Di Balik Layar Mahakarya Bonek Campus History of Persebaya

Pameran foto-foto sejarah Persebaya di dinding Coffe Toffee.
Iklan

EJ – Mahakarya Bonek Campus History of Persebaya yang digelar Minggu 22 Mei 2016 di JX International memang sudah berakhir. Ratusan Bonek antusias menghadiri gelaran itu. Di balik kesuksesan acara itu, ada kisah-kisah yang ingin saya bagikan.

Acara yang berisi pameran dan talkshow itu sebelumnya sempat tertunda dua kali. Jika ini harus ditunda untuk yang ketiga kalinya, mungkin lebih baik tidak usah digelar saja. Itu yang sempat saya bayangkan, jika niatan, usaha, dan kemauan tidak sebesar pelaksanaan pameran tentang sejarah Persebaya itu.

Rencana awal pameran sebenarnya sudah ada sejak bulan November 2015. Lalu diundur karena belum siapnya Bonek Campus. Kami pun memutuskan melaksanakannya di bulan Februari 2016. Sekali lagi kami harus menundanya karena yang lebih mumpuni untuk dilaksanakan saat itu adalah acara bagi-bagi bunga “Cinta dan Kebanggaan untuk Persebaya” di sekitaran area Car Free Day, Taman Bungkul.

Kami sempat sharing dengan beberapa “tokoh” yang menurut kami bisa membuat semangat dan kemauan kami semakin bertambah untuk melaksanakan pameran.

Iklan

Kami butuh kurang lebih tiga bulan untuk persiapan pameran. Mulai dari menemui narasumber untuk video wawancara dan talkshow, mencari bahan-bahan klipingan berita Persebaya, melobi beberapa mantan pemain Persebaya untuk meminjam barang koleksinya, bekerja sama dengan beberapa pihak untuk meminjam jersey Persebaya, dan lain-lain.

Dan jatuhlah kesepakatan kami untuk melaksanakannya pada 21-22 Mei 2016. Dengan mengangkat tema Mahakarya Bonek Campus “HISTORY OF PERSEBAYA”, acara menampilkan perjalanan dan sejarah Persebaya dari era 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan 2000-an.

Selama tiga bulan, kami membagi tugas untuk masing-masing divisi. Sama seperti event-event lainnya, kami menghadapi beberapa cobaan yang semakin membuat kami bersemangat untuk melaksanakan Mahakarya Bonek Campus. Selain karena Bonek Campus sendiri mempunyai kemauan memberikan karya terbaik untuk Persebaya dengan cara kami sebagai mahasiswa. Kami saling belajar memahami, mengetahui sejarah Persebaya dari era yang mungkin kami sendiri belum lahir. Bonek Campus selalu mendapat support dari teman-teman Bonek ataupun suporter lain untuk yakin bahwa mahakarya ini akan berjalan lancar dan sukses.

Saya sendiri mendapat tugas untuk mencari bahan dan menemui beberapa narasumber era 1980-an. Senang rasanya saya bisa bertemu, mengobrol panjang lebar, dan melihat wajah sumringah ketika saya bertanya dan mengulas Persebaya di era 1980-an. Saya bertemu Muharrom Rusdiana, Maura Hally, Mustaqim, dan Yongki Kastanya. Setelah bertemu dengan beberapa mantan pemain Persebaya tersebut, saya merasakan aura yang berbeda. Bertanya bagaimana Persebaya dulu, seperti apa kedekatan Wali Kota bahkan Gubernur dengan Persebaya, dan lain-lain.

BACA:  Kemesraan Bonek-Persela Fans, Bukti Perdamaian Tak Sebatas Mimpi

Kenapa Mahakarya Ini Harus Terwujud

Awal mula kenapa Bonek Campus melaksanakan mahakarya ini, disamping masukan dari mas Arif Chusnuddin yang juga penggagas Bonek Campus, juga keinginan bulat kami setelah beberapa dari teman-teman Bonek Campus datang ke Stadion Gelora Bung Tomo untuk menyaksikan laga ekshebisi Persebaya Old Star dengan PKT Bontang Old Star.

Saat memasuki area stadion, kami melihat sekumpulan anak kecil lengkap dengan atribut Persebaya berjalan balik untuk pulang. Ketika ditanya kenapa balik, anak-anak kecil itu menjawab: “Sing main wong-wong tuwek, mas, mbak”.

Saat itu juga kami hanya diam sampai akhirnya memutuskan untuk melaksanakan mahakarya ini. Kami tidak merasa lebih paham atau lebih pintar dari lainnya, tetapi kami ingin menunjukkan kepada yang lainnya bahwa Persebaya bukan hanya klub yang dihuni Bejo Sugiyantoro, Zheng cheng, Andik Vermansyah, Taufiq, atau pemain-pemain muda lainnya. Sebelum adanya beberapa pemain yang saya sebutkan, Persebaya telah melahirkan dan mempunyai pemain-pemain yang tidak kalah hebat dan ciamiknya saat bermain dengan si kulit bundar. Pemain-pemain yang disebut tua dan mungkin tak setampan pemain yang muda seperti Taufiq atau Andik juga bagian dari sejarah Persebaya. Mereka bahkan tidak kalah loyal dan cintanya kepada Persebaya.

