editorial ej Archives | Emosi Jiwaku https://emosijiwaku.com/tag/editorial-ej/ Portal informasi terpercaya dan terkini tentang Persebaya dan Bonek Fri, 04 Sep 2020 09:45:07 +0000 en-US hourly 1 145948436 Persebaya, Kami Khawatir Gol Kamu https://emosijiwaku.com/2019/06/03/persebaya-kami-khawatir-gol-kamu/ Mon, 03 Jun 2019 07:31:04 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=25695 Persebaya saat ini bertengger di posisi 13 klasemen sementara dengan raihan poin dua (2). Secara posisi klasemen tersebut, Persebaya berada di posisi tiga tingkat jauh lebih baik dari juara Liga 1 2018 lalu, yaitu Persija Jakarta. Tapi, pencapaian tersebut tidak bisa dikatakan baik dan positif untuk Green Force. Pasalnya hingga pekan ketiga tersebut, anak asuh Djadjang Nurdjaman ini harus rela berada di bawah posisi debutan baru Perseru Badak Lampung FC.

The post Persebaya, Kami Khawatir Gol Kamu appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Persebaya saat ini bertengger di posisi 13 klasemen sementara dengan raihan poin dua (2). Secara posisi klasemen tersebut, Persebaya berada di posisi tiga tingkat jauh lebih baik dari juara Liga 1 2018 lalu, yaitu Persija Jakarta. Tapi, pencapaian tersebut tidak bisa dikatakan baik dan positif untuk Green Force. Pasalnya hingga pekan ketiga tersebut, anak asuh Djadjang Nurdjaman ini harus rela berada di bawah posisi debutan baru Perseru Badak Lampung FC.

Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap Perseru Badak Lampung FC, mereka bahkan berhasil menorehkan poin tiga (3), hasil dari satu kemenangan melawan Kalteng Putra. Menariknya hasil tersebut didapat di kandang Kalteng Putra.

Bandingkan dengan Persebaya. Tim ini bukan dibentuk dengan materi pemain dan tim kepelatihan baru seperti Badak Lampung FC. Mayoritas pemain diisi muka lama yang membantu mereka bertengger di posisi lima (5) klasemen akhir Gojek Liga 1 2018 lalu. Selain itu, berbeda dengan Badak Lampung, Bajol Ijo juga mendapatkan dukungan berlimpah dari suporternya. Selama 3 laga awal Liga 1, dua pertandingan dilakukan di kandang. Salah satunya melawan Kalteng Putra yang harus diakhiri dengan skor sama kuat 1-1. Sedangkan ketika melawan PSIS, pertandingan juga harus diakhiri dengan skor sama kuat 1-1.

Bonek dan Bonita untuk kali ini memang pantas memiliki kekhawatiran dengan performa Persebaya. Pasalnya tim ini sudah bermain dan berkumpul bersama-sama cukup lama. Tepatnya sejak fase pre-season, Piala Indonesia hingga Piala Presiden lalu. Lain dengan kondisi musim lalu dimana persiapan liga dilakukan agak terlambat dibandingkan klub-kub lainnya.

Melihat permainan Persebaya dari tribun dalam beberapa pertandingan terakhir, memang harus diakui lebih menyerang dari biasanya. Serangan demi serangan terus dilakukan sepanjang pertandingan seperti sepasukan tentara yang terus bergerak maju perlahan dengan membawa sejumlah senjata dan amunisi. Tanpa takut dan tak kenal lelah. Menariknya, senjata yang dipakai untuk membombardir pertahanan musuh ini adalah sebuah meriam dari kaki Ruben Sanadi. Skema serangan yang kurang lebih bertumpu pada mobilitas tinggi dan crossing Ruben tersebut dilakukan hampir sepanjang 90 menit pertandingan.

Tidak ada yang salah dengan pilihan skema tersebut. Tapi di sinilah publik mulai dibuat khawatir. Suara-suara publik ini kurang lebih sama. Respons Bajol Ijo terhadap perubahan permainan lawan (sebagai respons atas kondisi di lapangan) nyaris kurang terlihat. Alih-alih publik justru diajak untuk terus melihat skema crossing yang sama guna menanti kejutan yang ditawarkan oleh Persebaya. Sayangnya kejutan itu tidak pernah muncul. Mungkin karena lawan yang sudah lebih dulu merespons skema ini dengan jauh lebih baik (berdasarkan kondisi permainan di lapangan) sehingga potensi keberuntungan Green Force untuk mencetak gol dan mendapatkan 3 poin pun untuk sementara harus diurungkan.

