Green Inside Archives | Emosi Jiwaku https://emosijiwaku.com/tag/green-inside/ Portal informasi terpercaya dan terkini tentang Persebaya dan Bonek Fri, 04 Sep 2020 09:47:03 +0000 en-US hourly 1 145948436 Protes Keras Persebaya, Momentum Mengembalikan Kedaulatan Klub https://emosijiwaku.com/2020/07/02/protes-keras-persebaya-momentum-mengembalikan-kedaulatan-klub/ Thu, 02 Jul 2020 01:34:56 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=33217 Sikap keras Persebaya yang meminta kompetisi dihentikan jika tidak ada panduan teknis dari PSSI patut diapresiasi. Selama ini, protes yang dilancarkan Persebaya masih abu-abu dan terkesan mencari aman. Namun ketidakjelasan keputusan PSSI melanjutkan kompetisi di tengah pandemi sudah selayaknya disikapi dengan protes keras dari klub-klub peserta Liga 1 2020, termasuk Persebaya.

The post Protes Keras Persebaya, Momentum Mengembalikan Kedaulatan Klub appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Sikap keras Persebaya yang meminta kompetisi dihentikan jika tidak ada panduan teknis dari PSSI patut diapresiasi. Selama ini, protes yang dilancarkan Persebaya masih abu-abu dan terkesan mencari aman. Namun ketidakjelasan keputusan PSSI melanjutkan kompetisi di tengah pandemi sudah selayaknya disikapi dengan protes keras dari klub-klub peserta Liga 1 2020, termasuk Persebaya.

Klub sebagai peserta liga harus melancarkan protes atas ketidakjelasan kompetisi. Bahkan protes seharusnya dilakukan jauh sebelum pandemi. Kacaunya jadwal, ketidakjelasan hak siar dan komersial, nilai subsidi yang sangat minim adalah beberapa hal yang seharusnya dipersoalkan klub sejak dulu. Anehnya, klub-klub seperti tidak berdaya dan cenderung membiarkan hal itu terjadi. Kompetisi dari tahun ke tahun tetap menghadapi persoalan yang sama.

Sebenarnya bukan pandemi yang menjadi penyebab utama kacaunya kompetisi. Pandemi ini hanya memperparah kondisi. Jika dibanding dengan liga-liga yang sudah mapan, Liga 1 menjadi liga yang paling tidak siap untuk digelar. Di saat liga-liga Eropa mulai berjalan dan sebagian liga di ASEAN digelar, Liga 1 sempat mengalami tarik ulur antara lanjut atau dihentikan. Bahkan saat PSSI memutuskan liga dilanjutkan, protes dari klub tetap bermunculan.

Jika mau memakai sudut pandang klub, PSSI seharusnya tahu jika saat ini klub punya banyak masalah. Terutama faktor finansial mereka yang babak belur dihajar pandemi. Urusan kontrak dengan pemain tentu dipengaruhi oleh faktor finansial. Dukungan dari sponsor dipastikan berkurang, sementara kebutuhan dana operasional tetap tinggi. Hal ini ditambah dengan tidak jelasnya uang dari hak siar dan komersial untuk klub. Operator hanya menjanjikan subsidi yang tidak jelas ukurannya.

Pentingnya Hak Siar dan Komersial, Belajar dari Liga Premier Inggris

Sebuah kompetisi bisa berjalan dengan baik jika klub-klub sehat secara finansial. Mengapa Liga Premier Inggris bisa berjalan di tengah pandemi lebih karena pendapatan klub dari hak siar cukup tinggi. Meski tidak ada pendapatan dari penonton, namun hak siar masih bisa memberikan ’oksigen’ untuk dana operasional klub selama kompetisi dilanjutkan.

Dikutip dari beritasatu.com, Sky Sports dan BT Sports harus merogoh kocek £4.464 miliar (sekitar Rp 85.000 triliun) untuk mendapat hak siar eksklusif lima pertandingan per pekan selama dari musim 2019/2020 hingga musim 2021/2022.

Bagaimana pembagiannya? Setiap klub mempunyai kedudukan setara, di mana setiap klub mendapat satu suara. Klub juga mendapat jatah hak siar dan komersial sesuai dengan kesepakatan, yaitu sesuai dengan asas 50-25-25.

Asas 50-25-25 merupakan konsep pembagian uang dari hak siar dan komersial kepada 20 klub kontestan Liga Premier. Perinciannya, 50 persen dari pendapatan hak siar akan dibagikan secara merata kepada 20 klub yang bermain di Liga Primer Inggris, 25 persen dibagikan sesuai peringkat akhir klub di akhir kompetisi, dan 25 persen sisanya dibagikan berdasarkan jumlah pertandingan setiap klub yang disiarkan televisi.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi klub-klub Liga 1. Uang pembagian hak siar dan komersial tidak jelas angkanya. Klub-klub hanya dijatah subsidi yang nilainya sangat kecil dan sering ditunggak. Padahal selama kompetisi, klub lebih banyak pengeluaran dibanding pemasukan. Tak heran jika dari musim ke musim, berita tentang banyaknya klub Liga 1 yang menunggak gaji pemain tetap banyak. Terakhir, Kalteng Putra menunggak gaji pemain mencapai Rp 1,6 Miliar untuk 25 pemain.

Ketidakseriusan PSSI Terkait Hak Siar dan Komersial

PSSI sebagai regulator seharusnya menjadi pihak yang bisa menciptakan kompetisi yang kondusif bagi klub. Uang hak siar dan komersial liga bisa dibuat lebih fair. Sayangnya, PSSI tidak pernah serius memperjuangkan hak siar dan komersial untuk klub. Buktinya, langkah operator memberikan subsidi yang nilainya tidak sepadan tetap dibiarkan federasi.

Jika mempunyai visi agar klub-klub Liga 1 bisa sehat, maka sangat gampang bagi PSSI untuk mendatangkan hak siar dan komersial dengan nilai yang tinggi. Dibutuhkan profesionalitas dari regulator yag didelegasikan ke operator saat bekerjasama dengan pihak-pihak yang membeli hak siar. Dengan gairah penonton sepak bola di Indonesia yang sangat tinggi, tentu tak sulit bagi operator mencari pihak-pihak yang mau memberikan uang hak siar dan komersial yang tinggi.

Pembagian hak siar dan komersial harus fair dan tidak bisa disamaratakan. Hitungannya adalah rating pertandingan masing-masing klub. Semakin tinggi rating, pendapatan klub semakin banyak. Rumus sederhana ini jika dikawal PSSI tentu bukan hal yang sulit. Persoalannya tinggal mau atau tidak.

