Drama Azrul Archives | Emosi Jiwaku https://emosijiwaku.com/tag/drama-azrul/ Portal informasi terpercaya dan terkini tentang Persebaya dan Bonek Fri, 04 Sep 2020 09:47:03 +0000 en-US hourly 1 145948436 Kita Punya Problem Komunikasi https://emosijiwaku.com/2019/12/23/kita-punya-problem-komunikasi/ Mon, 23 Dec 2019 08:43:36 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=29719 Saya pernah menulis jika Azrul Ananda merupakan sosok presiden klub yang visioner. Pemikirannya selalu jauh di depan. Konsep dan visi jangka panjangnya di Persebaya, mulai pengelolaan klub hingga pembinaan usia dini, membuat klub kebanggaan Bonek ini menjadi klub yang lebih profesional.

The post Kita Punya Problem Komunikasi appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Saya pernah menulis jika Azrul Ananda merupakan sosok presiden klub yang visioner. Pemikirannya selalu jauh di depan. Konsep dan visi jangka panjangnya di Persebaya, mulai pengelolaan klub hingga pembinaan usia dini, membuat klub kebanggaan Bonek ini menjadi klub yang lebih profesional.

Sebelum Liga 1 2019 bergulir, saya sempat bertanya langsung ke Azrul dalam sebuah pertemuan antar stakeholders Persebaya di sebuah rumah makan. Mengapa visi-visi besar Azrul seperti tidak tersampaikan dengan baik? Visi-visi itu sering tertutupi drama-drama yang terjadi sepanjang musim. Memang, perjalanan Persebaya selalu diiringi drama-drama remeh-temeh yang sangat mengganggu semisal drama “Bonek Customer” atau drama “Andik-Evan”.

Waktu itu, saya mengatakan bahwa kita mempunyai masalah komunikasi yang kurang baik. Bagaimana manajemen belum mampu mengomunikasikan setiap kebijakannya dan visi misi Azrul kepada Bonek dengan baik. Dan seringkali, setiap permasalahan tidak diselesaikan dengan tuntas. Sehingga, menimbulkan rasa tidak percaya di antara para stakeholders.

Persebaya bisa berprestasi jika antar stakeholders ada rasa percaya. Semua kebijakan manajemen bisa berjalan dengan baik jika ada rasa percaya dari Bonek. Untuk itu dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik. Saya kira manajemen punya modal cukup besar karena melimpahnya kanal-kanal media yang dimiliki.

Usai musim 2019 berakhir, saya berharap tak ada lagi drama lagi. Tim kembali fokus bagaimana mengejar prestasi lebih baik di musim 2020. Kita nikmati dulu gelar Runner Up yang resmi diraih Persebaya. Kita syukuri berakhirnya liga yang tidak manusiawi ini sambil menunggu datangnya tahun baru.

Sehari setelah gelar Runner Up dipastikan untuk Persebaya, ada tulisan dari Azrul berjudul “Kita Punya Problem Home” yang berpotensi memunculkan drama.

Usai membaca tulisan itu, saya hanya bisa bergumam, “Ah shit, here we go again…”

Bonek yang membaca tulisan itu kemungkinan setuju atas isi tulisan, termasuk saya. Tak ada satu pun Bonek membenarkan aksi kerusuhan usai laga lawan PSS di GBT itu. Bahkan Bonek sudah mengakui kesalahannya. Terbukti ada video permintaan maaf dari perwakilan tribun Bonek atas terjadinya kerusuhan. Jadi tidak benar jika ada yang mengatakan Bonek tidak mau disalahkan.

Namun, apakah tulisan itu harus dimuat sekarang? Bukankah kita, tim, manajemen, dan Bonek, baru saja “berpesta” atas pencapaian Persebaya musim ini? Ini waktu yang tepat bagi manajemen untuk membuat konten-konten yang membangun optimisme. Bukan konten yang menyalahkan pihak lain.