Perjalanan memang masih panjang. Masih ada 31 pertandingan di depan. Masih sangat mungkin klub-klub lainnya juga mengalami fase sulit untuk mencetak gol atau mendapatkan 3 poin di masa depan. Tapi satu yang harus tim kepelatihan dan pemain ingat bahwa keajaiban dan keberuntungan itu harus dibuat bukan untuk ditunggu. Sama halnya seperti tak bisa mencari gol lewat crossing, tapi ada beragam cara lainnya untuk mencetak gol. Contohnya melalui skema tendangan bebas, sepak pojok, penalti, umpan pendek terukur, through pass atau dengan tendangan jarak jauh sekalipun.

Semoga libur lebaran ini tim pelatih dan para pemain juga manajemen bisa memanfaatkan momen ini untuk merefleksi kembali perjalanan Persebaya selama tiga pertandingan awal yang sudah dijalani untuk mempersiapkan diri pada 31 pertandingan di depan. Akhir kata, kami berharap kekhawatiran bonek-bonita bisa mereda di pertandingan ke-4 (empat) dan slogan bersejarah, Kami Haus Gol Kamu bisa menghapus judul tulisan diatas sebelumnya. Mohon maaf lahir dan batin!

The post Persebaya, Kami Khawatir Gol Kamu appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
25695
Sudahi Prasangka, Kekalahan Persebaya Bahan Koreksi untuk Musim Depan https://emosijiwaku.com/2018/12/02/sudahi-prasangka-kekalahan-persebaya-bahan-koreksi-untuk-musim-depan/ Sun, 02 Dec 2018 04:59:26 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=22505 Tak ada suporter yang bahagia tatkala tim kebanggaannya kalah. Apalagi kekalahan itu sangat telak. Skor 4-0 untuk kemenangan PSMS atas Persebaya mungkin tak terbayangkan di benak Bonek sebelum laga. 4 kemenangan beruntun dengan skor-skor mencolok membuat Persebaya diunggulkan melawan tuan rumah. Namun fakta berbicara lain.

The post Sudahi Prasangka, Kekalahan Persebaya Bahan Koreksi untuk Musim Depan appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Tak ada suporter yang bahagia tatkala tim kebanggaannya kalah. Apalagi kekalahan itu sangat telak. Skor 4-0 untuk kemenangan PSMS atas Persebaya mungkin tak terbayangkan di benak Bonek sebelum laga. 4 kemenangan beruntun dengan skor-skor mencolok membuat Persebaya diunggulkan melawan tuan rumah. Namun fakta berbicara lain. Persebaya mengalami kekalahan terbesar musim ini.

Usai pertandingan, tuduhan main mata tak sedikit dialamatkan kepada Persebaya. Di tengah maraknya isu match fixing, kekalahan telak Persebaya dianggap tak wajar. Prasangka-prasangka buruk bergerak liar bak bola salju. Namun semuanya masih sebatas tuduhan tanpa bukti.

Sebenarnya, tak hanya kekalahan telak yang menyebabkan banyak pihak menuduh Persebaya main mata. Saat menang telak atas Persib di Bali, Persebaya juga tak luput dari prasangka itu. Kemenangan 4-1 di Stadion I Wayan Dipta dianggap pemberian Persib agar Persebaya segera aman dari jeratan zona degradasi.

Di tengah kondisi bangsa yang dipenuhi prasangka, sangat mudah bagi seseorang memberikan tuduhan. Namun jika tuduhan itu tidak disertai bukti, hal itu bisa jadi sangat jahat. Kekalahan Persebaya semalam seolah menghapus 4 kemenangan beruntun yang diraih Green Force. Padahal kemenangan itulah yang membuat Persebaya aman dari degradasi.

Kita harus percaya integritas pelatih Djadjang Nurdjaman, Bejo Sugiantoro, dan para pemain yang membawa lambang Persebaya di dada. Kekalahan itu jika dimaknai positif justru bisa menjadi bahan koreksi bagi Persebaya dalam pembentukan tim untuk Liga 1 musim depan.

