak terkena tiang gawang. Berkat kedisplinan tinggi, pemain-pemain Persebaya mampu mempertahankan keunggulan hingga peluit panjang dibunyikan. Persebaya pun juara. Sebuah awal yang bagus untuk Green Force. (rvn)

The post Permainan Efektif Bawa Persebaya Juara appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/03/09/permainan-efektif-bawa-persebaya-juara/feed/ 0 6223