Kedaulatan Kompetisi Harus di Tangan Klub

Liga 1 2020 bisa berjalan lancar jika 18 klub peserta bersedia menjalani kompetisi. Artinya, posisi klub-klub ini sebenarnya cukup kuat. Apalagi 99 persen saham LIB dikuasai klub-klub. Sementara, PSSI hanya mempunyai saham sebesar 1 persen. Sepintas, komposisi saham ini mirip dengan komposisi saham dari The Football Association Premier League Ltd. 20 klub Liga Premier merupakan pemegang saham yang memiliki satu suara untuk masalah-masalah seperti perubahan peraturan kompetisi dan kontrak.

Klub juga memilih ketua, kepala eksekutif, dan dewan direksi untuk mengawasi operasi harian liga. Sementara PSSI-nya Inggris tidak terlibat langsung dalam operasional kompetisi meski memiliki hak veto sebagai pemegang saham khusus pada saat pemilihan ketua dan kepala eksekutif atau saat aturan baru diadopsi liga.

Berbeda dari Inggris di mana klub begitu berdaulat, dominasi PSSI dalam pengambilan keputusan sangat kuat. Saya belum melihat ada hak voting yang dimiliki 18 klub Liga 1. Selama ini, klub hanya diajak rapat-rapat tanpa ada mekanisme jelas dalam pengambilan keputusan. Seringkali, PSSI mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan klub. Protes Persebaya menjadi bukti bahwa klub tidak diajak serta dalam mengambil keputusan.

Kondisi ini tentu saja harus segera diubah. Sudah saatnya kedaulatan kompetisi dikembalikan ke klub. Mekanisme voting harus dilakukan semua klub Liga 1 dalam setiap pengambilan keputusan jika terjadi deadlock. Dengan demikian, tidak ada lagi protes yang dilakukan klub terhadap PSSI.

Protes Persebaya tidak ada artinya jika tidak didukung klub-klub lain. Selain Persebaya, Barito Putera dan Persik juga melancarkan protes penghentian liga. Ini awal yang bagus dan harus didukung mayoritas klub. Jika semua klub kompak dan menolak ikut kompetisi, maka kedaulatan klub terhadap kompetisi memang benar-benar ada.

***

Pandemi adalah momentum yang bisa dipakai klub untuk mereformasi kompetisi. Inilah saatnya 18 klub Liga 1 berdaulat. Jika ini bisa dilakukan, permasalahan-permasalahan seperti hak siar dan komersial, jadwal kompetisi, bisa diselesaikan dengan cepat dan fair. Muaranya, kompetisi dan klub-klub menjadi sehat, iklim industri sepak bola di Indonesia pun menjadi baik. Timnas Indonesia bisa menjadi kuat karena para pemainnya dipilih dari liga yang sehat.

Namun seperti yang saya tulis di atas, apakah 18 klub dan PSSI mau melakukannya? (*)

The post Protes Keras Persebaya, Momentum Mengembalikan Kedaulatan Klub appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
33217
Nonton Persebaya vs Arema Bareng Admin OngisnadeNet https://emosijiwaku.com/2020/02/19/nonton-persebaya-vs-arema-bareng-admin-ongisnadenet/ Wed, 19 Feb 2020 05:00:04 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=31203 Jelang laga semifinal antara Persebaya melawan Arema FC, akun twitter EJ membalas cuitan akun OngisnadeNet. Topik yang dibahas adalah kuota Bonek di Stadion Kanjuruhan. Sebelum dipindah ke Stadion Supriyadi, laga kedua tim memang rencananya dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan.

The post Nonton Persebaya vs Arema Bareng Admin OngisnadeNet appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Yang berharap tulisan ini ada adegan perkelahian bersiaplah kecewa.

Jelang laga semifinal antara Persebaya melawan Arema FC, akun twitter EJ membalas cuitan akun OngisnadeNet. Topik yang dibahas adalah kuota Bonek di Stadion Kanjuruhan. Sebelum dipindah ke Stadion Supriyadi, Blitar, laga kedua tim memang rencananya dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan.

Saling balas cuitan itu membuat timeline menjadi “panas”. Beberapa follower EJ dan OngisnadeNet saling mencuit, menambah perdebatan menjadi lebih seru. Kami tidak banyak melayani cuitan-cuitan itu. Sebagai media, EJ jarang sekali berdebat melalui akun twitter. Kami lebih suka menuangkannya melalui tulisan yang akan kami muat di rubrik EJ Sharing. Karena melalui tulisan, kami bisa memaparkan ide dan gagasan lebih banyak ketimbang hanya melalui akun twitter.

Selanjutnya, perdebatan tentang kuota Bonek, pemindahan venue banyak dilakukan oleh follower EJ dan OngisnadeNet. Kami tidak lagi membalas mention-mention yang masuk. Perdebatan kami sudahi saja.

Pada hari H semifinal, saya mewakili EJ juga berangkat ke Blitar. Saat kedatangan pemain Arema FC di stadion, kami sengaja me-mention admin OngisnadeNet menanyakan keberadaannya. Cuitan itu ramai dengan balasan. Beberapa mengungkapkan “gairahnya”. Mungkin ada yang berharap kami saling baku hantam.

Saya bertanya kepada seorang teman wartawan yang kebetulan berasal dari Malang siapa sosok di balik admin OngisnadeNet. Ia kemudian menunjukkan sosok tersebut.

Saya tidak langsung menemui sosok tersebut namun sibuk membuat konten-konten untuk pembaca EJ. Apalagi laga Persebaya lawan Arema FC akan segera dimulai.

Saat berada di tribun, admin OngisnadeNet mengirimkan DM meminta untuk bertemu. Saya pun mengiyakan ajakan itu, tapi nanti setelah laga berakhir.

Tribun stadion dipenuhi awak media dari Surabaya dan Malang. Admin OngisnadeNet juga satu tribun dengan saya. Juga beberapa pemain dan official kedua tim. Tak ada insiden yang terjadi selama laga berlangsung. Semua berjalan damai. Tensi dalam stadion tidak panas seperti di luar stadion. Saat itu, kami mendengar kabar jika bentrokan terjadi antara Bonek dengan Aremania. Asap ledakan kembang api yang dilempar suporter sempat terlihat dari tribun stadion. Namun suasana di dalam stadion sangat kondusif.

