klub Archives | Emosi Jiwaku https://emosijiwaku.com/tag/klub/ Portal informasi terpercaya dan terkini tentang Persebaya dan Bonek Fri, 18 Mar 2016 18:47:40 +0000 en-US hourly 1 145948436 APPI Elitis, Saatnya Pesepak Bola Bentuk Serikat Pekerja Independen https://emosijiwaku.com/2016/01/28/appi-elitis-saatnya-pesepak-bola-bentuk-serikat-pekerja-independen/ https://emosijiwaku.com/2016/01/28/appi-elitis-saatnya-pesepak-bola-bentuk-serikat-pekerja-independen/#respond Thu, 28 Jan 2016 05:26:32 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=745 Ada hal besar lain yang sangat jarang disentuh oleh APPI.

The post APPI Elitis, Saatnya Pesepak Bola Bentuk Serikat Pekerja Independen appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Piala Jendral Sudirman baru saja berakhir dengan Mitra Kukar sebagai juaranya. Dua minggu sebelum partai final, Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) mendeklarasikan gerakan #MenolakTurnamen sebagai bentuk protes untuk tidak akan mengikuti turnamen sepakbola yang tidak profesional.

Mereka meminta kompetisi resmi segera digelar.

Jika dirunut, deklarasi ini menyikapi belum adanya kompetisi resmi dari federasi yang sedang dibekukan pemerintah. Ada hal besar lain yang sangat jarang disentuh oleh APPI. Yakni, masalah tunggakan gaji pemain di banyak klub tanah air.

Mungkin masalah gaji tersebut tidak dialami oleh anggota APPI. Karena itu, mereka tidak memasukkannya dalam agenda gerakan tuntutan mereka. Tapi, sebelumnya, saya ingin bertanya. Siapa saja sih anggota APPI? Di website mereka juga tidak ada daftar para pemain sepak bola yang masuk di organisasi tersebut.

Saya sempat berdiskusi dengan Presidium Bonek Andi Kristianto alias Andie Peci terkait tunggakan gaji tersebut. Melihat kondisi saat ini, Andie menawarkan ide cukup menarik. Yakni membentuk serikat pekerja sepak bola independen.

Serikat ini tidak perlu berafiliasi atau mempunyai hak suara di federasi. Akan tetapi hanya bersifat membantu secara hukum dan urusan lain yang berkaitan dengan perusahaan atau klub di mana para pesepak bola bermain. Ini seperti pernah di tulis Zen RS di panditfootball.com yang berjudul Pesepakbola Indonesia, Belajarlah Pada Serikat Buruh!

Dari tulisan itu, Zen mengatakan bahwa tindakan orang per orang tidak akan pernah menjadi sebuah gerakan. Hanya menimbulkan gerak-gerik. Di sini dapat diartikan bahwa diperlukan persatuan dari individu pekerja atau pesepak bola untuk menjadikan sebuah gerakan yang masif.

Dari diskusi tersebut munculah ide mendorong terbentuknya serikat pekerja sepak bola.

Berdasarkan pasal 1 Undang-undang Tenaga Kerja tahun 2003 no 17, serikat pekerja merupakan organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja. Baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Serikat tersebut berguna untuk memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Sesuai dengan pasal 102 UU Tenaga Kerja tahun 2003, dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

Sedangkan menurut UU No.21 tahun 2000 mengenai Serikat Buruh/Serikat Pekerja, fungsi serikat mencakup pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), penyelesaian perselisihan industrial, mewakili pekerja di dewan atau lembaga yang terkait dengan urusan perburuhan, serta membela hak dan kepentingan anggota serikat.

Dari dasar hukum di atas, sudah saatnya para pemain sebagai sekumpulan buruh/pekerja perusahaan bisa bersatu atau membentuk organisasi pekerja.

Seperti dikatakan Zen, menirulah gerakan buruh. Gerakan seperti mogok bertanding pernah dilakukan asosiasi pemain di La Liga Spanyol dan Serie A Italia.

Semua profesi di tanah air sepertinya punya organisasi profesi. Di sepakbola yang kita kenal hanya ada APPI yang terlihat sangat kurang membumi pada pemain khususnya yang non pemain nasional atau pemain daerah. Isu yang mereka garap hanya isu populer di permukaan. Bagaimana dengan pemain-pemain di daerah?