Kemenangan kadang melenakan. Seandainya Persebaya menang atas PSMS, tentu kita menjadi silau dan menganggap tim ini bisa bersaing untuk musim depan. Ternyata, kekalahan membuat lubang-lubang kelemahan Persebaya tampak menganga. Tim ini masih rapuh dan tak cukup kuat untuk berkompetisi musim depan.

Persebaya masih lemah secara mental. Dari 15 kali laga di mana Persebaya tertinggal lebih dulu, Green Force tak sekali pun meraih kemenangan. Dari 15 laga itu, 11 kali kalah dan sisanya imbang. Harus ada perombakan yang signifikan jika Persebaya mau bersaing dan merebut gelar juara.

Inilah saat yang tepat buat tim pelatih untuk mengoreksi skuadnya. Laga terakhir melawan PSIS bisa jadi ajang seleksi bagi pemain untuk bisa lolos dan menjadi skuad Persebaya di Liga 1 2019. Manajemen juga bisa secara obyektif menilai kinerja tim pelatih. Untuk Bonek, saatnya kita percaya penuh kepada tim.

Musim pertama Persebaya di Liga 1 sangat berat. Perjuangan Green Force jika diilustrasikan bak naik roller coaster. Sempat menjadi kandidat tim yang terdegradasi, kini Persebaya hampir sampai garis finish dengan selamat. Persebaya telah lolos dari jeratan degradasi dan bahkan berpeluang finish di papan atas. Bukankah ini hasil akhir yang membahagiakan?

Kami percaya padamu, Green Force!

The post Sudahi Prasangka, Kekalahan Persebaya Bahan Koreksi untuk Musim Depan appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
22505
Mari Belajar dari Sanksi Komdis untuk Arema FC https://emosijiwaku.com/2018/10/11/mari-belajar-dari-sanksi-komdis-untuk-arema-fc/ Thu, 11 Oct 2018 15:21:30 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=21324 Sebagian Bonek mungkin kecewa atas hukuman Komdis PSSI untuk Arema FC. Mereka membandingkan misalnya mengapa hukuman denda uang untuk Arema FC lebih kecil dibanding denda ke Persebaya. Padahal Bonek menganggap pelanggaran disiplin yang dilakukan Aremania lebih banyak.

The post Mari Belajar dari Sanksi Komdis untuk Arema FC appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Sebagian Bonek mungkin kecewa atas hukuman Komdis PSSI untuk Arema FC. Mereka membandingkan misalnya mengapa hukuman denda uang untuk Arema FC lebih kecil dibanding denda ke Persebaya. Padahal Bonek menganggap pelanggaran disiplin yang dilakukan Aremania lebih banyak.

Kita memang boleh mengkritisi keputusan itu. Namun kita mesti sadar jika kita tak lebih baik dari Aremania. Coba tengok apa yang dilakukan Aremania saat laga di Stadion Kanjuruhan. Hal serupa juga dilakukan Bonek saat Persebaya menjamu Arema FC di Gelora Bung Tomo (GBT).

Pelemparan, spanduk provokatif, nyanyian rasis, suporter kencing di depan gawang, penyalaan flare dan smoke bomb. Semuanya pernah dilakukan baik oleh Bonek maupun Aremania saat kedua tim bertemu musim ini. Bedanya, Bonek melakukannya jauh sebelum terjadinya kasus kematian suporter Persija, Haringga Sirla.

Kita patut bersyukur hukuman untuk Persebaya waktu itu tidak sampai mencabut hak Bonek untuk menonton tim kebanggaan berlaga hingga akhir musim. Manajemen Persebaya mungkin bakal memilih sanksi denda Rp 400 juta ketimbang Rp 100 juta tapi harus menggelar pertandingan tanpa penonton. Berapa miliar potensi uang menguap jika Persebaya harus menggelar laga tanpa penonton di kandang? Belum lagi jika Bonek dilarang menonton Persebaya saat away.

Kita harus menanyakan bagaimana rasanya dilarang menonton tim kebanggaannya kepada Bobotoh dan Aremania. Musim ini, mereka dihukum tidak boleh menonton timnya di stadion mana pun di Indonesia hingga akhir musim. Bahkan, Bobotoh dilarang hingga pertengahan musim 2019.

