analisis Archives | Emosi Jiwaku https://emosijiwaku.com/tag/analisis/ Portal informasi terpercaya dan terkini tentang Persebaya dan Bonek Fri, 04 Sep 2020 09:45:47 +0000 en-US hourly 1 145948436 Mobilitas dan Eksplosifitas Green Force Redam MU https://emosijiwaku.com/2018/01/29/mobilitas-dan-eksplosifitas-green-force-redam-mu/ Mon, 29 Jan 2018 07:25:22 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=13982 Persebaya mampu meredam superiotas Madura United dan membuat tim asal Pulau Garam itu kalah tipis 1-0 di depan 50.000 penonton.

The post Mobilitas dan Eksplosifitas Green Force Redam MU appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
EJ – Persebaya mampu meredam superiotas Madura United dan membuat tim asal Pulau Garam itu kalah tipis 1-0 di depan 50.000 penonton. Tentu hasil yang bagus buat Persebaya mengingat sebelumnya, MU diprediksi bisa mengalahkan Persebaya dengan teknik dan skill para pemainnya yang cukup baik. Apa faktor-faktor yang membuat Persebaya bisa mengalahkan Laskar Sapeh Kerap? Berikut analisis Dhion Prasetya mengenai jalannya pertandingan.

Analisis Babak Pertama:

Di 10 menit pertama, permainan Persebaya cenderung meraba-raba. Tapi setelahnya, determinasi lini tengah dan sektor sayap kiri mereka menjadi luar biasa. Sering pula Nelson Alom dan Rendi Irwan melakukan intersepsi di lini tengah. Ditambah pula eksplosifitas Abu Rizal di sisi bek sayap kanan menambah supremasi Tim Bajul Ijo atas MU.

Otavio Dutra bermain bagus baik ketika bertahan maupun membantu penyerangan. Pun demikian dengan Fandry Imbiri yang melakukan satu kali clearance off line yang luar biasa.

Feri Pahabol lagi-lagi menjadi pembeda. Selain bermain taktis dan impresif, gol kaki kiri ala “Roberto Carlos” di menit ke-29 memanfaatkan umpan Ruben Sanadi membuat “Green Force” untuk sementara unggul 1-0 atas MU.

Analisis Babak Kedua:

Persebaya memulai pertandingan babak kedua dengan tempo sedang. Sedangkan MU mulai merespon di menit ke-62 dengan memasukkan Christian Gonzales. Pelatih Gomes de Oliveira akhirnya memutuskan untuk membombardir gawang Persebaya dengan memasukkan duo “winger” Greg Nwokolo dan Kiyabu Nkoyi.

Hasilnya, gawang Miswar Saputra mengalami beberapa kali serangan bertubi-tubi MU. Namun serangan ini seperti tak ada artinya menghadapi solidnya lini belakang Green Force. Dan dengan skema ini menimbulkan lubang di lini belakang Madura United. Beberapa kali para pemain Persebaya mampu melancarkan serangan balik cepat yang tepat sasaran. Namun sayang tidak menghasilkan gol.

Acungan jempol untuk dua bek sayap Tim Bajul Ijo. Mobilitas serta eksplosifitas Abu Rizal di kanan dan Ruben Sanadi di kiri seakan menjadi garansi tersendiri. Catatan khusus untuk Ruben Sanadi. Permainannya sore ini layak diganjar nilai 8. Dua intersep, dua tackle bersih dan tujuh umpan silang menjadi pencapaiannya.

Robertino Pugliara yang masuk di menit ke-65 masih belum memperlihatkan sentuhan magisnya. Mungkin karena baru bergabung beberapa hari ini.