Sebagai contoh kecil, tunggakan gaji mantan pemain dan ofisial. Sampai saat ini belum juga tuntas. Tapi, apa bantuan hukum dari APPI? Tidak ada.

Bisa jadi karena pemain dan ofisial belum atau tidak menjadi anggota. Dan para pemain sendiri masih belum bisa menyatukan pendapat untuk menagihnya. Meminjam istilah Zen, “mereka masih melakukan gerak gerik belum sebuah gerakan”.

Untuk itu, semoga dalam waktu ke depan para pemain menyadari pentingnya meniru gerakan buruh dengan membentuk organisasi independen. Dari pemainlah semua hiburan sepakbola berasal. Kalian adalah aktor utama lapangan bola. Bersatu dan berorganisasilah agar semua menjadi lebih baik.

The post APPI Elitis, Saatnya Pesepak Bola Bentuk Serikat Pekerja Independen appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2016/01/28/appi-elitis-saatnya-pesepak-bola-bentuk-serikat-pekerja-independen/feed/ 0 745
Boxing Day dan Dilema Logo Persebaya https://emosijiwaku.com/2015/12/25/boxing-day-dan-dilema-logo-persebaya/ https://emosijiwaku.com/2015/12/25/boxing-day-dan-dilema-logo-persebaya/#respond Fri, 25 Dec 2015 03:48:31 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=717 Logo baru dipakai mulai awal perjuangan melawan rezim yang mematikan dan menenggelamkan klub Persebaya.

The post Boxing Day dan Dilema Logo Persebaya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Boxing Day adalah hari paling menghibur bagi penikmat Liga Inggris. Laga yang digelar sehari setelah perayaan Natal itu menjadi tetenger akulturasi antara sepak bola dan budaya keagamaan negeri Ratu Elizabeth tersebut.

Ada yang menarik dari pertandingan musim ini. Manchester City yang akan menghadapi Sunderland bakal memperkenalkan logo baru. Beberapa hari lalu logo itu sudah beredar di internet. Banyak pendapat bermunculan, baik yang senang maupun benci dengan desain baru tersebut.

Tapi, keputusan menggunakan logo baru sudah diketok. Manajemen pasti sudah memikirkannya di internal pengurus dan suporter. Lantas, apa hubungan Boxing Day musim ini dengan Persebaya?

Di tengah upaya bangkit dari tidurnya, Persebaya Surabaya mempunyai dua logo yang sama-sama dipakai secara bergantian. Belum diputuskan akan memakai yang mana untuk ke depannya nanti. Dua logo tersebut memiliki ceritanya sendiri-sendiri.

Logo lama mempunyai banyak sekali cerita. Tentu saja karena logo ini sudah sangat lama dipakai. Kisah Persebaya menjuarai ajang Perserikatan dan Liga Indonesia selama ini tak terlepas dari jersey berlogo lama. Semua legenda Persebaya saat itu pasti pernah memakai jersey berlogo ini di dada kirinya.

Sedang logo baru yang berbentuk seperti perisai juga mempunyai kisah sendiri yang tak kalah heroik. Logo ini mulai dipakai saat mulai terjadi “dualisme” Persebaya. Pertandingan antara Persebaya (1927) melawan Indo Holland pada 10 November 2010 di Stadion Tambaksari adalah kali pertama logo ini dipakai.

Sejak saat itu, logo perisai menempel di jersey Persebaya (1927). Lalu ke mana logo lama saat itu? Sudah banyak kisah dan cerita yang di tulis di media cetak maupun online. Silakan dicari tahu sendiri. Bonek pasti jauh lebih paham.

Dalam sejarah, banyak klub besar dunia juga mengalami perubahan atau evolusi logo klub. Bahkan berkali-kali mereka melakukannya. Tercatat Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, Manchester United, Paris Saint-Germain (PSG), Barcelona, Bayer Muenchen, Liverpool, Napoli, Chelsea, dan banyak lagi. Fandom Football pernah menuliskan tentang jejak kolonial pada logo klub sepakbola. Sangat menarik.

