Kelas Persebaya Sudah Internasional, Bukan Kelas Tarkam

Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Sejak semula, keikutsertaan Persebaya di Piala Gubernur Jatim sudah salah.

Saya yakin tak ada agenda mengikuti Piala Gubernur Jatim dari Persebaya. Sebelum turnamen diputuskan digelar dengan mengikutkan Persebaya, coach Aji Santoso hanya mengagendakan 4 kali uji coba sebelum Liga 1 2020 digelar. Persebaya telah menggelar 3 kali uji coba melawan Persis, Persebaya Junior, dan Sabah. Persebaya terpaksa mengikuti Piala Gubernur Jatim karena tak ada pilihan untuk menolak. Jadilah Persebaya bertanding sekali dalam dua hari di Bangkalan.

Turnamen yang terakhir digelar pada 2014 ini bagi saya merupakan turnamen kejar tayang. Turnamen ini seperti dipaksakan digelar tanpa perencanaan yang matang. Entah apa motivasi di balik penyelenggaraan turnamen ini. Yang jelas, bagi saya turnamen ini merugikan Persebaya.

Jika menyertakan lawan Sabah, Persebaya harus bertanding empat kali dalam 8 hari! Tentu saja setiap pertandingan menguras fisik dan mental para pemain. Terutama di Piala Gubernur Jatim yang kental dengan atmosfer kompetisi yang ketat. Beberapa pemain Persebaya pun bertumbangan karena cedera seperti Mahmoud Eid, Aryn Williams, Hambali Tolib, Arif Satria, dan Irfan Jaya.

Iklan

Saya sempat berharap Persebaya menurunkan semua pemain muda di turnamen ini. Namun rupanya coach Aji menurunkan skuat terbaiknya seperti David da Silva, Makan Konate, Aryn Williams, dll. Saya juga berharap Persebaya tidak lolos ke semifinal sehingga bisa fokus recovery dan memperbaiki kelemahan jelang liga bergulir. Lolos ke semifinal tentu beresiko bagi Persebaya. Para pemain jadi rentan mengalami cedera ditambah lagi atmosfer laga yang penuh rivalitas. Bagi saya, ini akan mengganggu persiapan Persebaya di liga nanti.

BACA:  Protes Keras Persebaya, Momentum Mengembalikan Kedaulatan Klub

Namun Persebaya rupanya bisa lolos dan harus bertemu Arema FC di semifinal. Laga ini akan dimainkan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.

Saya tak mempermasalahkan mengapa Persebaya harus bermain di Malang. Saya hanya mengkritik ketidakprofesionalan panitia turnamen. Keruwetan penentuan venue semifinal tentu bisa dihindari jika venue sudah ditentukan di awal. Semua tim peserta dan suporternya pastinya legowo karena telah menyepakatinya dari awal turnamen. Namun, venue baru ditentukan setelah babak penyisihan grup berakhir. Dengan alasan Bangkalan tidak siap, dan Surabaya tidak mengajukan diri, panitia akhirnya memutuskan semua laga semifinal digelar di Malang.

Dan perdebatan tentang pilihan venue menjadi topik panas antar kedua kelompok suporter, Bonek dan Aremania. Medsos menjadi arena “pertempuran” di antara mereka. Atmosfer laga pramusim yang semestinya lebih santai mendadak menjadi panas.

Saya kembali berharap kepada coach Aji untuk menurunkan para pemain muda lawan Arema nanti. Terlalu beresiko menurunkan para pemain seperti David da Silva dan Makan Konate. Karena tenaga mereka lebih dibutuhkan di liga nanti. Tentu tidak lucu jika keduanya harus mengalami cedera dan tidak bisa tampil maksimal di liga.

BACA:  Kalah atau Seri = Flare, Mau Sampai Kapan?

Para pemain muda rasanya sudah cukup untuk menghadapi Arema nanti. Di samping menghindari cedera, Persebaya toh tidak menargetkan juara di turnamen kelas tarkam ini. Ada agenda lebih penting yakni Liga 1 2020 dan ASEAN Club Championship (ACC) 2020.

Saya teringat pelatih Liverpool, Juergen Klopp yang berani menurunkan para pemain mudanya melawan Shrewsbury di partai ulangan babak keempat Piala FA. Klopp sendiri bahkan tidak mau mendampingi saat para pemain muda Liverpool tersebut bertanding. Alasannya FA Inggris tidak memberi respek kepada Liverpool yang mempunyai agenda ketat di EPL dan Liga Champions. Mengapa ia harus memberi respek kepada FA dengan menurunkan pemain terbaik dan mendampinginya? Dan idealisme Klopp pun berbuah hasil. Pasukan mudanya mampu mengalahkan Shrewsbury dengan skor 1-0.

Persebaya sebagai klub profesional harus mempunyai idealisme seperti itu. Kelas Persebaya sekarang sudah internasional bukan lagi kelas tarkam. Semua laga pramusim harus direncanakan dengan baik dengan atmosfer yang lebih rileks. Bukan turnamen kejar tayang yang menguras fisik dan mental. Turnamen Piala Presiden musim 2019 bisa dijadikan pelajaran di mana Persebaya yang tampil habis-habisan hingga mencapai final menjadi memble ketika liga berjalan.

Apapun itu, selamat bertanding Persebaya. Pokoknya jangan sampai cedera.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display