Anyway, selamat buat anak asuhan Angel Alfredo Vera. Semoga bisa meraih hasil maksimal di babak selanjutnya. (*)

The post Mobilitas dan Eksplosifitas Green Force Redam MU appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
13982
Mengelola Persebaya, Belajar dari Amerika https://emosijiwaku.com/2017/02/10/mengelola-persebaya-belajar-dari-amerika/ https://emosijiwaku.com/2017/02/10/mengelola-persebaya-belajar-dari-amerika/#respond Fri, 10 Feb 2017 01:54:03 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=5429 Ada satu klub yang cocok untuk dijadikan contoh karena kesamaan karakter dengan Persebaya, yaitu Seattle Sounders.

The post Mengelola Persebaya, Belajar dari Amerika appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Tepat satu bulan kembalinya Persebaya di kancah sepakbola nasional, Jawa Pos Sportainment akhirnya secara sah mulai bekerja untuk Persebaya. Praktis dalam 1,5 bulan tersisa, ada banyak sekali pekerjaan rumah yang perlu mereka selesaikan.

Tak seperti kebanyakan klub Indonesia, Persebaya dan warga Surabaya pantas bangga dipimpin oleh Azrul Ananda. Muda, visioner dan berpengalaman di bidang olahraga. Bedanya, kini ia menahkodai klub sepakbola yang punya nama besar, jumlah pendukung tak terkira banyaknya, dan potensi besar kota Surabaya yang sangat bisa dimaksimalkan.

Pekerjaan Azrul dan tim manajemen satu bulan ke depan memang tidak mudah, karena mepetnya waktu. Namun, dari statement-statement awalnya ia nampak sudah memiliki sejumlah langkah dan strategi yang terukur. Gambaran capaian jangka pendek, menengah hingga panjang sepertinya sudah ada di kepalanya. Terpenting adalah visinya untuk membawa Persebaya berkembang secara sustainable. Ini tidak biasa untuk sekelas investor sepakbola di tanah air yang terbiasa “buang uang untuk dapatkan lebih” alias kepentingan mengeruk keuntungan sesaat lalu menjualnya. Itupun mereka masih harus berjudi lagi ketika “dijual” klub itu dalam kondisi kas keuangan yang masih hijau atau sudah berkelir merah alias rugi bandar.

Di Indonesia, kebanyakan investor atau penyandang dana ini hit and run dan meninggalkan klub tanpa dana sepeser pun atau bahkan berselimut hutang. Untuk yang satu ini, pendukung Persebaya patut bersyukur diambil alih oleh Jawa Pos.

Membangunkan raksasa tidur

Mari tinggalkan cerita Azrul dan Jawa Posnya, dan bicara realita yang dihadapi Persebaya saat ini. Klub ini kini masih terlelap. Gegap gempita dan sorak sorai serta perjuangan pendukungnya sebenarnya masih sebatas mimpi yang belum jadi kenyataan. Klub ini harus dibangunkan dari tidur panjangnya.

Bicara sustainable maka harus bicara bisnis. Klub, skuad, pelatih, pemain, hingga pendukung harus dipikirkan secara bisnis, artinya harus dimonetisasi. Sekali lagi, sebagai pendukung jangan antipati terhadap perputaran uang dalam industri sepakbola ini karena tanpa gelontoran dana dan hitung-hitungan bisnis, klub ini tidak akan bisa sampai ke Liga 1. Persebaya harus menarik agar dilirik oleh pemain, pelatih, pendukung dan warga Surabaya itu sendiri. Bahkan harapannya klub ini juga dilirik oleh pendukung-pendukung baru baik di dalam maupun luar Surabaya dan itu butuh dana yang tak sedikit. Ini pekerjaan sulit dan akan semakin sulit jika bekal kita hanya embel-embel historis saja.

Modal Persebaya selain nilai historisnya adalah kalian para pendukungnya. Militansi dan kecintaan kalian tidak dimiliki oleh klub lain. Pondasi ini harus dijadikan nilai jual karena fan experience kalian berbeda dengan pendukung di Jakarta, Malang, Bali, Makassar, Sleman atau bahkan Bandung yang kini selalu jadi kiblat kegembiraan dan wujud cinta terhadap sepakbola. Pengalaman kalian mendukung klub dengan cara berjuang tidak dimiliki oleh mereka.

