Di suatu malam, sepulang saya mengapeli pacar saya di kawasan Margorejo, kebetulan saya bertemu dengan Ranu Tri Sasongko, mantan pemain Persebaya tahun 2005, yang pada saat itu bermain untuk PSIR Rembang.
Rumah Ranu yang berseberangan persis dengan rumah pacar saya membuat saya singgah sebentar untuk berbincang-bincang dengan pemain jebolan Sakti ini. Berikut tanya jawab saya dengan Ranu Tri Sasongko:
Apa yang menginspirasi Anda untuk menjadi pemain sepak bola?
Awalnya saya hanya hobi saja bermain sepak bola sejak kecil. Lambat laun saya berpikir kenapa saya tidak mengubah hobi ini menjadi profesi. Dan pada akhirnya saya bisa bantu-bantu keluarga saya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemain idola Anda?
Syamsul Arfin! (eks striker Persebaya dan Niac Mitra)
Menimba ilmu di kompetisi internal Persebaya dan berhasil masuk tim utama Persebaya, bagaimana perasaan Anda?
Pada awalnya saya kaget dan tidak percaya. Saya orang Surabaya asli dan bisa bermain untuk Persebaya adalah suatu kebanggaan tersendiri. Sebagai pemain yang bermain di kompetisi internal Persebaya, bermain untuk Persebaya adalah main goal semua pemain junior di internal. Apalagi saat itu saya masuk Persebaya saat besar-besarnya, di musim di mana musim sebelumnya Persebaya menjadi juara Liga Indonesia. Saya sangat bangga.
Ada momen bersejarah dan paling dikenang selama menjadi pesepakbola?
Saya ingat, waktu itu Persebaya akan berhadapan Persipura. Penyerang utama Persebaya saat itu, Fabio Marcos, sedang cedera. Saya diproyeksikan oleh coach Jacksen menjadi starter untuk pertandingan tersebut. Bahkan sehari sebelum pertandingan, coach Jacksen yang berulang tahun memberikan potongan kue tar pertama dengan harapan keesokan harinya bisa mencetak gol.
Namun, dalam pertandingan tersebut saya gagal memaksimalkan kesempatan yang diberikan. Saya melewatkan kesempatan emas dengan terlambat melakukan tap-in ke gawang kosong hasil crossing Rahel Tuassalamony. Bonek sangat marah saat saya melewatkan peluang emas tersebut. Tak lama berselang, saya diganti oleh coach Jacksen di pertengahan babak pertama.
Selain bersama Persebaya? Bermain untuk Timnas! Saat itu saya bermain untuk PSIM Jogjakarta. Tahun 2007 mendapat panggilan untuk membela Timnas U-23 yang berlaga di kualifikasi Pra-Olimpiade Beijing. Bangga rasanya mengenakan seragam Garuda di dada. Saya juga sempat mengikuti pelatnas Timnas U-23 untuk Sea Games 2007. Namun sayang di hari-hari terakhir sebelum berangkat ke Thailand, saya cedera. Dan diganti Airlangga Sucipto.
Anda membela Persebaya saat banyak pemain besar di sana. Apakah pemain-pemain senior Persebaya banyak membantu pemain-pemain junior seperti Anda saat itu?
Tentu. Saat itu saya masuk Persebaya saat banyak pemain bintang di sana. Seperti Bejo Sugiantoro, Anang Ma’ruf, Uston Nawawi, Mat Halil dan Mursyid Efendi. Nama terakhir adalah pemain yang paling peduli dan terbuka terhadap para pemain junior. Sering memberikan nasihat, masukan, kritikan. Tak heran saat ini dia bisa menjadi pelatih yang bagus dan sanggup mengorbitkan Evan Dimas.
Cak Kimung juga bercerita banyak ke saya mengenai gol bunuh dirinya ke gawang Thailand di ajang Piala Tiger 1998.
Selepas tidak bermain untuk Persebaya, berman di mana sajakah Anda?
PSIM Jogjakarta, Persis Solo,Persema Malang, Arema Malang, PSBI Blitar, PS Bengkulu, PSIR Rembang.
Sepak bola Indonesia masih sulit berprestasi. Bahkan untuk tingkatan ASEAN. Apa yang kurang menurut Anda?
Sistem pengembangan pemain muda masih banyak kurangnya. Kualitas lapangan sepak bola buruk. Porsi latihan ngawur. Saat muda sering digembleng fisik, bagusnya lebih banyak ke taktik. Program spesialisasi pemain kurang.
Saat memasuki karir profesional, penyerang sering kalah bersaing karena sering berduel dengan bek asing. Dan akhirnya sering dipasang untuk bermain melebar. Karena itu, Timnas kita jarang memiliki ujung tombak berkualitas.
Terakhir, mengenai pengaturan skor pertandingan sepak bola di Indonesia, memang benar ada?
Hmmmm (hanya tersenyum kecil sembari memberi tatapan penuh arti).
***
Karena malam yang telah larut, saya pun berpamitan untuk pulang. Tak lupa saya meminta jersey matchworn dia sebelum pulang. Karena jersey Persebaya miliknya sudah habis diberi ke teman-temanya, saya diberi jersey away PSIR Rembang. Jersey itulah yang dia kenakan saat berhadapan dengan Persebaya di ajang Indonesia Premier League 2012 di Lapangan Bumimoro. Tak lupa juga saya meminta tanda tangan di jersey bernomer punggung 39 itu.
Saat ini Ranu telah berkeluarga dengan mempersunting gadis pujaannya asal Lampung, Eka, dan telah memiliki seorang putra bernama Raeputty Ageng Sasongko yang kelak diharapkan mampu menjadi pesepak bola dan meneruskan mimpi-mimpi sang Ayah yang belum tercapai. Sukses terus, Cak Ranu!