Jika ditodong pertanyaan: Apa yang bisa kamu ceritakan tentang Persebaya Surabaya? Mungkin ini yang bisa saya ceritakan.
***
Hampir selama enam bulan, setiap Senin, saya selalu menyambangi Library Student Center di seputaran Malioboro, Jogjakarta. Di sana berderet tumpukan koran-koran lawas yang sudah dibendel setiap tahun. Ketika itu, saya sedang mencari berita-berita tentang PSIM yang terdegradasi pada musim pertama Liga Indonesia 1994/1995.
Sebuah headline Koran Kedaulatan Rakyat kala itu membuat ekspresi saya tiba-tiba menjadi bersemangat. Pasalnya foto yang ada di artikel tesebut sangat menarik. Riuhnya pertandingan PSIM menjamu Persebaya. Suporter Persebaya memenuhi tribun tertutup seperti yang saya lihat dalam koran itu.
Menariknya lagi, foto tersebut menggambarkan suar yang dinyalakan. Merah menyala dan berasap. Sayang sekali, pertemuan dengan PSIM kala itu menyisakan duka. Suporter Persebaya, Bonek bernama Suhermansyah meninggal dunia akibat terjatuh karena berdesak-desakan di tribun tertutup Mandala Krida.
***
Temuan remah-remah tentang Bonek sangat banyak saya jumpai kala mencari berita tentang PSIM. Banyak hal diberitakan oleh koran Kedaulatan Rakyat seperti kepulangan Bonek sewaktu 1995 yang dilakukan secara estafet dengan menggunakan beberapa kereta.
Namun ada satu yang menarik yaitu wartawan memotret aktivitas Bonek ketika melewati stasiun Lempuyangan atau Tugu. Suatu kali, sekitar 300 Bonek melewati jalur selatan dengan kereta api pada 23 Juli 1997. Mereka akan melawat ke Jakarta untuk mendukung Persebaya. Dikabarkan bahwa sebelum memasuki Jogjakarta, Bonek sudah berulah di stasiun Sragen. Memasuki wilayah Jogjakarta mereka lebih arif dalam bersikap.
Bonek memberikan ucapan selamat kepada PSIM yang baru saja memastikan promosi ke Divisi Utama. “Arek-arek Yogja sesuk ketemu maneh ndek Divisi Utama” kutip dari Kedaulatan Rakyat. Memang, pasca bertemu dengan Persebaya di Liga Indonesia 94/95, Persebaya dan PSIM tidak pernah berjumpa. Ucapan selamat ini disambut dengan keramahan petugas keamanan yang sedang bertugas menjaga lewatnya suporter Persebaya.
Beberapa tahun setelahnya Persebaya diundang mengikuti turnamen regular PSIM yaitu HB IX Cup. Pertemuan juga sering terjadi ketika Persebaya harus turun ke Divisi I. PSIM yang mengalami kemerosotan usai kembali degradasi pada 99/00 harus terengah-engah bertahan di Divisi I.
***
Kini Persebaya tengah berjuang mengembalikan khitahnya. Bonek tiada hentinya terus mencoba segala hal untuk itu. Belum lama ini Persebaya merayakan HUT ke-89. Sementara itu, PSIM juga tengah menuju HUT yang ke-88. PSIM yang beberapa musim ini mengoptimalkan potensi pemain muda yang ada terus bertahan diketatnya kompetisi sepakbola.
Bicara tentang pemain muda, Muhammad Taufik yang waktu itu baru saja lulus SMA diboyong ke Mandala Krida. Pemain yang ditempa melalui kompetisi internal anggota Persebaya, Fatahillah ini menjadi motor PSIM.
Kelak, akan ada lagi peristiwa semacam ini atau sebaliknya. Tidak memungkiri juga pemain yang lahir dari kompetisi sepakbola Jogja membela Persebaya. Siapa tahu? (*)
*) Dimaz Maulana, penggiat sepakbola