Jangan membangun sekat kembali. Lihatlah usai kemenangan atas Badak Lampung di mana semua pihak berbaur di tengah lapangan GBT. Momen yang sangat luar biasa yang bisa diartikan apapun masalah yang dihadapi Persebaya bisa diselesaikan bersama-sama. Tidakkah kita menikmati terlebih dahulu momen-momen kebersamaan itu? Mengapa harus terburu-buru membuat konten yang bisa membuka luka yang baru saja sembuh?

Saya paham jika manajemen mungkin merasa jengkel usai kerusuhan yang berimbas sanksi larangan tanpa penonton hingga akhir musim. Namun tak semua perasaan harus diungkapkan dalam sebuah tulisan. Ada banyak bentuk kampanye yang bisa dipilih. Namun intinya adalah bagaimana mengajak Bonek untuk mendukung Persebaya secara positif.

Manajemen mempunyai modal yang sangat luar biasa. Tanpa disuruh pun, Bonek dengan sukarela mengeluarkan uangnya untuk membeli tiket dan merchandise. Segala hal akan dilakukan Bonek untuk mendukung tim kebanggaannya, Persebaya. Manajemen hanya perlu menghargai keberadaan Bonek atau dalam bahasa Jawanya nguwongke. Tak usah membuat drama-drama tak penting yang bisa menghilangkan kepercayaan Bonek kepada manajemen. Karena drama-drama itu bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan pun.

Tolonglah Pak Pres, tak ada drama lagi musim depan. Ayo fokus songsong musim 2020 dengan sinergi positif.

The post Kita Punya Problem Komunikasi appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
29719
Mas Azrul Ananda, Iya Ta? https://emosijiwaku.com/2019/12/23/mas-azrul-ananda-iya-ta/ Mon, 23 Dec 2019 08:27:45 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=29716 Jelas sudah, tulisan saya adalah respon dari tulisan sampean yang dimuat hanya beberapa hari dari euforia Runner-up yang baru saja kita petik. Saya baru membacanya siang jam 1 tadi, bangun tidur. Saya kaget, jujur saja, kurang paham, mengapa sampean memuatnya ditengah euforia, di tengah BONEK yang di status-status media sosialnya berharap tak ada lagi drama-drama murahan seperti yang sudah dilalui di pra dan awal dua musim terakhir.

The post Mas Azrul Ananda, Iya Ta? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Jelas sudah, tulisan saya adalah respon dari tulisan sampean yang dimuat hanya beberapa hari dari euforia Runner-up yang baru saja kita petik. Saya baru membacanya siang jam 1 tadi, bangun tidur. Saya kaget, jujur saja, kurang paham, mengapa sampean memuatnya ditengah euforia, di tengah BONEK yang di status-status media sosialnya berharap tak ada lagi drama-drama murahan seperti yang sudah dilalui di pra dan awal dua musim terakhir.

Oh, iya, perkenalkan, saya adalah salah satu BONEK dan bukan hanya sekadar penggemar Persebaya. “Bukan”, “hanya”, “sekadar”, mohon tidak lantas sampean simpulkan sebagai keangkuhan, kesombongan maupun keangkuhan. BONEK adalah sebenar-benarnya kekasih Persebaya. Saya hanyalah jelata, seperti BONEK lainnya, bukan seperti sampean yang Presiden Persebaya.

Pertama, saya ingin mengatakan, problematika laga kandang yang sudah Persebaya jalani. Sesuai dengan data yang sampean sampaikan. Hanya 7 kali menang dari 17 pertandingan. Memang menggelikan bagi tim sekelas Persebaya yang berjargon sustainable itu. Tim sekelas Persebaya yang di awal-awal menyampaikan target juara, nyatanya bermain seperti tim medioker Manchester United yang hanya menargetkan papan tengah agak ke atas. Namun tetap harus kita syukuri, Persebaya beranjak ke puncak, copy paste siklus musim sebelumnya.

