Sampai kapan pun, Persebaya tidak akan bangkit jika federasi dan manajemen (masih) bobrok. Sumpah demi apapun itu! Monas dipindahkan ke Yunani, kulit Barack Obama menjadi putih, bahkan Andik Vermansyah menjadi seorang kakek sekalipun tidak akan merubah nasib kebanggaan Kota Surabaya ini.
Menjelang usia ke-89 tahun, kita sebagai Arek Bonek sudah menjadi tamu kehormatan di Pengadilan Negeri Surabaya guna menuntut hak klub yang berjuluk Bajol Ijo. Mengapa tidak menuntut ke Wali Kota saja? Katanya kebanggaan Kota Surabaya?
Agar kedua bola mata dan hati nurani ibu Wali Kota Surabaya terbuka, Arek Bonek memasang spanduk di area sekitar Pengadilan Negeri Surabaya. Persebaya selayaknya dan sepantasnya dibela mati-matian seperti ini (bahkan bisa lebih dari ini), bentuk perlawanan kami terhadap tikus-tikus federasi dan manajemen.
Sampai disitu saja? Belum. Dilansir di akun twitter milik Cak Andie Peci, @AndiePeci, tanggal 30 Juni 2016, Sidang Persebaya di Pengadilan Negeri Surabaya memutuskan agenda “kesimpulan”. Sebelum “kesimpulan” diumumkan ke publik, rencana demo besar-besaran akan dilancarkan Arek Bonek dalam aksi “Bela Persebaya”.
Sebelum ulang tahun Persebaya tanggal 18 Juni nanti, Andie Peci menginginkan Arek Bonek diseluruh jagad raya untuk memasang spanduk dan bendera di jalan raya atau di daerah tempat tinggal. Ingat! Perjuangan ini tidak akan sia-sia.
Beginilah nasib Persebaya diumur 89 tahun. Seperti sesepuh, tua, tak berdaya dan berharap ada yang mau membantu. Kami merindukan Persebaya bisa bermain lagi, bersih dari “tangan-tangan jahat” dan berjaya lagi di masa depan. Walau harus melaluinya dari titik nol.
Jika di tahun 2016 saja sudah seperti begini, bagaimana di tahun 2027? Tepat satu abad Persebaya menghiasi wajah sepakbola nasional. Apakah tahun 2027 nanti, Persebaya tetap stagnan atau jadi lebih baik? Jawabannya, tunggu si penulis surat ini menikah. (*)
*) Kevin Rosadi (kevin*****@yahoo.com)