Bingung justru setelah menang di Kemenkumham

Kebingungan memakai logo yang mana dimulai setelah menerima keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asai Manusia (Kemenkumham) tentang hak kepemilikan logo Persebaya yang lama. Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) menyatakan bahwa logo tersebut milik Persebaya (1927).

Beberapa laga persahabatan sudah dilakukan Persebaya. Dan kebingungan antara manajemen dan suporter pun terus terjadi. Logo mana yang akan dipakai sekarang dan ke depan? Semua belum diputuskan dan dibicarakan. Saat ditanya, manajemen juga belum bisa memberikan jawaban.

Beberapa waktu lalu, salah satu akun Twitter mengadakan semacam polling tentang logo Persebaya. Para tweeps ditanya, memilih logo lama atau memilih logo baru? Hasil polling selama 24 jam menyatakan, sekitar 55 persen memilih logo baru dan 45 persen memilih logo lama. Tentu saja dengan berbagai macam alasan.

Saya sendiri lebih memilih untuk menggunakan logo baru di kompetisi mendatang. Di manapun divisi Persebaya akan berkiprah.

Ada beberapa alasan mengapa saya lebih memilih logo baru. Alasan pertama tentu saja logo ini dipakai mulai awal perjuangan melawan rezim yang mematikan dan menenggelamkan klub Persebaya. Suka duka dirasakan Bonek sampai saat ini. Perjuangan mengembalikan klub kesayangannya belum selesai.

Semua energi, jiwa, dan raga mereka kerahkan hanya untuk menegakkan kembali bendera klub bernama Persebaya Surabaya. Jadi logo ini adalah simbol perjuangan bonek sebagai pengawal setia Persebaya. Ada nilai yang tidak ternilai.

Alasan kedua adalah penyegaran. Rumah yang sudah kuno pasti memerlukan penyegaran. Penyegaran itu tidak hanya pada bangunannya, tapi juga penampilannya. Rumah yang selesai dipugar akan membawa semangat baru bagi penghuninya.

Begitu juga Persebaya. Logo lama sudah menjadi bagian dari sejarah dan prestasi yang berhasil ditorehkan di masa lalu. Kita tidak akan meninggalkannya. Namun, logo baru adalah monumen sejarah baru Persebaya untuk menunjukkan bahwa klub dan Bonek berhasil melewati badai politik dualisme sepak bola. Dan sejauh ini berhasil melewatinya meski perjuangan belum tuntas.

Logo baru membawa semangat kemandirian

Jika saat era Perserikatan sampai dengan saat masih diperbolehkan menggunakan dana APBD, Persebaya masih dimiliki dan memiliki kedekatan dengan penguasa kota. Dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Surabaya.

Sejak diperlakukan aturan baru bahwa APBD dilarang digunakan lagi pada 2009, Persebaya telah menjadi badan hukum tersendiri. Ini juga alasan mengapa logo baru akan lebih menggambarkan klub berdiri sendiri lepas dari bayang-bayang pemerintah kota.

Logo lama identik dengan Persebaya sebagai klub yang menyusu APBD. Sedangkan logo baru adalah penanda perubahan bahwa klub sudah berdiri sendiri.

Logo baru juga berperan sangat penting bagi roda berjalannya klub. Di samping sebagai kehormatan klub, logo baru juga bisa sebagai pundi-pundi pemasukan. Langkah pertama adalah segera mematenkan logo baru tersebut.

Semua yang berkaitan dengan kewenangan atas logo harus berada di wilayah manajemen. Karena itu berkaitan dengan hak komersial. Ini mungkin hal kecil bagi manajemen akan tetapi menjadi besar jika dilihat dari kebutuhan keuangan klub. Potensinya juga luar biasa jika digarap serius.

Selama pengakuan eksistensi klub belum ada, kompetisi belum berjalan, dan federasi masih membeku, saat ini adalah waktu yang tepat bagi manajemen untuk merevolusi dirinya sendiri. Mengubah mentalitas dan pengelolaan internal kepengurusan. Berbenahlah kalau tidak mau dilindas oleh zaman. Persebaya akan tetap berjalan. Ada atau tanpa kalian.