Dan laga pun akhirnya berakhir dengan kemenangan Persebaya. Skor 4-2 mengantarkan Bajol Ijo ke final. Reaksi saya tentu saja senang. Namun saya tidak merayakannya secara berlebihan. Dari semula, saya menyayangkan mengapa Persebaya mengikuti turnamen kelas tarkam berlabel Piala Gubernur Jatim. Jelang Liga 1 dan ASEAN Club Championship, terlalu riskan mengikuti turnamen yang dengan panitia yang tidak kompeten. Jadwal yang mepet, ruwetnya venue semifinal dan final menjadi bukti turnamen ini tidak layak diikuti tim sekelas Persebaya. Belum lagi resiko cedera yang dihadapi pemain.

Saya akhirnya bisa bertemu dengan admin OngisnadeNet usai laga. Pertemuan kami tidak sedramatik yang dibayangkan follower EJ. Kepada sosok itu, saya memperkenalkan diri mewakili EJ. Kami kemudian saling bertukar nomor hape.

Obrolan terus berlanjut saat kami harus menghadiri konpers pertandingan. Topik yang kami bahas bukan seputar rivalitas antar Bonek dan Aremania. Kami malah membicarakan tentang dunia media suporter. Ia bercerita banyak tentang perjuangannya menghidupkan kembali website OngisnadeNet yang saat ini sedang vakum. Bagaimana cara menghidupi medianya hingga restrukturisasi organisasi. Cerita yang dipaparkannya mirip dengan apa yang saat ini dilakukan EJ. Yakni bagaimana menjalankan media suporter dengan segala keterbatasannya.

Terus terang, topik ini lebih menarik perhatian saya ketimbang membicarakan rivalitas. Setiap kota yang saya kunjungi untuk meliput Persebaya, saya selalu menyempatkan diri untuk belajar pengelolaan media suporter. Seperti di Bandung, Sleman, Solo, saya mendatangi pengelola atau kantor media suporter. Saya melakukan studi banding untuk belajar bagaimana mengelola sebuah media suporter. Hasil studi itu bisa saya terapkan di EJ.

Obrolan kami harus berakhir saat coach Aji Santoso dan Hambali Tholib memasuki ruangan konpers. Usai konpers itu, saya meminta izin untuk pamit. Karena saya harus kembali ke hotel untuk menyunting berita kiriman penulis EJ. Juga memilih foto-foto hasil jepretan fotografer yang akan dimuat di website dan Instagram.

Kami tidak sempat membicarakan topik yang panas seputar persaingan kedua tim dan rivalitas antar suporter. Jika ada waktu yang cukup, kami mungkin akan melakukannya.

Begitulah. Saya berharap pertemuan kami bukan yang terakhir. Suatu saat saya ingin melakukan liputan Persebaya ke Malang dan bertemu dengan teman-teman media suporter Arema FC. Terus terang, saya tidak mencari musuh melainkan mencari teman. Saya berpendapat jika mendukung sebuah klub adalah hak. Begitu pula membenci sebuah klub. Namun, saya tidak sekalipun membenci kemanusiaan. (*)

The post Nonton Persebaya vs Arema Bareng Admin OngisnadeNet appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
31203
Kelas Persebaya Sudah Internasional, Bukan Kelas Tarkam https://emosijiwaku.com/2020/02/16/kelas-persebaya-sudah-internasional-bukan-kelas-tarkam/ Sun, 16 Feb 2020 07:48:13 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=31109 Saya yakin tak ada agenda mengikuti Piala Gubernur Jatim dari Persebaya. Sebelum turnamen diputuskan digelar dengan mengikutkan Persebaya, coach Aji Santoso hanya mengagendakan 4 kali uji coba sebelum Liga 1 2020 digelar. Persebaya telah menggelar 3 kali uji coba melawan Persis, Persebaya Junior, dan Sabah. Persebaya terpaksa mengikuti Piala Gubernur Jatim karena tak ada pilihan untuk menolak. Jadilah Persebaya bertanding sekali dalam dua hari di Bangkalan.

The post Kelas Persebaya Sudah Internasional, Bukan Kelas Tarkam appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Sejak semula, keikutsertaan Persebaya di Piala Gubernur Jatim sudah salah.

Saya yakin tak ada agenda mengikuti Piala Gubernur Jatim dari Persebaya. Sebelum turnamen diputuskan digelar dengan mengikutkan Persebaya, coach Aji Santoso hanya mengagendakan 4 kali uji coba sebelum Liga 1 2020 digelar. Persebaya telah menggelar 3 kali uji coba melawan Persis, Persebaya Junior, dan Sabah. Persebaya terpaksa mengikuti Piala Gubernur Jatim karena tak ada pilihan untuk menolak. Jadilah Persebaya bertanding sekali dalam dua hari di Bangkalan.

Turnamen yang terakhir digelar pada 2014 ini bagi saya merupakan turnamen kejar tayang. Turnamen ini seperti dipaksakan digelar tanpa perencanaan yang matang. Entah apa motivasi di balik penyelenggaraan turnamen ini. Yang jelas, bagi saya turnamen ini merugikan Persebaya.

Jika menyertakan lawan Sabah, Persebaya harus bertanding empat kali dalam 8 hari! Tentu saja setiap pertandingan menguras fisik dan mental para pemain. Terutama di Piala Gubernur Jatim yang kental dengan atmosfer kompetisi yang ketat. Beberapa pemain Persebaya pun bertumbangan karena cedera seperti Mahmoud Eid, Aryn Williams, Hambali Tolib, Arif Satria, dan Irfan Jaya.

Saya sempat berharap Persebaya menurunkan semua pemain muda di turnamen ini. Namun rupanya coach Aji menurunkan skuat terbaiknya seperti David da Silva, Makan Konate, Aryn Williams, dll. Saya juga berharap Persebaya tidak lolos ke semifinal sehingga bisa fokus recovery dan memperbaiki kelemahan jelang liga bergulir. Lolos ke semifinal tentu beresiko bagi Persebaya. Para pemain jadi rentan mengalami cedera ditambah lagi atmosfer laga yang penuh rivalitas. Bagi saya, ini akan mengganggu persiapan Persebaya di liga nanti.

Namun Persebaya rupanya bisa lolos dan harus bertemu Arema FC di semifinal. Laga ini akan dimainkan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.

Saya tak mempermasalahkan mengapa Persebaya harus bermain di Malang. Saya hanya mengkritik ketidakprofesionalan panitia turnamen. Keruwetan penentuan venue semifinal tentu bisa dihindari jika venue sudah ditentukan di awal. Semua tim peserta dan suporternya pastinya legowo karena telah menyepakatinya dari awal turnamen. Namun, venue baru ditentukan setelah babak penyisihan grup berakhir. Dengan alasan Bangkalan tidak siap, dan Surabaya tidak mengajukan diri, panitia akhirnya memutuskan semua laga semifinal digelar di Malang.