Saya tidak menuding siapa yang salah. Sampean, manajer yang memakai kerpus biru itu, pelatih utama, asisten pelatih, pelatih kiper, pemain, anak gawang, atau justru kami, BONEK, yang sampean sebut hanya sebagai penggemar Persebaya. Yang saya tuding jelas apa yang salah. Tak perlu dijawab gamblang, biar kebesaran hati dan kejernihan pikiran yang menjawabnya.

Kedua, mengenai kalimat sampean yang “….Wong tidak ada yang ditangkap meski telah melakukan perusakan….” itu sungguh membuat saya mesem. Dengan kegagahan yang sampean tunjukkan, lantas dengan seolah-olah lugu dan polosnya bertanya kepada publik, “Salah siapa?”. Sekali lagi saya mesem ketika membacanya, dan mesem lagi ketika menuliskannya.

Mas, ketika sampean, saya, ataupun siapa saja mencret, murus-murus, langkah alamiah yang diambil adalah mencari tombo-nya. Ketika mengolesinya dengan minyak angin dan dibuat rebahan tidak mempan, apa salahnya jika memanggil langkah yang lebih, menenggak teh hitam misalnya. Memang, efeknya mengejutkan dalam pencernaan. Tapi, hasilnya waras.

Lihat, pasca kejadian puncak dari kejengahan kami terhadap performa dan tindakan yang menurut sampean sudah benar itu, apakah lantas Persebaya menelan kekalahan di sisa laga? Tidak kan? Bukan lantas saya menghendaki terjadinya perusakan yang seperti sampean sebutkan itu loh, ya, yang sebenarnya lebih pantas disebut sebagai pitch-invasion, sebagaimana saya dan BONEK lainnya yang tidak menghendaki Persebaya yang sering kehilangan jati diri, tapi ngotot sudah mengenali diri.

Ketiga, setiap tim ini menemui titik yang tidak mengenakkan, sampean kerap mengeluarkan jurus “Memang masih ada pihak-pihak yang tidak ingin melihat Persebaya sukses. Atau, masih ada pihak-pihak yang iri melihat kemajuan Persebaya. Atau, masih ada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dari Persebaya.” Kepada publik. Saya jadi menggaruk kepala saya yang gak gatal. Kalimat sampean itu kalimat bersayap. Bisa saja berdampak pada siapa yang saat itu dianggap “merusak” Persebaya. Saya gak baper, loh. Mungkin kalimat itu masih wajar jika disebutkan oleh BONEK yang jelata dan pernah berhadapan jelas dengan siapa saja yang membunuh Persebaya saat itu. Nah, sampean?

Kalau 17 tim lainnya jelas tidak ingin melihat Persebaya sukses, karena atas dasar kompetisi, mereka juga ingin sukses. Ukuran kesuksesan adalah berprestasi, dan hanya ada satu tempat untuk berprestasi; juara. Kalau ada yang iri melihat kemajuan Persebaya, ya jelas. Di tangan sampean, tim ini menjadi tim yang tampaknya profesional dan stabil keuangannya. Siapa coba yang tidak iri? Kemudian, masih ada pihak yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dari Persebaya. Siapa pihaknya, orangnya, person-nya?

Jadi begini, Mas. Selama sampean tidak punya itikad atau keberanian untuk menyebutkan siapa-siapanya, saya kira kurang elok kalau kalimat-kalimat di atas kerap disebutkan dikala Persebaya sedang mengalami oleng atau kejayaan sekalipun. Itu bersayap, loh. Serius. Dan yang mengucapkan, sekelas Presiden Persebaya. Sangar, kan?