Memang, kita pernah merasakan hal yang sama. Bagaimana Bonek dipaksa puasa menonton Persebaya berlaga selama bertahun-tahun. Namun, kita pasti tak ingin kembali ke masa-masa itu.

Jatuhnya hukuman Komdis kepada Arema FC dan Aremania harus menjadi pelajaran bagi Bonek. Artinya, PSSI bisa menjatuhkan hukuman serupa buat klub dan suporter mana pun yang kedapatan melanggar disiplin usai kasus kematian Haringga.

Kita harus mulai berkaca diri. Karena Bonek belum 100 persen berubah. Kita bisa saja mengklaim kalau Bonek telah berubah. Namun faktanya saat Bonek menonton pertandingan Persebaya, selalu saja ada pelanggaran disiplin. Saat melawan Mitra Kukar di GBT misalnya. Sebagian Bonek dengan mudah melempari wasit dengan botol minuman hanya karena menganggap wasit salah usai memberi kartu merah Fandry Imbiri.

Belum lagi beberapa nyanyian rasis masih terdengar dari sudut-sudut tribun GBT. Jika dulu saat di Liga 2, Bonek masih mengingatkan Bonek lain yang bernyanyi rasis. Saat di Liga 1 ini, hal itu malah dibiarkan. Flare dan smoke bomb juga masih dinyalakan jika Persebaya gagal menang di kandang.

Semua pelanggaran disiplin itu berpotensi mendatangkan hukuman dari denda hingga larangan menonton. Jika Bonek dikenai hukuman itu, Persebaya akan kehilangan potensi pendapatan yang banyak untuk operasional tim. Selain itu, Persebaya akan kehilangan dukungan langsung dari Bonek. Apakah kita mau seperti itu? Pasti tidak.

Persebaya masih mempunyai 6 laga di kandang, salah satunya melawan Persija. Di putaran pertama, Bonek dan The Jakmania terlibat perseteruan panas, baik di stadion maupun di dunia maya. Laga ini berpotensi panas dan bisa terjadi pelanggaran-pelanggaran disiplin.

Kita tak ingin Persebaya dan Bonek diberi sanksi oleh Komdis. Oleh karena itu, saatnya Bonek berubah. Segera lupakan euforia jatuhnya hukuman Komdis untuk Arema FC dan Aremania. Bonek punya agenda lebih penting yakni mendukung Persebaya hingga akhir musim. Jika mencintai Persebaya, pastinya kita tak akan mudah melakukan hal-hal yang merugikan tim kebanggaan.

Salam Redaksi!

The post Mari Belajar dari Sanksi Komdis untuk Arema FC appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
21324
Satu Tahun Manajemen Baru, Langkah Awal Persebaya Selamanya https://emosijiwaku.com/2018/02/07/satu-tahun-manajemen-baru-langkah-awal-persebaya-selamanya/ Wed, 07 Feb 2018 04:18:05 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=14217 Hari ini setahun yang lalu, tepatnya 7 Februari 2017, menjadi salah satu fase kebangkitan Persebaya.

The post Satu Tahun Manajemen Baru, Langkah Awal Persebaya Selamanya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Hari ini setahun yang lalu, tepatnya 7 Februari 2017, menjadi salah satu fase kebangkitan Persebaya. Sebelumnya, selama bertahun-tahun Bonek dan stakeholder lain berjuang mengembalikan klub kota pahlawan ini. Sampai kemudian pada 8 Januari 2017 di Bandung, hak Persebaya dipulihkan oleh federasi. Tepat setahun lalu, PT Persebaya Indonesia (PI) selaku pengelola Persebaya mengalihkan 70 persen saham klub kepada PT Jawa Pos Sportainment (JPS).

Langkah strategis ini ditempuh oleh manajemen PT PI untuk kelangsungan roda Persebaya pada kompetisi yang akan diikutinya yaitu Liga 2 2017. Dengan bergantinya mayoritas pemegang saham maka mengubah pula susunan direksi PT PI. Sebelumnya Cholid Goromah adalah Direktur Utama PT PI. Kemudian setelah PT JPS masuk maka pucuk tertinggi PT PI diduduki oleh Azrul Ananda yang menyebut dirinya sebagai Presiden Persebaya.