Dan perdebatan tentang pilihan venue menjadi topik panas antar kedua kelompok suporter, Bonek dan Aremania. Medsos menjadi arena “pertempuran” di antara mereka. Atmosfer laga pramusim yang semestinya lebih santai mendadak menjadi panas.

Saya kembali berharap kepada coach Aji untuk menurunkan para pemain muda lawan Arema nanti. Terlalu beresiko menurunkan para pemain seperti David da Silva dan Makan Konate. Karena tenaga mereka lebih dibutuhkan di liga nanti. Tentu tidak lucu jika keduanya harus mengalami cedera dan tidak bisa tampil maksimal di liga.

Para pemain muda rasanya sudah cukup untuk menghadapi Arema nanti. Di samping menghindari cedera, Persebaya toh tidak menargetkan juara di turnamen kelas tarkam ini. Ada agenda lebih penting yakni Liga 1 2020 dan ASEAN Club Championship (ACC) 2020.

Saya teringat pelatih Liverpool, Juergen Klopp yang berani menurunkan para pemain mudanya melawan Shrewsbury di partai ulangan babak keempat Piala FA. Klopp sendiri bahkan tidak mau mendampingi saat para pemain muda Liverpool tersebut bertanding. Alasannya FA Inggris tidak memberi respek kepada Liverpool yang mempunyai agenda ketat di EPL dan Liga Champions. Mengapa ia harus memberi respek kepada FA dengan menurunkan pemain terbaik dan mendampinginya? Dan idealisme Klopp pun berbuah hasil. Pasukan mudanya mampu mengalahkan Shrewsbury dengan skor 1-0.

Persebaya sebagai klub profesional harus mempunyai idealisme seperti itu. Kelas Persebaya sekarang sudah internasional bukan lagi kelas tarkam. Semua laga pramusim harus direncanakan dengan baik dengan atmosfer yang lebih rileks. Bukan turnamen kejar tayang yang menguras fisik dan mental. Turnamen Piala Presiden musim 2019 bisa dijadikan pelajaran di mana Persebaya yang tampil habis-habisan hingga mencapai final menjadi memble ketika liga berjalan.

Apapun itu, selamat bertanding Persebaya. Pokoknya jangan sampai cedera.

The post Kelas Persebaya Sudah Internasional, Bukan Kelas Tarkam appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
31109
Pelajaran dari Balikpapan https://emosijiwaku.com/2020/01/27/pelajaran-dari-balikpapan/ Mon, 27 Jan 2020 13:06:53 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=30396 Dalam perjalanan menuju Tenggarong untuk menyaksikan laga Persipura melawan Persebaya tahun lalu, saya mendapat cerita dari seorang Bonek yang mengantar saya menuju kota itu. Ia bercerita tentang seorang pengusaha travel yang cukup dikenal di Kota Balikpapan. Namun, usaha travel tersebut tiba-tiba meredup dan menuju kebangkrutan. Penyebabnya, bisnis yang digelutinya masuk masa-masa sulit saat jagoan yang didukungnya di Pilkada Kota Balikpapan kalah.

The post Pelajaran dari Balikpapan appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Dalam perjalanan menuju Tenggarong untuk menyaksikan laga Persipura melawan Persebaya tahun lalu, saya mendapat cerita dari seorang Bonek yang mengantar saya menuju kota itu. Ia bercerita tentang seorang pengusaha travel yang cukup dikenal di Kota Balikpapan. Namun, usaha travel tersebut tiba-tiba meredup dan menuju kebangkrutan. Penyebabnya, bisnis yang digelutinya masuk masa-masa sulit saat jagoan yang didukungnya di Pilkada Kota Balikpapan kalah.

Usaha travelnya dipersulit salah satunya dengan adanya larangan mengambil penumpang di Bandara Sepinggan. Pemenang Pilkada waktu itu adalah saingan dari jagoan pengusaha travel itu. Ia membiayai jagoannya dengan harapan menang Pilkada. Sayang, jagoannya kalah dan ia terpuruk bersama usahanya.

Memori saya ke cerita di atas muncul usai membaca berita tentang dukungan Presiden Persebaya, Azrul Ananda, ke salah satu Bakal Calon Wali Kota Surabaya, Machfud Arifin. Dalam blog pribadinya, Azrul mengatakan jika sosok Machfud Arifin menyerupai sosok sang ayah, Dahlan Iskan. Machfud sudah “tuntas” untuk urusan pribadinya. Sudah tidak butuh apa-apa lagi. Sama seperti ayahnya. Karenanya, ia pantas jadi Wali Kota Surabaya menggantikan Risma.

Sikap Bonek bervariasi melihat dukungan Azrul. Ada yang pro dan kontra atas sikap Azrul mendukung salah satu calon dalam kontestasi Pilkada. Yang pro mengatakan jika mendukung seseorang dalam Pilkada adalah hak pribadi. Namun yang kontra mengungkapkan kekhawatiran jika klub kebanggaannya, Persebaya, diseret dalam ajang politik.

Bagi saya, dukungan Azrul kepada salah satu Bakal Calon Wali Kota adalah sesuatu yang wajar. Itu adalah hak bagi setiap orang di negara demokrasi. Saya percaya Azrul tidak akan memanfaatkan nama Persebaya dan Bonek untuk memenangkan sosok yang didukungnya.

Saya malah berharap sosok yang didukungnya menang. Kenapa? Karena itu baik bagi Persebaya.

Saya tidak membayangkan jika calon yang didukung Azrul kalah dalam Pilkada nanti. Tentu suasana akan menjadi sulit, khususnya bagi Persebaya. Dulu saat masih di Jawa Pos, Azrul mendukung Risma untuk menjadi Wali Kota. Sayangnya, saat Azrul memegang Persebaya, Risma seperti tidak bersahabat. Persebaya kesulitan untuk mencari lapangan untuk latihan. Pemkot bahkan tidak mengizinkan Persebaya memakai Gelora 10 November (G10N) sebagai tempat latihan.

Beberapa waktu lalu, Pemkot juga “mengusir” Persebaya dari Surabaya dengan alasan Gelora Bung Tomo (GBT) akan direnovasi. Beruntung, aksi Bonek membuat Pemkot akhirnya mau duduk bersama dan mengizinkan Persebaya memakai GBT dan G10N. Selain itu, Pemkot juga berencana menaikkan biaya sewa pemakaian GBT.

Harus diakui, kondisi-kondisi tak bersahabat ini mengganggu perjalanan Persebaya mengarungi kompetisi Liga 1. Dan tentu saja bagi bisnis Persebaya.

