EJ – Tewasnya Muhammad Fahreza, suporter Persija di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) menambah daftar panjang kematian suporter sepak bola di Indonesia. Menurut kabar yang beredar, Fahreza tewas karena dianiaya petugas keamanan.
Remaja berusia 16 tahun itu tewas akibat dipukuli saat memasuki stadion untuk menyaksikan laga Persija melawan Persela di ajang TSC, Jumat 13 Mei 2016.
Kekerasan-kekerasan yang mengakibatkan nyawa suporter sering menghiasi berita-berita sepak bola kita. Dan sepertinya kita tak pernah belajar untuk mengatasi masalah tersebut.
Lihatlah bagaimana pihak berwenang di kota Liverpool, Inggris, menggelar pengadilan untuk mengusut pihak-pihak yang menyebabkan 96 suporter Liverpool tewas dan 766 terluka dalam tragedi Hillsborough. Meski, peristiwa itu terjadi 27 tahun lalu, tepatnya 15 April 1989, pengadilan tetap digelar. Di pengadilan terbukti jika pihak kepolisian South Yorkshire (SYP) lalai sehingga menyebabkan peristiwa itu terjadi.
Bagaimana dengan di Indonesia? Apakah ada pengusutan atas tindak kekerasan yang dilakukan petugas keamanan kepada suporter?
Publik Surabaya tentu ingat dengan Purwo Adi Utomo, Bonek yang tewas di Stadion Gelora 10 Nopember. Dia tewas saat menyaksikan pertandingan Persebaya melawan Persija pada kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI), Minggu 3 Juni 2012. Saat itu, pertandingan berakhir dengan kericuhan.
Menurut Tempo.co, penyebab kericuhan sangat sepele. Saat pertandingan berakhir, beberapa Bonek hendak mencopot spanduk. Namun, mereka dihalang-halangi polisi sehingga terjadi aksi saling dorong.
Polisi dengan membabi buta melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan suporter. Suasana berubah menjadi kepanikan. Bonek pun berebutan keluar dari stadion untuk menghindari gas air mata yang membuat mata pedih. Dalam kondisi demikian, Purwo Adi Utomo, terjatuh dari tribun ekonomi dan terinjak-injak rekan-rekannya yang panik hingga tewas.
Apakah ada pengadilan untuk menyelidiki siapa yang bersalah atas peristiwa tersebut?
Suporter yang datang ke stadion tentunya ingin rasa aman saat menyaksikan tim pujaannya bertanding. Mereka tak ingin kekerasan menimpa apalagi sampai harus kehilangan nyawa.
Kematian suporter akibat kekerasan yang dilakukan petugas sungguh disayangkan. Karena sejatinya, petugas keamanan didatangkan untuk mengamankan pertandingan dan suporter dari tindak kekerasan.
Kita berharap kekerasan kepada suporter dihentikan. Suporter punya hak menikmati pertandingan dengan baik. Kalau pun suporter berulah, petugas keamanan hendaknya bisa menertibkan dengan baik. Suporter bukan musuh yang harus dilenyapkan.
Stop kekerasan pada suporter bola. Rest in Peace Muhammad Fahreza. Turut berduka cita untuk Persija dan Jakmania. Musuh kita masih sama, kekerasan! (iwe)