The post Boxing Day dan Dilema Logo Persebaya appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2015/12/25/boxing-day-dan-dilema-logo-persebaya/feed/ 0 717
Bonek Suporter Pengawal Sejarah, Bukan Pembunuh https://emosijiwaku.com/2015/12/21/bonek-suporter-pengawal-sejarah-bukan-pembunuh/ https://emosijiwaku.com/2015/12/21/bonek-suporter-pengawal-sejarah-bukan-pembunuh/#respond Mon, 21 Dec 2015 04:36:29 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=677 Di tengah perjuangan melawan kezaliman manajemen itu, tiba-tiba ada yang menuduh bahwa duka di Sragen adalah ulah Bonek. Bagaimana kami bisa melakukannya?

The post Bonek Suporter Pengawal Sejarah, Bukan Pembunuh appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
“Jangan salah sebut, bonek itu kan suporter Persebaya” kata Pakde Karwo ketika membalas sebuat tweet. Hal itulah yang seharusnya digarisbawahi. Surabaya United dan Persebaya adalah dua klub yang berbeda. Layaknya di Manchester, mereka berbeda! The Citizen berbeda dengan mereka yang lantang meneriakkan Glory Glory Man United!

Suporter Persebaya Surabaya adalah Bonek, sedangkan suporter Surabaya United adalah Alligator Mania.

Bonek tidak ada urusan dengan Piala Jenderal Sudirman. Urusan dengan turnamen itu telah selesai ketika Surabaya dibatalkan sebagai tuan rumah. Fokus kami adalah memperjuangkan hak pemain dan ofisial setelah kami sukses memperjuangankan hak atas penggunaan nama Persebaya.

Yang terbaru, kami melawan kezaliman manajemen Persebaya Surabaya ke Disnaker Kota Surabaya. Kami mendesak agar manajemen melunasi tunggakan gaji pemain dan ofisial. Beginilah cara kami berjuang.

Besar harapan kami, Bonek menjadi role model suporter di seluruh Indonesia. Yakni suporter yang selalu menjaga sejarah klub dan memperjuangkan hak-hak pemain dan ofisial. Apalagi, selama ini dua hal itu adalah permasalahan utama klub-klub bola di Indonesia.

Sebagai suporter, kami tidak boleh tutup mata dengan kebobrokan pengurus. Kami tidak hanya sekadar bernyanyi di tribun. Tapi kami juga memperjuangkan apa yang seharusnya diterima pahlawan kami di lapangan hijau. Apakah ada suporter lain di Indonesia yang begitu dalam memikirkan nasib para pemain? Yang tidak hanya sekadar menuntut jumlah gol mereka.

Di tengah perjuangan melawan kezaliman manajemen itu, tiba-tiba ada yang menuduh bahwa duka di Sragen adalah ulah Bonek. Bagaimana kami bisa melakukannya? Klub saja tidak bertanding di turnamen. Media harus mengakui bahwa mereka salah dalam menyebut Bonek. Jika tidak, mereka hanya menjual kebohongan dalam beritanya.

Saat ini mulai ada pergerakan antiSurabaya. Namanya, bantaiSuroboyo. Kami tidak terpancing untuk membuat gerakan balasan. Kami justru ingin menyebarkan virus perdamaian ke seluruh pendatang di Surabaya dengan kegiatan berbagi bunga beserta pemberitahuan bahwa Surabaya aman bagi para pendatang.

Kami punya agenda perjuangan sendiri. Tolong jangan nodai upaya mulai kami. Ingatlah di mana tumbangnya Jenderal Mallaby!

The post Bonek Suporter Pengawal Sejarah, Bukan Pembunuh appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2015/12/21/bonek-suporter-pengawal-sejarah-bukan-pembunuh/feed/ 0 677
Fanatisme Sepak Bola: Gengsi yang Dibawa Sampai Mati https://emosijiwaku.com/2015/12/21/fanatisme-sepak-bola-gengsi-yang-dibawa-sampai-mati/ https://emosijiwaku.com/2015/12/21/fanatisme-sepak-bola-gengsi-yang-dibawa-sampai-mati/#respond Mon, 21 Dec 2015 04:05:44 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=674 Kelompok suporter tidak rela jika tim idola mereka diejek atau diremehkan. Mereka terkesan membela mati-matian tim yang mereka idola.