Dalam pernyataan pertamanya kepada khalayak, Azrul menekankan bahwa pihaknya akan mengelola Persebaya bukan hanya satu atau dua tahun. “Persebaya Selamanya” menjadi slogan awalnya dengan menekankan pada kata Persebaya yang sustainable.

Selama satu tahun bersama Persebaya, manajemen baru ini banyak hal menarik yang bisa menjadi catatan. Baik terkait tentang prestasi tim, hubungannya dengan stakeholder lain, dan lain sebagainya. Menjuarai turnamen Dirgantara Cup adalah prestasi awal Persebaya. Saat itu Persebaya masih ditangani oleh Iwan Setiawan.

Mengawali Liga 2 2017, yang menjadi sorotan adalah harga tiket. Bonek dan manajemen akhirnya berdiskusi dan mencari solusi sebagai jalan tengah. Lepas setelahnya, kasus di Martapura terkait Iwan Setiawan membuat heboh sepak bola Surabaya. Titik puncaknya adalah demo Bonek menuntut dipecatnya Iwan Setiawan. Manajemen merespon tindakan indisipliner Iwan dengan memberi skorsing selama 2 laga sampai akhirnya benar-benar diberhentikan dan diberi denda Rp 100 juta.

Tanpa waktu lama, Persebaya menunjuk Alfredo Vera mantan pelatih Persipura. Jejak Vera membawa tim Papua menjuarai TSC A membuat optimis Persebaya. Puncaknya 28 November 2017 di Bandung, Persebaya berhasil merebut juara Liga 2 dan lolos ke Liga 1 musim ini. Suka duka sampai mencapai puncak Liga 2 dialami oleh manajemen maupun Bonek itu sendiri.

Menjelang Liga 1, manajemen memutuskan memboyong banyak pemain asal Persipura dan langsung menjadi ramai di media sosial. Manajemen kembali mendapat sorotan. Sorotan paling tajam juga saat merekrut Otavio Dutra dan Robertino Pugliara. Belum selesai sampai di situ, masuklah Arthur Irawan, sosok yang tiba-tiba dikontrak Persebaya. Sampai hari ini belum ada foto resmi pemain yang banyak dijuluki king atau lord di media sosial saat kontrak dengan Persebaya.

Sikap kritis Bonek terhadap manajemen adalah sebuah energi positif. Artinya Bonek selalu perhatian dan tidak acuh dengan langkah manajemen dan tim untuk tujuan prestasi dan kelangsungan hidup Persebaya. Manajemen juga terus berinovasi dan menjadikan Persebaya sebagai klub yang sehat secara finansial.

Hubungan manajemen dengan Bonek haruslah tetap seimbang. Sama kedudukannya dengan porsi masing-masing. Inilah sejatinya kekuatan Persebaya yg bersiap menuju Liga 1 pertama kalinya sejak 2013. Satu tahun bersama Azrul masih banyak hal yang harus dikerjakan bersama. Sekali lagi bersama bonek dalam satu langkah satu visi satu nyali di posisi masing-masing. Jaga terus komunikasi.

Jayalah Persebaya! Persebaya Selamanya!

The post Satu Tahun Manajemen Baru, Langkah Awal Persebaya Selamanya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
14217
Ingatlah Filosofi “Low Profile High Product”, Wan! https://emosijiwaku.com/2017/04/26/ingatlah-filosofi-low-profile-high-product-wan/ https://emosijiwaku.com/2017/04/26/ingatlah-filosofi-low-profile-high-product-wan/#respond Wed, 26 Apr 2017 05:15:42 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=7732 Tahan psywar-psywar-mu. Sudah saatnya kau belajar dari pendahulu-pendahulumu, Wan!

The post Ingatlah Filosofi “Low Profile High Product”, Wan! appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Persebaya lebih besar dari yang kau kira. Kalimat ini tidak asing di kalangan Bonek yang menandakan jika Persebaya adalah klub besar meski tanpa dikoar-koarkan. Persebaya memiliki sejarah panjang di kancah persepakbolaan nasional dengan prestasi yang mentereng. Semua tahu itu.

Mantan manajer Persebaya H Agil H Ali memiliki filosofi “Low Profile High Product” saat menangani Green Force. Filosofi yang ditanamkan kepada para pemain sehingga membawa Persebaya juara Perserikatan 1988. Filosofi ini tidak hanya diterapkan kepada internal Persebaya namun juga kepada klub-klub lawan.