Bicara fan experience dan industri sepakbola maka kita akan menoleh ke 3 besar liga Eropa. Inggris, Spanyol dan Italia. Inggris menjadi salah satu liga yang banyak dilirik untuk dicontoh pengelolaannya. Tapi percayalah jangan melirik kesana terlalu sering, karena sejatinya kita di Indonesia dicekoki banjirnya informasi mengenai Liga Inggris.

Persebaya berbeda, klub ini raksasa yang sedang tidur bukan klub-klub dengan sejarah biasa saja yang diubah dengan gelontoran dana tidak berseri dari taipan-taipan lalu secara instan jadi juara. Jadi pendekatannya pun harus berbeda. Contoh yang dicari harus sama dengan karakter Persebaya tersebut.

Belajar menjadi besar

Ada satu klub yang cocok untuk dijadikan contoh karena kesamaan karakter dengan Persebaya, yaitu Seattle Sounders. Menariknya klub ini bukan dari 3 liga besar Eropa, bukan juga dari Eropa melainkan datang dari MLS (Major League Soccer), liga di AS yang kini sedang maju pesat perkembangannya. Sounders pada awal pendiriannya hingga kini dikelola oleh manajemen bersama pendukungnya. Tidak dieksploitasi tapi beriring sejalan, sinergis antara klub dan pendukung.

Sounders berinovasi membuat wadah semacam “dewan pengawas” yang diisi oleh para pendukung, jajaran direksi, manajemen dan pelatih. Antara pendukung dan pihak klub dapat bebas bicara dan bertukar pendapat dalam bentuk diskusi publik yang diselenggarakan oleh pihak klub secara rutin atau ketika ada satu concern khusus. Pendukung pun dapat memilih General Manager (GM) klub mereka setiap 4 tahun. Namun tidak semua pendukung bisa jadi anggota “dewan pengawas” tersebut. Mengapa? karena hanya pemilik tiket terusan saja yang secara otomatis bisa menjadi anggotanya dan juga bisa ikut dalam pemilihan GM klub. Pendukung yang tidak memiliki tiket terusan bisa saja ikut dalam diskusi jika membayar tiket dengan harga tertentu yang cukup tinggi.

Kebijakan fans democracy yang dijalankan Sounders ini dipahami agar klub tetap berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah diusungnya. Dimana para pendukung bisa tahu arah yang dituju oleh klub, dan klub pun tahu kekurangan mereka dari saran-saran para pendukungnya. Sinergis tersebut yang membuat stadion mereka dibanjiri pendukung tiap kali pertandingan kandang. Terbukti sampai saat ini mereka terus menjadi klub dengan rata-rata jumlah penonton kandang terbesar di MLS.

Tulisan ini adalah analisis bagaimana mengawinkan kondisi riil Persebaya saat ini dengan wacana tiket terusan sebagai bagian mengenalkan industri sepakbola ke pendukung Persebaya. Banyak contoh yang masih bisa dipelajari namun tanpa sinergi antara pendukung dan pihak klub, yakinlah Persebaya tidak akan pernah menjadi besar. Sebuah klub bisa menjadi besar karena pendukungnya. Begitupula dengan Persebaya dan nama besar yang diembannya sampai saat ini. Apapun kebijakan yang dipilih oleh Azrul Ananda dan Jawa Pos nantinya, harus didukung oleh semua pihak. Sudah cukup klub ini tidur dari mimpi indahnya. Kini saatnya bergegas bangun, karena nama besar klub ada di hati kalian. Wani!