The post Fanatisme Sepak Bola: Gengsi yang Dibawa Sampai Mati appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Sepak bola adalah olahraga yang banyak digemari masyarakat luas. Olahraga ini tidak hanya membahas tentang pertandingan kedua tim yang bertanding. Ada sisi lain dari sepak bola seperti bisnis hingga tentang supporter.

Banyak hal menarik dalam soal pendukung tim tersebut. Mulai dari bersaing saling kreatif ketika mendukung tim idola, mengadakan nonton bareng, hingga sampai hal-hal kerusuhan yang melibatkan suporter sepak bola

Suporter tidak bisa dipisahkan dari sepak bola. Sampai ada anggapan mereka adalah pemain ke-12 dalam suatu tim. Totalitas dan loyalitas ketika mendukung tim idola sangat militan sekali. Ada yang rela menempuh perjalanan jauh dan mengoleksi pernak-pernik tim idola. Yang paling dahsyat, ada yang membahayakan nyawanya ketika mendukung tim idola.

Membahayakan nyawa itu bisa seperti naik motor tanpa helm, numpak truk ramai-ramai sampai tidak jarang ada yang bentrok antar supporter. Dan semua itu demi menunjukan siapa yang paling hebat, siapa yang paling militan, dan demi sebuah kata loyalitas kepada tim idola.

Kelompok suporter tidak rela jika tim idola mereka diejek atau diremehkan. Mereka terkesan membela mati-matian tim yang mereka idola. Tidak sedikit saling ejek supporter terjadi di dunia maya (status war, twitwar, Facebook war).

Terhangat adalah terjadi bentrok suporter di Kota Sragen yang menyebabkan kematian dua Aremania. Jika melihat ke belakang, banyak kasus yang bentrok supporter yang menyebabkan kematian seorang supporter. Nyawa menjadi taruhan. Hanya demi sepak bola. Yang seharusnya menjadi hiburan justru menjadi ajang permusuhan yang berakibat bisa hilangnya nyawa.

Sifat fanatisme terhadap sesuatu boleh-boleh saja asal fanatisme tersebut tidak merugikan orang lain dan tidak menimbulkan sifat saling benci antar manusia. Misalnya, kita menyukai tim sepak bola, ya cukuplah untuk menonton setiap pertandingan, mempunyai atribut tim, dan sharing info terbaru tentang tim idola.

Bukan malah membenci mereka yang tidak sama idolanya. Saling olok-olok ketika tim idolanya kalah. Jadi harus ada keberanian untuk meredam sifat fanatisme agar tidak terjebak kepada fanatisme yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kita bisa mengambil contoh dari negara yang sepak bola nya sudah maju. Di Inggris, misalnya, ada rivalitas sengit antara Manchester United versus Liverpool dan Arsenal versus Tottenham Hospur. Para pendukungnya saling ejek di dalam stadion lewat nyanyian atau bahkan terang-terangan mengacungkan jari tengah ke pendukung kubu lawan ketika pertandingan berlangsung.

Tetapi kedua supporter “hanya” sampai di situ aja. Tidak ada supporter yang meninggal karena bentrok di luar stadion. Mereka menjadikan rivalitas sebagai “bumbu” dalam hiburan olahraga sepak bola, bukan adu gengsi yang dibawa sampai mati.

Sepak bola Indonesia masih mati karena belum adanya kompetisi resmi yang bergulir. Alangkah lebih baiknya jika semangat fanatisme ini diarahkan untuk menuntut bergulirnya kembali kompetisi.

Semoga tidak ada lagi yang meregang nyawa hanya karena fanatisme berlebihan. Kamu boleh hijau, biru, orange, atau warna yang lainnya. Akan tetapi warna kita masih sama, warna Merah Putih. Dan lagu kita masih sama, lagu Indonesia Raya.

The post Fanatisme Sepak Bola: Gengsi yang Dibawa Sampai Mati appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2015/12/21/fanatisme-sepak-bola-gengsi-yang-dibawa-sampai-mati/feed/ 0 674
Hai Manajemen, Persebaya Bukan Tim Sirkus Keliling! https://emosijiwaku.com/2015/12/02/hai-manajemen-persebaya-bukan-tim-sirkus-keliling/ https://emosijiwaku.com/2015/12/02/hai-manajemen-persebaya-bukan-tim-sirkus-keliling/#respond Wed, 02 Dec 2015 14:54:28 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=633 Sampai kapan pemain-pemain Persebaya dibawa ke sana kemari dari kota satu ke kota lainnya hanya euforia sesaat?