Persebaya membutuhkan sosok Wali Kota yang bersahabat. Sama saat Surabaya masih dipimpin Cak Narto. Namun kondisi saat ini jauh berbeda dibanding zaman Cak Narto. Persebaya bukan lagi milik Pemkot melainkan milik perorangan. Wali Kota dipilih langsung oleh rakyat. Meski Calon Wali Kota terlebih dahulu ditetapkan partai.

Meski Azrul telah menyatakan dukungannya kepada Machfud Arifin, belum berarti jagoannya akan menang Pilkada nanti. Masih banyak tahap yang mesti dilalui. Kalaupun Machfud lolos sebagai Cawali, ia harus berhadapan dengan Cawali dari PDIP yang merupakan partai incumbent. PDIP telah menguasai Surabaya dalam beberapa dekade.

Saya berharap Pilkada Surabaya bisa menghasilkan Wali Kota yang bersahabat bagi Persebaya. Kalaupun Machfud tidak terpilih, saya masih berharap Wali Kota terpilih mau bersinergi dengan Persebaya sebagai salah satu ikon Surabaya. Saya tidak ingin Persebaya dipersulit lagi hanya karena Sang Presiden mendukung calon lain.

Namun, memori saya masih terngiang-ngiang atas nasib pengusaha travel asal Balikpapan itu. Semoga saya salah…

The post Pelajaran dari Balikpapan appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
30396
Sebagai Warga Surabaya dan Bonek, Mengapa Saya Menolak Piala Dunia di GBT? https://emosijiwaku.com/2020/01/19/sebagai-warga-surabaya-dan-bonek-mengapa-saya-menolak-piala-dunia-di-gbt/ Sun, 19 Jan 2020 04:00:23 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=30255 Percayalah, dari awal Bonek mendukung Piala Dunia U-20 digelar di Surabaya. Bahkan, saat Ibu Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, ingin memindahkan venue dari Gelora Bung Tomo (GBT) ke Kanjuruhan akibat bau sampah, Bonek rame-rame menolaknya. Bonek juga ikut kerja bakti membersihkan GBT dan menanam pohon di area stadion menyambut Piala Dunia.

The post Sebagai Warga Surabaya dan Bonek, Mengapa Saya Menolak Piala Dunia di GBT? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Percayalah, dari awal Bonek mendukung Piala Dunia U-20 digelar di Surabaya. Bahkan, saat Ibu Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, ingin memindahkan venue dari Gelora Bung Tomo (GBT) ke Kanjuruhan akibat bau sampah, Bonek rame-rame menolaknya. Bonek juga ikut kerja bakti membersihkan GBT dan menanam pohon di area stadion menyambut Piala Dunia.

Namun semua berubah saat Persebaya dikorbankan demi terselenggaranya Piala Dunia. Pemkot seperti mengusir Persebaya dari Surabaya dengan alasan renovasi. Apa buktinya? Hingga saat ini, Pemkot tak menawarkan solusi lain semisal memberikan izin sementara pemakaian Gelora 10 November (G10N), Tambaksari, sebagai kandang Persebaya musim ini. Tak ada proses dialog sejauh ini. Manajemen Persebaya mengaku telah menyampaikan surat permohonan audiensi kepada Risma Trimaharani. Namun tak ada jawaban dari Pemkot.

Di tengah kebuntuan ini, Bonek bergerak. Langkah awal, Bonek akan memasang spanduk-spanduk dan pamflet-pamflet menuntut Persebaya berkandang di Surabaya. Dan langkah paling ekstrim adalah menolak Piala Dunia digelar di Surabaya jika Pemkot tetap keukeuh tidak memberikan izin Persebaya bermain di kotanya.

Pemkot pernah menyatakan jika Piala Dunia merupakan even penting buat anak-anak Surabaya melalui sepak bola. Diharapkan, talenta-talenta muda asal Surabaya bisa muncul. Namun sesungguhnya ini hanya pencitraan. Faktanya, Pemkot gagal menciptakan suasana kondusif yang bisa memunculkan anak-anak berbakat di sepak bola.

Jika membicarakan sepak bola di Surabaya pasti tak jauh-jauh dari Persebaya. Klub inilah yang secara konsisten mengharumkan nama Surabaya sejak 1927. Namun Pemkot seperti menganggap Persebaya sebagai musuh. Bukan sebagai partner kolaborasi. Lihatlah bagaimana konflik perebutan Wisma Karanggayam antara Pemkot dan Persebaya. Ingat pengusiran klub-klub internal dari lapangan Karanggayam. Atau tidak diizinkannya Persebaya berlatih di G10N. Ironis jika melihat tim dari kota lain bisa menyewa G10N dengan mudah.

Sebuah even tidak akan berhasil jika tidak ada partisipasi dari warganya. Bonek yang mayoritas adalah warga Surabaya harus dirangkul jika ingin even sekelas Piala Dunia sukses. Namun, bagaimana bisa Pemkot merangkul Bonek jika tim kebanggaannya disakiti dengan tidak boleh berkandang di Surabaya? Persebaya bagi Bonek adalah segalanya.

Sekali lagi, Bonek tidak menolak Piala Dunia di Surabaya. Bonek hanya tidak ingin Persebaya dikorbankankan dengan adanya even itu. Tidak adanya upaya Pemkot memperjuangkan Persebaya berkandang di Surabaya membuat Bonek tidak respek terhadap even internasional itu. Jadi jangan selalu menuntut Bonek untuk memberikan sesuatu jika Pemkot tidak juga memberikan apa-apa kepada mereka.

Win-win solution. Pemkot ingin Surabaya jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Bonek ingin Persebaya berkandang di Surabaya. Dua hal ini harus dicarikan titik temu yang saling menguntungkan. Sinergi dibutuhkan antara dua pihak. Sebagai awalan, Pemkot bersedia diajak audiensi oleh manajemen Persebaya.

Ingat, Piala Dunia, jabatan Wali Kota dan Kadispora hanya sementara, Persebaya Selamanya!

The post Sebagai Warga Surabaya dan Bonek, Mengapa Saya Menolak Piala Dunia di GBT? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
30255
Warning Keras Sang Presiden Yang Keliru dan Muncul di Waktu Yang Salah https://emosijiwaku.com/2019/10/30/warning-keras-sang-presiden-yang-keliru-dan-muncul-di-waktu-yang-salah/ Tue, 29 Oct 2019 18:15:39 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=27847 Pahamilah, semua pemain yang membela Persebaya saat ini hadir atas sepengetahuan manajemen. Menimpakan kesalahan atas keterpurukan Persebaya hanya kepada para pemain ibarat peribahasa “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”.