*) Adipurno Widi Putranto, tinggal di Surabaya 7 hari setiap bulannya. Bisa ditemui di akun @analisiscetek atau [email protected]

The post Mengelola Persebaya, Belajar dari Amerika appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/02/10/mengelola-persebaya-belajar-dari-amerika/feed/ 0 5429
Tiket Terusan, Pemecah Masalah atau Penambah Masalah? https://emosijiwaku.com/2017/02/01/tiket-terusan-pemecah-masalah-atau-penambah-masalah/ https://emosijiwaku.com/2017/02/01/tiket-terusan-pemecah-masalah-atau-penambah-masalah/#respond Wed, 01 Feb 2017 11:24:11 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=5263 Bicara tiket, kini di kalangan suporter sudah ada wacana memunculkan tiket terusan. Lalu tepatkah ini dipraktekkan Persebaya atau tidak?

The post Tiket Terusan, Pemecah Masalah atau Penambah Masalah? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
8 Januari 2017 adalah hari bersejarah bagi Persebaya karena hak mereka untuk berpentas di liga Indonesia telah dikembalikan. Terlepas dari silang sengkarut yang ada selama ini namun Surabaya patut bergembira. Kado indah telah diberikan.

Eits tapi pendukung Persebaya tidak boleh larut berkepanjangan dengan euforia sesaat nan memabukkan ini. Mengapa? Karena yang terpenting adalah kesiapan komponen internal Persebaya, mulai pelatih, pemain, pihak manajemen hngga fulusnya. Buat apa hak bermain, kalau klub tak juga siap mempercantik dirinya. Tidak mungkin bukan para pendukung ini menjadi pemainnya? Jadi yang utama harus disiapkan adalah kesiapan klub. Investor sudah ada, kini saatnya untuk berbenah diri karena kurang dari dua bulan, Liga 2 akan dimulai.

Pembenahan Persebaya harus dilakukan secara tepat dan bersama seluruh stakeholders. Karena secara karakteristik Persebaya sudah mendarah daging di setiap warganya. Saya lihat sendiri antusiasme mereka setiap malam minggu atau saat Car Free Day berlangsung, dan secara tidak sadar juga geleng-geleng kepala karena anak SD pun sudah “diberi didikan” untuk tahu dan mencintai Persebaya. Meski kadang secara logika tidak masuk akal juga karena klub kebanggaan mereka pun tidak bermain ketika itu. Tapi positifnya secara hitungan ekonomi, ini pondasi yang baik untuk investor dan masa depan Persebaya. Fanatisme itu ada, bertumbuh dan tak pernah mati.

Mesin pencetak uang

Tugas pertama yang cukup krusial selain penunjukan siapa pelatih dan pemain yang akan mengisi skuad adalah pengembangan bisnisnya. Kesiapan pengembangan bisnis klub juga harus dikebut secara cepat oleh manajemen. Tidak mudah memang, tapi bisa dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat.

Ibarat kendaraan, pendukung adalah mesin pencetak uang klub. Jangan konotasikan ini secara negatif, karena suka tidak suka kemajuan klub itu datangnya dari fanatisme pendukungnya. Surabaya dan Bonek tak perlu diragukan lagi tingkat fanatismenya karena itu perlu dikelola dengan tepat pula oleh manajemen. Jika ingin berbenah, kini saat yang tepat untuk memberi fans sarana untuk luapkan kegembiraan. Di sisi lain ini juga waktu yang tepat bagi manajemen mengelola klub dengan profesional.

Bicara untung-rugi, profesional bukan berarti pemaksaan kehendak. Di mana biasanya sebagai pemodal, fanatisme dipandang investor dengan kacamata kuda sebagai ceruk bisnis menguntungkan yang harus dieksploitasi. Kenyataannya, ini salah besar. Tak akan ada keuntungan selama manajemen tidak bisa mengelola pendukung mereka. Jadi harus ada win-win solution bagi keduanya.

Edukasi mengajak pendukung untuk datang dan menonton ke stadion dengan membeli tiket bisa menjadi langkah paling awal untuk berbenah. Tak ada tiket, tak ada Persebaya, tak ada pula kegembiraan. Cukup sulit namun wajib hukumnya, karena terkait dengan keberlanjutan keberadaan klub Persebaya, nyawa mereka sendiri. Bicara tiket, kini di kalangan suporter sudah ada wacana memunculkan tiket terusan. Lalu tepatkah ini dipraktekkan Persebaya atau tidak? Menurut kami ini tepat dan sebaiknya memang harus dilakukan secepatnya.