The post Hai Manajemen, Persebaya Bukan Tim Sirkus Keliling! appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Persebaya berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Persewangi dalam perebuatan Piala Kapolres Banyuwangi yang diselenggarakan pada Minggu, 29 November.

Bonek tentu sangat senang dengan raihan tim Persebaya. Tapi, Bonek ingin lebih dari itu. Suporter ingin Persebaya bisa mengikuti tournament lebih bergengsi atau mengikuti kompetesi yang nantinya akan diselenggarakan. Meskipun belum jelas kapan kompetisi tersebut kapan dilaksanakan.

Setidaknya ada persiapan yang lebih serius untuk tim kebanggaan arek-arek Suroboyo.

Setelah Persebaya keasliannya disahkan oleh Dirjen Haki KemenkumHAM, mengutip spanduk dari yang dikibarkan Bonek, tim ini memang telihat seperti sirkus. Nama besar Persebaya digunakan untuk menggelar pertandingan yang levelnya sekedar uji coba dan menarik banyak perhatian masyarakat.

Pertandingan di Banyuwangi bisa dijadikan contoh. Ribuan suporter memenuhi Stadion Diponegoro Banyuwangi untuk menonton. Itu memang menunjukkan bahwa Persebaya mempunyai nama besar di kancah sepak bola Indonesia.

Yang menjadi pertanyaan apakah selanjutnya Persebaya terus berkutat pada uji coba? Apakah tidak ada niatan manajemen untuk berjuang agar Green Force lebih “diakui”?

Sampai kapan pemain-pemain Persebaya dibawa ke sana kemari dari kota satu ke kota lainnya hanya euforia sesaat? Sama persis pertunjukan lumba-lumba. Mereka didatangkan denga rasa “sakit” karena harus berpindah-pindah untuk menghibur orang. Padahal, mereka tersiksa.

Persebaya juga melakukan pertandingan dengan kondisi “sakit”. Belum terciptanya kondisi Persebaya yang sehat. Sebab, kepengurusan manajamen yang amburadul. Uji coba dipaksakan demi mengibur penonton dan mendapatkan pemasukan dari pertandingan tersebut.

HAKI memang sudah mengakui keaslian Persebaya yang bermarkas di Karanggayam. Tapi bisa menjadi bumerang jika manajemen larut pada pengakuan tersebut. Perjuangan belum tuntas, Bung!

Suka atau tidak suka PSSI secara resmi belum mengakui. Persebaya dikeluarkan dari keanggotaan PSSI terkait kasus mengikuti kompetisi IPL. Seharusnya jika sudah mempunyai pengakuan dari HAKI, manjemen harus lebih berani mendesak PSSI agar dimasukan ke dalam anggota federasi lagi.

Jika PSSI tidak berdindak, mereka bisa menunutut Menpora Imam Nahrawi ataupun pihak-pihak lain yang terkait. Karena jika kompetesi di Indonesia digelar, lalu Persebaya tidak kuat secara adminsitrasi, tidak menutup kemungkinan Persebaya dilarang ikut kompetisi karena tidak profesional.

Sekedar mengingatkan, Surabaya sekarang tidak hanya milik Persebaya. Ada tim lain, yaitu Surabaya United (SU). Jika manajemen tidak serius mengurus Persebaya, jangan disalahkan jika masyarakat Surabaya lambat laun akan mendukung SU. Hanya soal waktu.

Mengutip band Inggris Muse. “Don’t waste your time or time will waste you.” Jangan buang waktu kalau kamu tidak ingin dibuang oleh waktu itu sendiri.