The post Warning Keras Sang Presiden Yang Keliru dan Muncul di Waktu Yang Salah appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Pahamilah, semua pemain yang membela Persebaya saat ini hadir atas sepengetahuan manajemen. Menimpakan kesalahan atas keterpurukan Persebaya hanya kepada para pemain ibarat peribahasa “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”.

Oke, kita harus akui pemain menjadi bagian dari keterpurukan Persebaya. Namun rasanya tidak adil jika manajemen menimpakan semua kesalahan kepada mereka. Beban pemain mengarungi liga musim ini sudah sangat berat. Jadwal padat yang tidak manusiawi ditambah tuntutan dari Bonek agar Persebaya berprestasi, pastinya membuat psikologis pemain terganggu.

Mengapa Persebaya seperti tidak enjoy saat bermain di GBT menjadi misteri yang berlangsung dalam dua musim ini. Raihan 3 kemenangan, 8 imbang, dan 1 kekalahan seperti membuktikan dugaan jika pemain tidak nyaman bermain di kandang sendiri.

Hasil lima laga tanpa kemenangan sebelum laga lawan PSS Sleman membuat psikologis pemain semakin tertekan. Lalu, keluarlah warning keras dari sang Presiden, Azrul Ananda, lima hari jelang laga. Azrul mengeluarkan pernyataan yang menyiratkan bahwa ada pemain yang bermain tidak dengan hati.

”Sepuluh pertandingan ini akan menunjukkan siapa yang benar-benar ingin di Persebaya, atau hanya pura-pura ingin di Persebaya,” ujar Azrul di laman official. ”Saya ingin Persebaya diisi pemain yang hatinya benar-benar untuk Persebaya. Karena saya harus memastikan Persebaya meraih hasil maksimal, tidak hanya untuk tahun ini, namun untuk tahun depan dan tahun-tahun berikutnya,” tambah putra mantan Ketum Persebaya, Dahlan Iskan.

Sebuah pernyataan yang langsung menghujam keras di dada pemain, Pak Presiden? Namun, apakah masalah menjadi selesai? Eits, nanti dulu…

Kini, tekanan tak hanya datang dari jadwal padat liga dan Bonek, namun juga datang dari bos Azrul sebagai representasi manajemen. Beban itu makin berat saat melawan PSS di GBT. Laga pekan ke-25 ini harus dimenangkan agar tim bisa sedikit keluar dari tekanan. Alih-alih mendulang tiga poin, Persebaya justru kalah 2-3 dari sang tamu. Dan sisanya adalah sejarah. Kericuhan pecah dan Persebaya kalah untuk pertama kalinya musim ini.

Rupanya, warning keras dari Azrul lima hari lalu tak otomatis membuat para pemain tampil apik dan meraih poin penuh. Artinya, pernyataan Azrul tersebut hanya menjadi pepesan kosong. Namun sayangnya, dampak negatif yang ditimbulkannya sudah demikian besar.

Warning keras Azrul memang tidak bisa dicabut. Namun jika kita bisa kembali lima hari lalu, ada baiknya Azrul tidak mengeluarkan warning tersebut. Selain waktunya tidak tepat karena liga hampir rampung, warning itu keliru karena disampaikan Azrul di depan publik. Ingat, jika telah menjadi konsumsi publik maka spekulasi akan menjadi liar. Di saat tim membutuhkan support dari manajemen, warning itu akan membuat pemain semakin tertekan. Karena seperti menjadikan pemain sebagai satu-satunya kambing hitam atas keterpurukan Persebaya.

Sudah seharusnya manajemen melindungi pemain dan mengambil tanggung jawab atas keterpurukan tim ini. Azrul harus tampil layaknya bapak dalam sebuah keluarga besar. Jika sang anak berbuat salah, maka bapak harus bisa membuat sang anak memperbaiki kesalahan tanpa perlu marah-marah di depan tetangga.

Namun, nasi telah menjadi bubur. Berdebat tentang siapa yang salah atas keterpurukan Persebaya saat ini sudah tidak ada gunanya. Persebaya harus segera bangkit agar bisa lepas dari jeratan degradasi. Kesempatan berprestasi bisa diraih kapan saja.

Di 9 sisa laga musim ini, manajemen harus mampu mengayomi tim dan suporter. Jika perlu, manajemen meminta maaf kepada Bonek atas drama-drama tidak penting yang muncul sejak awal musim. Mulailah melihat ke bawah dan jangan sering mendongak. Dengarlah saran dan kritikan dari siapa saja, entah dari Bonek, legenda, maupun pecinta sepak bola. Minta maaflah kepada siapa saja yang mungkin tersakiti atas kebijakan yang diambil selama ini. Karena hal itu jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan hanya mengeluarkan warning keras.

Bangkit dan selamatkan Persebaya musim ini…

The post Warning Keras Sang Presiden Yang Keliru dan Muncul di Waktu Yang Salah appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
27847
Kalah atau Seri = Flare, Mau Sampai Kapan? https://emosijiwaku.com/2019/09/07/kalah-atau-seri-flare-mau-sampai-kapan/ Sat, 07 Sep 2019 05:21:26 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=26867 Ada pemandangan yang nampaknya sudah jadi kebiasaan di GBT. Setiap Persebaya bermain di kandang dan menuai hasil seri apalagi kalah, seringkali ada flare dan smoke bomb yang dinyalakan Bonek. Selain itu, beberapa kali terlihat ada pelemparan di tengah-tengah pertandingan saat ada keputusan wasit yang merugikan Persebaya.

The post Kalah atau Seri = Flare, Mau Sampai Kapan? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Ada pemandangan yang nampaknya sudah jadi kebiasaan di GBT. Setiap Persebaya bermain di kandang dan menuai hasil seri apalagi kalah, seringkali ada flare dan smoke bomb yang dinyalakan Bonek. Selain itu, beberapa kali terlihat ada pelemparan di tengah-tengah pertandingan saat ada keputusan wasit yang merugikan Persebaya.

Seringnya Bonek melanggar peraturan yang ditetapkan PSSI membuat Persebaya mendapatkan denda yang sangat tinggi. Hingga putaran pertama Liga 1 2019, denda Persebaya mencapai Rp 1.190.000.000. Banyaknya denda karena pelanggaran selalu diulang-ulang di beberapa pertandingan. Jumlah ini menjadikan Persebaya sebagai juara klub dengan denda tertinggi di putaran pertama.