Banyak keuntungan dari kebijakan tiket terusan ini. Pertama, edukasi pada pendukung. Manajemen memberi seluruh pendukung Persebaya kesempatan untuk berubah. Cap sosial yang entah mengapa masih suka diberikan bahwa Bonek suka melakukan berbagai cara untuk masuk stadion tanpa membayar justru dapat mencoreng nama besar dan nilai jual Persebaya itu sendiri. Jika segelintir Bonek atau pendukung Persebaya berulah, klub lah yang akan merugi. Pendidikan dan rasa memiliki klub itulah yang harus diberi dan ditanamkan oleh manajemen bersama dengan Bonek dan pendukung Persebaya lainnya.

Kedua, masuknya sponsor ke Persebaya. Image dan nama baik sebuah merek amat tergantung dengan potensi-potensi yang ada di dalam klub. Di Persebaya, potensi itu ada di fanatisme pendukungnya. Persebaya adalah magnet bagi sponsor dan image positif itu yang harus diperlihatkan oleh para pendukungnya. Dengan banyak penonton yang datang ke stadion, rating TV akan naik signifikan. Artinya jutaan mata memandang, sponsor akan datang dengan sendirinya jika fanatisme dan kegembiraan itu terlihat tanpa dibumbui hal-hal buruk seperti kegiatan anarkis atau kerusuhan antar suporter.

Ketiga, data pendukung terekam. Di era Big Data, inilah komponen yang bisa dijual manajemen ke sponsor agar mereka mau bergabung. Rekaman data dari penjualan jumlah tiket terusan dapat dimonetisasi untuk kemajuan klub dan pendukung. Contohnya, edukasi pendukung serta community engagement yang dilakukan oleh klub tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana ini bisa didapatkan dari monetisasi rekaman data tiket terusan tersebut.

Keempat, aktivitas ekonomi masyarakat Surabaya meningkat. Tiket terusan memaksa suporter untuk membeli tiket. Keuntungannya dengan membeli tiket terusan, harga jual lebih murah daripada harga tiket biasa. Tak hanya itu, biasanya ada kemudahan-kemudahan lain yang didapatkan dari tiket terusan seperti 1 merchandise resmi atau potongan harga untuk pembelian merchandise resmi maupun makanan dan minuman di stadion. Paksaan untuk membeli tiket itu tentunya akan membuat para pendukung “berusaha” dan “berkreasi” untuk mendapatkan uang tiket tersebut yang harganya biasanya memang tinggi di awal namun sepenuhnya menguntungkan sampai akhir. Kondisi ini diperkirakan dapat memberi dampak positif bagi kota Surabaya secara keseluruhan, karena kegiatan perekonomian bergerak. Kalau manajemen pintar, kreatifitas para pendukung pun bisa diparalelkan dengan kegiatan bisnis mereka.

Berharap momentum

Liga akan diputar dalam hitungan kurang dari 2 bulan. Mungkinkah solusi ini bisa dilakukan secara cepat? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Semua kembali ke stakeholder Persebaya mulai dari investor, manajemen, bonek, pendukung Persebaya dan masyarakat Surabaya seberapa siap mereka untuk menerima perubahan ke arah industri sepakbola. Sekarang atau mundur satu tahun lagi. Bola saat ini ada di tangan manajemen dan kita yang mendukung Persebaya. Wani!

*) Adipurno Widi Putranto, tinggal di Surabaya 7 hari setiap bulannya. Bisa ditemui di akun @analisiscetek atau [email protected]

The post Tiket Terusan, Pemecah Masalah atau Penambah Masalah? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2017/02/01/tiket-terusan-pemecah-masalah-atau-penambah-masalah/feed/ 0 5263