Keempat, tentang denda dan reputasi. “Denda bisa dibayar, uang bisa dicari. Tapi kebahagiaan mendukung langsung tidak bisa digantikan.” adalah kalimat yang saya kutip dari tulisan sampean. Izinkan saya meresponnya dengan kalimat kesombongan. Mas, arek-arek itu, gak duwe kerjoan ae wani rabi kok. Iki Suroboyo, Mas. Wong Jowo. Banyak akalnya untuk mensiasati keadaan. Ketika sampean merasa sambat dengan uang denda yang tak ada apa-apanya dibandingkan apa yang telah dilakukan BONEK kepada Persebaya, saya gak habis pikir. Serius, saya gak habis pikir. Sampai stuck saya untuk menjelaskannya. Gila.

Juga reputasi. Kalau boleh saya menarik sejarah, justru ketika Persebaya kembali berlaga, di situlah puncak dari unjuk reputasi BONEK. Tapi, apakah sampean pernah berpikir jika justru BONEK sudah lebih dulu berproses, merevolusi diri ketika tahunan paksa Persebaya dibunuh paksa oleh federasi dan BONEK berkeringat darah mencari ramuan untuk membangkitkannya? Sampean enak, tinggal nampani istilahnya. Tetapi, jerih payah itu murni dari kesadaran dan pergerakan BONEK sendiri, bukan siapapun juga, termasuk sampean. Sudah jalan-Nya.

Sekarang sampean menyebutkan percuma teriak “Kami sudah berubah” atau bla-bla-bla kalau masih seperti ini. Mas, masing-masing BONEK itu punya cermin besar untuk berkaca. LEK SALAH NGOMONG SALAH, LEK BENER NGOMONG BENER. Itu slogan lama yang juga sudah BONEK lakukan lama. BONEK tidak akan menuding-nuding untuk mencari siapa yang salah. Karena, sekali lagi, yang dicari BONEK dan akan terus dicari adalah mencari apa yang salah, apa yang benar.

Bicara reputasi. Wong sampean sendiri saja, menurut saya, kayaknya malu kok untuk menyebutkan BONEK dan menurut saya, sampean merasa lebih aman untuk menyebutkan penggemar, fans, atau pecinta Persebaya. Opo iki, Mas? Ketika di luar sana, masyarakat luas, mulai menoleh dan memaafkan masa kelam BONEK, ketika respect itu muncul, ketika sekian apa yang kami lakukan untuk membersihkan dosa masa lalu, ketika mata dunia perlahan bahwa di Surabaya juga punya kebanggaan, dan sampean masih menyebutnya sebagai penggemar Persebaya dan bukan BONEK?

Bagi sampean mungkin sepele, atau mungkin yang sengaja dihindari. Karena, memang BONEK masih seksi di media tentang kenegatifannya. Bungkam seribu bahasa ketika berusaha menempuh kebaikan. Selain itu, BONEK mungkin kurang mendapatkan nama jual di perusahaan. Mungkin loh, ya. Tapi, mbok, ya, kita ini BONEK, bukan hanya sekadar penggemar Persebaya.

Ah, sudah lah, Mas. Lapar saya, tak ke warung dulu cari sego sadhukan. Jangan lantas tulisan ini dianggap kontra. Ini tulisan penyeimbang saja meskipun bobotnya tak seberat tulisan yang sudah sampean muat. Ini tulisan embongan, dari orang yang kurang berpendidikan. Intinya, berjaya atau terpuruknya Persebaya, mari kita hadapi sama-sama. Jangan menghindar ataupun cuci tangan bahkan nabok nyilih tangan.

Yah, semoga tak ada lagi adegan seakan-akan meminta maaf dengan menepuk-nepuk dada dihadapan BONEK yang sedang kecewa luar biasa. Tak ada lagi pitch-invasion kecuali ketika mengangkat trofi juara. Tak ada lagi drama-drama rendahan dan murahan. Tak ada lagi kebebalan-kebebalan. Semoga juga, 2020 kita tak punya lagi problems yang kita buat-buat sendiri.

Salam dari saya yang sok tahu dan sok menilai itu. Bismillah!

The post Mas Azrul Ananda, Iya Ta? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
29716