Pernah suatu ketika, Persebaya melawat ke Makassar untuk melawan tuan rumah PSM, Abah Agil merencanakan kegiatan di luar sepak bola untuk para pemain. Para pemain yang datang empat hari sebelum bertanding melakukan kegiatan sosial seperti mengunjungi panti asuhan sekolah dan makam legenda PSM, Ramang. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan hal baru kala itu. Masyarakat setempat pun kaget karena banyak kegiatan janggal yang dilakukan pemain Persebaya.

Hasilnya sungguh mengejutkan. Dengan kostum nyeleneh kuning biru, Persebaya menakhlukkan PSM dua gol tanpa balas. Selama berpuluh-puluh tahun tidak pernah menang di Stadion Mattoangin, hari itu Persebaya membawa pulang tiga poin. Para pemain diarak dari Bandara Juanda ke Mess Persebaya seakan telah menjadi juara.

Sebuah kisah manis di era lampau, seharusnya bisa dijadikan pelajaran bagi pelatih atau manajer Persebaya sekarang. Sudah saatnya Persebaya memberi respek kepada klub lawan meski yang dihadapi berasal dari daerah dengan prestasi yang minim. Dengan menaruh respek, Persebaya akan disegani. Tak perlu merendahkan calon lawan dengan kalimat-kalimat yang berpotensi menimbulkan kontroversial.

Pelatih Persebaya Iwan Setiawan pasti tidak bermaksud menghina Madiun Putra sebagai tim kampungan jelang pertemuan kedua kesebelasan beberapa waktu lalu. Ia hanya menilai permainan Madiun Putra dengan melabelinya dengan permainan sepak bola kampung. Namun Iwan mesti ingat jika kata-kata itu bisa dipersepsikan berbeda. Terbukti kemudian orang menganggap Iwan menyebut Madiun Putra sebagai tim kampungan. Iwan dianggap menghina.

Pelajaran yang bisa dipetik Iwan adalah jangan mengumbar pernyataan yang bisa memicu kegaduhan.

Bonek tidak butuh kata-kata tinggi. Hanya bukti yang diinginkan. Lewat permainan yang apik dan penuh semangat, Bonek akan mendukung Persebaya dengan sepenuh hati. Bonek akan berbondong-bondong datang ke stadion jika permainan Persebaya atraktif dan menghibur.

Untuk itu, buatlah Persebaya disegani sekaligus ditakuti lawan-lawannya meski tidak dibumbui dengan psywar-psywar yang merendahkan lawan. Buatlah pemain lawan takut saat memasuki lapangan Stadion GBT di antara puluhan ribu Bonek yang datang. Dengan begitu, Persebaya akan “menang” sebelum bertanding.

Persebaya era The Dream Team saat juara 1997 membuktikan jika musuh akan takut duluan bahkan sebelum bertanding. Persebaya yang diperkuat trio pemain asing, Jacksen F Tiago, Carlos de Melo, dan Justino Pinheiro pernah menggelontor gawang Persijatim dengan sembilan gol tanpa balas di Stadion Gelora 10 November. Begitu juga Persikab (7-0), Persija (4-2), bahkan Arema (6-1). Di era ini, Persebaya yang diarsiteki Rusdy Bahalwan sering menang dengan margin besar. Tak hanya di kandang namun juga di kandang lawan. Bisakah kau buat Persebaya seperti era itu, Wan?

Kompetisi Liga 2 sangat berat. Jangankan untuk promosi ke Liga 1, untuk bertahan di kasta ini rasanya butuh perjuangan yang sangat keras. Dengan kondisi ini, prinsip rendah hati namun berkualitas tinggi rasanya bisa diterapkan. Dan sepertinya wajib. Para pemain harus ditanamkan mental sebagai arek Suroboyo. Mental pemenang yang terus berjuang hingga titik darah penghabisan.

Tahan psywar-psywar-mu. Sudah saatnya kau belajar dari pendahulu-pendahulumu, Wan! (*)

Salam Redaksi

The post Ingatlah Filosofi “Low Profile High Product”, Wan! appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/04/26/ingatlah-filosofi-low-profile-high-product-wan/feed/ 0 7732