Tak hanya saat pertandingan di kandang, beberapa kali suporter Persebaya juga menyalakan flare saat pertandingan away. Salah satunya saat Persebaya melawat ke Sleman melawan PSS. Meski flare dinyalakan setelah laga berakhir, hal itu tetap dianggap sebagai pelanggaran. Karena flare atau smoke bomb tak boleh dinyalakan dua jam usai pertandingan berakhir.

Hasil seri apalagi kalah memang megecewakan kita sebagai suporter fanatik Persebaya. Namun penyalaan flare juga tidak mengubah hasil. Mungkin ada yang mengatakan bahwa dengan menyalakan flare, Persebaya bisa berbenah di pertandingan berikutnya. Namun menyalakan flare tetaplah sebuah pelanggaran. Ada banyak cara elegan yang bisa dilakukan suporter agar klub bisa berprestasi.

Mencintai klub tidak cukup hanya dengan kata-kata namun juga harus diwujudkan dengan tindakan. Tidak menyalakan flare dan tidak melakukan lemparan apapun hasil yang diraih Persebaya sudah cukup membantu klub.

Jika dipikir secara rasional, jumlah denda yang diterima Persebaya saat ini dibelikan pemain berkualitas tentu cukup. Sayang, jika uang sebesar itu harus diberikan kepada federasi yang selama ini kita benci.

Peran Panpel untuk Mencegah Flare Masuk

Pemeriksaan penonton saat memasuki penonton sebenarnya sangat ketat. Ada tiga ring yang mesti dilewati suporter. Barang-barang bawaan suporter diperiksa. Bahkan penonton yang membawa botol minuman, airnya akan dimasukkan ke plastik. Sayangnya, masih ada pelemparan botol dari tribun. Kok bisa? Ternyata banyak penjual botol minuman di antara para penonton. Jadi ya pemeriksaan ketat di pintu masuk menjadi percuma.

Lolosnya flare juga sangat disayangkan. Panpel memang tidak bisa menuntut kesadaran dari suporter untuk tidak membawa flare. Tapi diperlukan sistem yang lebih ketat mencegah flare masuk ke dalam stadion.

Namun, semua dikembalikan ke Bonek sebagai suporter fanatik Persebaya. Kesadaran untuk tidak merugikan klub sendiri harus dimiliki masing-masing dari kita. Penyalaan flare dan smoke bomb serta pelemparan botol harus dihilangkan saat Persebaya mulai berlaga di putaran kedua.

Semoga Persebaya dan Bonek bisa lebih baik di putaran kedua. Amin.

The post Kalah atau Seri = Flare, Mau Sampai Kapan? appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
26867
Kekalahan Persebaya Harus Dipandang Secara Positif https://emosijiwaku.com/2019/04/14/kekalahan-persebaya-harus-dipandang-secara-positif/ Sun, 14 Apr 2019 04:02:48 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=24922 Tak ada proses yang instan. Untuk mencapai prestasi dibutuhkan kerja keras. Kegagalan Persebaya meraih gelar juara Piala Presiden 2019 harus dimaknai secara positif. Bahwa ini semua merupakan sebuah proses yang harus kita jalani.

The post Kekalahan Persebaya Harus Dipandang Secara Positif appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Tak ada proses yang instan. Untuk mencapai prestasi dibutuhkan kerja keras. Kegagalan Persebaya meraih gelar juara Piala Presiden 2019 harus dimaknai secara positif. Bahwa ini semua merupakan sebuah proses yang harus kita jalani.

Sejak mengikuti kompetisi resmi pada 2017, Persebaya telah menunjukkan progress yang signifikan. Kita harus bangga karena Persebaya menjadi salah satu klub yang dikelola secara profesional.

Secara prestasi, Persebaya tak bisa dipandang sebelah mata. Usai absen lama, Persebaya langsung jadi juara Liga 2 sekaligus promosi ke kasta tertinggi. Di Liga 1 2018, Green Force menempati posisi 5. Ini merupakan sebuah prestasi jika kita melihat status Persebaya sebagai tim promosi. Di Piala Presiden juga menunjukkan peningkatan. Setelah hanya mencapai babak perempat final di 2018, tahun ini Persebaya meraih posisi runner up. Memang prestasi ini belum memuaskan sebagian Bonek. Namun kita harus kembali memandangnya secara positif.

Turnamen ini merupakan ajang pramusim yang harus dilihat sebagai sarana untuk mencoba formasi dan gaya permainan. Jika ada kelemahan yang terlihat, ini justru merupakan keuntungan bagi Persebaya. Karena tim pelatih bisa menjadikannya sebagai bahan evaluasi. Apa yang harus diperbaiki dan ditambal jika ada yang bolong-bolong. Sehingga saat liga sudah dimulai, Persebaya telah siap dan bukan menjadikannya sebagai ajang uji coba lagi.

Medan tempur sebenarnya bagi Persebaya telah dekat. Liga 1 akan dimulai pada 8 Mei. Ada waktu tiga minggu bagi tim pelatih untuk memperbaiki segala kekurangan yang terlihat saat pramusim.

Presiden Persebaya, Azrul Ananda, telah mengatakan jika pihaknya akan melakukan langkah-langkah strategis untuk membangkitkan Bajol Ijo. Azrul butuh semua pihak memberikan kesempatan bagi manajemen untuk bekerja. Bonek sebagai suporter harus mendukung sembari memberikan masukan positif.

Tim, manajemen, dan suporter pastinya memiliki visi yang sama yakni bagaimana Persebaya meraih prestasi di Liga 1. Tiga stakeholders Persebaya harus bergandengan tangan agar bisa berjalan beriringan dan saling mendukung. Karena hanya dengan itulah, Persebaya bisa meraih prestasi. Proses ini harus diikuti. Dan kita tahu jika proses tak pernah mengkhianati hasil.

*) Penulis adalah Co Founder Emosijiwaku.com

The post Kekalahan Persebaya Harus Dipandang Secara Positif appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
24922
Pesan untuk Bonek yang Masih Belum Sepenuhnya Berubah https://emosijiwaku.com/2019/04/10/pesan-untuk-bonek-yang-masih-belum-sepenuhnya-berubah/ Wed, 10 Apr 2019 01:32:11 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=24828 Sehari sebelum laga lawan Arema FC, Presiden Persebaya, Azrul Ananda, mengatakan jika seratus perbuatan baik masih sangat mudah dikalahkan oleh satu perbuatan yang tidak semestinya.

The post Pesan untuk Bonek yang Masih Belum Sepenuhnya Berubah appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Sehari sebelum laga lawan Arema FC, Presiden Persebaya, Azrul Ananda, mengatakan jika seratus perbuatan baik masih sangat mudah dikalahkan oleh satu perbuatan yang tidak semestinya.

