Seminggu setelah ulang tahun ke-89, bagaimana nasib Persebaya kedepan masih menarik untuk dicermati. Kamis, 30 Juni 2016 besok, Pengadilan Negeri (PN) Surabaya dijadwalkan akan membacakan putusan sidang permasalahan Persebaya. Bonek sendiri sudah mempersiapkan secara penuh untuk mengawal jalannya sidang. Bahkan infonya, aksi bonek akan dilakukan mulai tiga hari berturut-turut jelang putusan tersebut.
Mari berandai-andai positif. Putusan sidang adalah menolak gugatan PT Mitra Muda Inti Berlian (PT MMIB) dan menguatkan putusan hukum tentang nama dan logo Persebaya dimiliki oleh PT Persebaya Indonesia (PT PI). Jika itu yang terjadi, bagaimana nasib Persebaya di mata federasi (PSSI)?
Beberapa waktu lalu, ada utusan FIFA dan AFC yang menemui pengurus PSSI. Pertemuaan tersebut menghasilkan keputusan akan adanya KLB dua kali pada bulan Agustus dan Oktober. Pada KLB Agustus, akan diputuskan mengenai tata cara dan pembahasan tentang komite pemilihan. Sedangkan KLB Oktober akan dilakukan pemilihan ketua umum PSSI dan Exco-nya. Bagaimana posisi Persebaya mendatang?
Bulan lalu ada pertemuan yang mengatasnamakan tujuh klub yang dimatikan PSSI di Surabaya. Persebaya salah satunya. Dari pertemuan itu, mereka mengeluarkan surat yang ditujukan kepada Presiden Jokowi. Belum diketahui secara pasti sampai saat ini bagaimana kelanjutannya. Sudah ada balasan surat atau langkah yang akan diambil, semua belum jelas.
Menghadapi KLB Agustus mendatang, sudah seharusnya pihak Persebaya berupaya keras tentunya beserta klub lain yang tidak diakui PSSI untuk berkomunikasi dengan federasi. Mereka harus meminta haknya sebagai peserta atau voter. Ini penting dilakukan bagimanapun caranya. Dengan menjadi peserta resmi secara langsung akan menjadi simbol pengakuan bahwa Persebaya tidak pernah keluar dan dikeluarkan oleh PSSI. Penting diketahui bahwa sampai saat ini tidak pernah ada surat keluar atau dikeluarkannya Persebaya sebagai anggota.
Slot Persebaya saat ini diisi klub bernama Bhayangkara Surabaya United (BSU). Rebutlah kembali hak Persebaya. Manajemen harus sekuat tenaga dan pikiran untuk mengembalikan haknya sendiri. Jika itu dilakukan (berjuang) secara aktif dan nyata, tidak ada kata tidak bagi bonek. Mereka pasti akan selalu di belakang perjuangan itu.
Selama berjuang ke Jakarta atau federasi, manajemen harus tetap aktif menyelesaikan pekerjaan rumah sebagai sebuah klub. Jangan selalu beralibi jika belum ada kompetisi atau belum diakui federasi. Itu basi. Bentuklah manajemen tim yang solid. Bentuk tim dan ikat pemain seadanya dulu (jika mau bilang eksistensi). Tim itu nanti yang bisa dikatakan sebagai pemain resmi Persebaya.
Bagaimana dengan dana untuk mengontrak pemain? Surabaya tidak kekurangan orang pandai yang bisa mengusahakan dan memikirkan hal tersebut. Nilai-nilai gotong royong di Surabaya masih sangat kuat. Tinggal kemauan, keuletan, dan transparansi manajemen tim yang sehat pasti akan menemukan jalan keluar. Banyak cara untuk mengikat para pemain. Yang pasti, semua wajib berkomitmen dan mematuhi komitmen yang ada.
Atau kalau mau, Persebaya bisa mencontoh Persibo, Persema, dan Arema Indonesia sudah mengikat pemain. Paling tidak, mereka secara tim mempunyai pemain sebagai hal mendasar sebuah tim sepakbola. Tidak dilupakan pula adalah manajemen harus berkomitmen tetap menyelesaikan masalah hutang gaji pemain dan official yang selama ini masih tertunggak. Buatlah target kerja dan evaluasi tiap tiga atau enam bulan. Saatnya bekerja bukan hanya memberi janji dan harapan kosong.
Lebaran akan datang pada bulan Juli. Menuju Agustus tidak sampai satu bulan. Apa yang akan dilakukan manajemen terhadap federasi? Tentu manajemen tidak hanya pasif menunggu pengakuan. Perjuangkan sendiri. Tanpa mengecilkan klub lain yang juga dimatikan. Persebaya harus terus berusaha dan berjuang sendiri. Semua data legalitas sudah di tangan.
Terakhir mengenai tuntutan #SIMCGOut tetap ada. Sudah terbukti gagal. Saatnya ada wajah baru sebagai nahkoda Persebaya. Koperasi Surya Abadi harus mengambil sikap sebagai pemegang saham terbesar. Lalu siapa yang menggantikan? Jika harus orang dalam, saya pribadi mengusulkan Kardi Suwito, Direktur Bisnis PT PI, untuk menjadi nahkoda baru Persebaya.
Revolusi Persebaya! Wani?