Segmentasi Mahakarya Bonek Campus sendiri adalah untuk masyarakat umum. Kami berharap setelah mendatangi dan tahu bagaimana sejarah Persebaya, masyarakat tidak antipati dan membenci Persebaya hanya karena melihat beberapa oknum suporter yang dulu mungkin sempat membuat gaduh dan tidak bersikap baik, termasuk melihat kami sebagai Bonek yang dinilai menyukai kekerasan dan ngawur.

Antusias Pengisi Acara

Salah satu narasumber yang mungkin tidak disangka-sangka akan datang adalah Mat Drai, fisioterapis Persebaya. Pak Mat, sama seperti narasumber lainnya, dia sangat welcome dengan tujuan dan kehadiran saya dan Bayu selaku Ketua Pelaksana saat datang ke kediamannya. Dia menunjukkan beberapa koleksi polo shirt-nya berlogo Persebaya, album foto berisikan foto-foto saat menjadi pemain ataupun fisioterapis di Persebaya dan beberapa medali yang menghiasi dinding rumahnya.

BACA:  Sejarah Penggantian Pelatih-Pelatih Persebaya

Seperti tujuan acara, kami sengaja menghadirkan narasumber mantan pelatih Persebaya Freddy Muli, mantan pemain Persebaya era 80-an, Yongki Kastanya, mantan pemain era 70-an yang pernah menjabat sebagai Asisten Manajer Teknik Persebaya, Soebodro, dan Fisioterapis Persebaya, Mat Drai. Sebenarnya, kami ingin mengundang wartawan untuk menjadi narasumber yang mampu memberikan sudut pandangnya tentang Persebaya sebagai seorang jurnalis. Sayangnya, waktu yang mepet membuat kami tidak sempat menghubungi semua wartawan.

Ahmad Arif Chusnuddin , Sirajudin Hasbi, dan Fajar Junaidi di acara bedah buku Sepak Bola 2.0.
Ahmad Arif Chusnuddin , Sirajudin Hasbi, dan Fajar Junaidi di acara bedah buku Sepak Bola 2.0.
bonek-campus2
Yongky Kastanya saat talkshow.
Bonek memadati venue talkshow.
Bonek memadati venue talkshow.
Freddy Muli dan Soebodro berpose bersama Bonek.
Freddy Muli dan Soebodro berpose bersama Bonek.
Pameran kliping koran sejarah Persebaya.
Pameran kliping koran sejarah Persebaya.

Kami juga mengundang beberapa tamu di luar Bonek seperti Pasoepati Campus. Sayang, undangan kami bersamaan dengan away-nya mereka saat mendukung Persis Solo di Karawang. Kami mengundang Bawah Skor yang sayangnya tidak bisa hadir. Kami pun mengundang Fajar Junaidi, yang pernah menulis buku Bonek dan editor website Fandom.id. Untungnya, undangan kami direspon positif. Fajar Junaidi dan Sirajudin Hasbi, editor Fandom.id, menyarankan kami untuk membedah buku Sepak bola 2.0 dalam acara. Bedah buku itu juga menghadirkan Ahmad Arif Chusnuddin yang juga ikut menulis dalam buku tersebut.

Kesuksesan acara tidak lepas dari support teman-teman Bonek lainnya yang selalu mengingatkan kami untuk terus dan tetap berkarya demi nama Persebaya. Kami juga didukung oleh beberapa merchandise lokal seperti SIVB Clothes, RF Custom Cloth, Toko Badjoe Doea Toejoeh, Heroic Cloth, Bonek Boys, Api Kecil, dan Monik Photowood. Kami bekerja sama dengan media partner seperti Emosijiwaku.com, Radio Arek Bonek 1927, Event Surabaya, Pemerhati Sejarah Persebaya. Tak lupa, kami bekerja sama dengan Surabaya Jersey Community untuk menampilkan koleksi jersey Persebaya dari masa ke masa. Acara ini juga diisi Lettering Art KRNGAP, musik akustik, dan Coffe Toffe, JX International yang berkenan menyediakan tempat untuk pelaksanaan mahakarya ini.

Ratusan Bonek mengikuti musik akustik setelah acara talkshow.
Ratusan Bonek mengikuti musik akustik setelah acara talkshow.

Kami berharap Bonek Campus dengan banyaknya ide dan pemikiran yang beragam semakin memberikan warna yang nantinya akan menghasilkan karya untuk Persebaya. Sepanjang tidak merugikan Persebaya, kami berusaha memberikan suatu gebrakan baru dengan background kami sebagai mahasiswa yang mampu mengedukasi diri sendiri, Bonek lainnya, dan masyarakat umum. Tujuannya agar siapa saja mau mencintai dan menjaga sejarah Persebaya karena klub ini merupakan bagian sejarah Surabaya. Sudah sewajarnya semua peduli dan mencintai Persebaya, bukan hanya kami sebagai Bonek, tetapi seluruh masyarakat Surabaya. (nin)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display