Cak Andie Peci pernah mencuit: Setelah aksi kemanusiaan “lempar boneka” untuk anak-anak penderita kanker, tanggung jawab Bonek akan semakin berat. Karena kemanusiaan itu harus dimaknai utuh, tak boleh parsial atau setengah-setengah. Kemanusiaan itu anti kekerasan dan menolak rasisme. Dan ke depan tanggung jawab itu ada di Bonek.

Sayangnya, sebagian Bonek masih melakukan hal-hal yang tidak semestinya saat laga melawan Arema. Salah satunya adalah pembalikan nama Arema di papan skor. Legenda dan asisten pelatih Persebaya, Bejo Sugiantoro, sampai turun untuk meminta Bonek tidak melakukan itu. Belum lagi masih adanya nyanyian rasis, pelemparan pemain Arema, penyalaan flare dan kembang api usai laga.

Jika kita mencemooh dan menganggap Persebaya gagal dalam pramusim ini, seharusnya kita berani menunjuk diri kita belum mampu menjadi suporter yang baik. Karena sesungguhnya ajang pramusim adalah tempat kita berlatih sebelum mengikuti kompetisi sesungguhnya yakni Liga 1 2019.

Segala kebaikan kita dari penggalangan dana untuk korban bencana, membangun panti asuhan, seakan-akan terhapus dengan perbuatan-perbuatan kurang baik yang kita lakukan kemarin. Sungguh sangat disayangkan.

Saatnya kita berubah bukan hanya jargon, dulur. Masih ada waktu untuk berbenah sebelum liga dimulai. Kita memang selalu menginginkan kemenangan. Namun jika hasilnya beda, kita tak seharusnya melakukan perbuatan-perbuatan yang jauh dari koridor sportifitas. Karena sepak bola adalah tentang kemanusiaan bukan hanya soal kalah menang.

Salam Satu Nyali! Wani!

*) Penulis adalah Co Founder Emosijiwaku.com

The post Pesan untuk Bonek yang Masih Belum Sepenuhnya Berubah appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
24828
Tradisikan Laga Kandang Terakhir Persebaya di Liga 1 sebagai Pesta Perayaan https://emosijiwaku.com/2018/12/03/tradisikan-laga-kandang-terakhir-persebaya-di-liga-1-sebagai-pesta-perayaan/ Mon, 03 Dec 2018 07:01:10 +0000 https://emosijiwaku.com/?p=22519 Persebaya akan menjamu PSIS Semarang dalam laga kandang terakhir di Gelora Bung Tomo. Laga yang menurut jadwal digelar Sabtu (8/12) ini adalah laga pekan ke-34 yang akan mengakhiri kiprah Persebaya musim ini. Beruntung, laga melawan Laskar Mahesa Jenar ini bukan laga hidup mati bagi kedua tim. Pasalnya, Persebaya dan PSIS telah aman dari zona degradasi.

The post Tradisikan Laga Kandang Terakhir Persebaya di Liga 1 sebagai Pesta Perayaan appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Persebaya akan menjamu PSIS Semarang dalam laga kandang terakhir di Gelora Bung Tomo. Laga yang menurut jadwal digelar Sabtu (8/12) ini adalah laga pekan ke-34 yang akan mengakhiri kiprah Persebaya musim ini. Beruntung, laga melawan Laskar Mahesa Jenar ini bukan laga hidup mati bagi kedua tim. Pasalnya, Persebaya dan PSIS telah aman dari zona degradasi.

Musim ini adalah musim perdana Persebaya di Liga 1. Perjalanan Persebaya di musim ini juga tidak mulus. Sejak awal musim, banyak peristiwa yang mempengaruhi hubungan antara stakeholders yakni tim, manajemen, dan Bonek sebagai suporter. Hubungan ketiganya sempat memanas dan merenggang. Puncaknya, terjadi pemecatan Alfredo Vera sebagai pelatih kepala yang kemudian digantikan Djadjang Nurdjaman.

Penggantian Alfredo tak lantas membuat kondisi tim menjadi kondusif. Di awal Djanur menjadi pelatih, Persebaya langsung menuai hasil buruk. Persebaya sempat menjadi kandidat tim yang akan terdegradasi. Namun pada akhirnya, Green Force mulai bangkit dengan mengalahkan tim-tim papan atas. Empat kemenangan beruntun membuat Persebaya aman dari jeratan degradasi. Meski di laga terakhir melawan PSMS kalah telak, Persebaya saat ini masih berada di papan atas dengan nilai 47.

Dari kandidat tim yang akan terdegradasi menjadi tim yang berada di papan atas. Sebuah hasil akhir yang membahagiakan, bukan?

Satu hal yang perlu dicatat. Bonek selalu setia mendukung Persebaya dalam keadaan apapun. Mereka selalu percaya dengan mendampingi Persebaya dari awal hingga akhir musim.

Saya berharap di laga kandang terakhir musim ini, panpel menggelar sebuah laga “pesta” untuk Bonek. Laga ini merupakan laga di mana Persebaya mengucapkan terima kasih kepada Bonek yang telah setia memberikan dukungan selama satu musim penuh. Panpel bisa mengemas atmosfer pertandingan layaknya sebuah pesta. Buatlah laga terakhir berkesan bagi Bonek.

Panpel telah terbiasa menggelar laga yang bertema seperti Homecoming Game, Celebration Game, hingga Blessing Game. Tentu panpel tak akan kesulitan dalam mewujudkan sebuah laga penuh kesan yang akan mengakhiri kiprah Persebaya di musim ini. Saatnya Persebaya membuat tradisi baru mengakhiri laga kandang terakhir sebagai pesta perayaan.

Saya juga berharap Bonek memenuhi laga kandang terakhir Persebaya dengan mengajak anak, istri, saudara, keluarga untuk menyaksikan laga itu. Rayakan laga terakhir Persebaya bersama keluarga Bonek sejagat raya. Ini pesta perayaan bagi keluarga Bonek.

Kita ucapkan terima kasih juga kepada para pemain dan pelatih yang telah berjuang hingga akhir musim. Merekalah yang membuat Persebaya bisa kembali berkompetisi di Liga 1 musim depan.

Ayo kita nikmati pesta perayaan di laga terakhir Persebaya sekaligus berdoa agar Green Force bisa lebih baik di musim depan. Syukur-syukur bisa menjadi juara di Liga 1 2019. Semoga…

The post Tradisikan Laga Kandang Terakhir Persebaya di Liga 1 sebagai Pesta Perayaan appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
22519