The post Hai Manajemen, Persebaya Bukan Tim Sirkus Keliling! appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2015/12/02/hai-manajemen-persebaya-bukan-tim-sirkus-keliling/feed/ 0 633
Antara Parma, Persebaya, dan Manajemen Klub Yang Amburadul https://emosijiwaku.com/2015/10/21/antara-parma-persebaya-dan-manajemen-klub-yang-amburadul/ https://emosijiwaku.com/2015/10/21/antara-parma-persebaya-dan-manajemen-klub-yang-amburadul/#respond Wed, 21 Oct 2015 09:55:43 +0000 http://emosijiwaku.com/?p=422 Jika manajemen dan pengurus bisa mengelola klub dengan baik dan profesional, maka mewujudkan klub berprestasi bukan hanya mimpi.

The post Antara Parma, Persebaya, dan Manajemen Klub Yang Amburadul appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
Penggemar sepak bola pasti akrab dengan nama-nama Gianlugi Buffon, Fabio Canavarro dan Hernan Crespo. Mereka cukup terkenal, baik dilevel klub dan timnas negara masing-masing. Dan kesamaan mereka adalah pernah memperkuat Parma, klub di Liga Italia. Parma pernah menjadi ikon liga Italia, selain mampu bersaing dengan tim elite, Parma juga kerap melahirkan pemain-pemain yang bisa diandalkan Timnas Italia.

Tapi itu dulu. Parma yang sekarang sudah berbeda. Sekarang, Parma diketahui terlilit utang sebesar 197 juta Euro, atau sekitar Rp 2,9 Triliun. Bahkan, klub yang pernah berjaya di era 1990-an itu hanya memiliki uang kas sebesar 40 Ribu Euro, atau sekitar Rp 587 Juta. mereka juga menunggak gaji pemain dan staf selama tujuh bulan.

Salah satu penyebab kebangkrutan Parma adalah kurang baiknya manajemen dan pengurus dalam mengelola klub. Sehingga yang terjadi adalah pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Hal ini sungguh ironis, mengingat Parma adalah klub yang pernah besar dan berprestasi di tahun 1990-an. Sekarang malah di ambang kehancuran.

Jika manajemen dan pengurus bisa mengelola klub dengan baik dan profesional, maka mewujudkan klub berprestasi bukan hanya mimpi. Meski ada faktor lain misalnya suporter dan pemerintahan yang mendukung.

Lalu, bagaimana dengan Persebaya, klub kebanggaan warga Surabaya?

Persebaya yang sempat “tidur panjang” dari kompetisi PSSI, kini mulai bangun dari tidurnya. Permasalahan dualisme “sudah” selesai. Perjuangan Bonek sebagai suporter Persebaya membuahkan hasil dengan disahkannya paten nama dan logo Persebaya untuk PT Persebaya Indonesia.

Tetapi perjuangan belum selesai. Menurut poling yang diadakan Forum Bonek Bersatu (FBB), bonek menginginkan perubahan di tubuh manajemen dan pengurus Persebaya. FBB ingin Saleh Mukadar dan Cholid Goromah mengundurkan diri karena dianggap gagal membuat Persebaya berprestasi.

Ini adalah reaksi kekecewaan suporter terhadap manajemen dan pengurus klub. Mereka seharusnya mendengarkan suara suporter. Bagaimana pun, tim sepak bola tanpa suporter ibarat sayur tanpa garam, terasa tidak lengkap. Persebaya bisa belajar dari carut marutnya manajemen dan pengurus PSSI yang berdampak kurang berprestasinya Timnas Indonesia dikancah Internasional

Bung Karno pernah berkata: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”. Dulu, musuh Bonek adalah Persebaya palsu. Tapi sekarang, musuh Bonek adalah “melawan” Persebaya yaitu manajemen dan pengurus yang tidak mau mendengarkan suara suporter yang lepas tangan terhadap dosa masa lalu yang bernama tunggakan gaji pemain.

Jika elemen-elemen yang terkait dengan Persebaya tidak menyelesaikan permasalahan internal, tidak tertutup kemungkinan nasib Persebaya yang “bangun tidur” akan seperti Parma. Jika pun Persebaya tidak bangkrut, tim kebanggaan Bonek bisa tidak berprestasi karena terjadi gesekan antar elemen-elemen di sekitar Persebaya.

The post Antara Parma, Persebaya, dan Manajemen Klub Yang Amburadul appeared first on Emosi Jiwaku.

]]>
https://emosijiwaku.com/2015/10/21/antara-parma-persebaya-dan-manajemen-klub-yang-amburadul/feed/ 0 422