EJ – Menjabat erat tangan Maura Hally, salah satu legenda Persebaya membuat saya penasaran dengan kisahnya. Pemain yang memulai karir sepak bola sejak tahun 1980 telah melanglang buana di banyak klub, di antaranya seperti Jaka Utama, Yanita Utama, Suryanaga, dan Persebaya Surabaya.
Maura adalah sosok yang welcome dan humble dengan pembawaannya ketika bertemu dengan kami dari komunitas Bonek Campus (Boca) yang tengah mempersiapkan event Pameran Mahakarya Bonek Campus History of Persebaya. Pertemuan yang kami adakan sangat gayeng membicarakan Persebaya mulai pemain, manajemen, peranan Wali Kota Surabaya, bahkan ulah dan tingkah unik Bonek selama mendukung Persebaya. Maura juga dengan lugas membicarakan Bonek yang melakukan Tret tret tet pertama yang diprakarsai Dahlan Iskan, bos Jawa Pos, dalam mendukung Persebaya ke Senayan pada 1988.
Saya masih ingat kepeduliannya dengan usaha dan niatan kami yang ingin mengangkat sejarah Persebaya dalam bentuk karya yang tidak hanya dinikmati Bonek melainkan masyarakat umum. Maura menghubungi saya dan memberikan informasi bahwa saya harus ke Stadion Gelora 10 Nopember untuk bertemu dengan beberapa pemain era 1970, 1980, hingga 1990-an saat pertandingan eksebisi dalam rangka pernikahan anak Joko Malis. Tujuannya agar saya yang saat itu sedang menyiapkan pameran bisa mendapatkan info, berita, narasumber dari beberapa pemain tersebut. Rasanya tidak terpikirkan di benak saya jika pemain bintang yang ikut membawa Persebaya juara menyempatkan menghubungi dan mengingatkan saya agar pameran semakin berbobot dan bagus.
Walaupun tak lagi muda, Maura Hally adalah salah satu pemain yang masih bersemangat ketika menceritakan Persebaya di jamannya. Dia tetap mepunyai harapan besar agar Persebaya bangkit kembali, tidak ada dualisme, dan kembali menjadi tim yang besar dengan sejarah, prestasi, keloyalan suporternya.
Hari ini, Kamis, 30 Juni 2016, Maura Hally berulang tahun. Meski saat dia bermain saya belum lahir, saya bangga bisa bertemu, mengenal, dan berbagi kisah antara pemain dan suporter. Persebaya ternyata jauh lebih indah dan lebih besar dari yang saya pikirkan.
Tetap panjang umur dan sehat selalu, Om Maura. Semoga harapan kita akan selalu beriringan agar Persebaya kembali pada wujud asalnya, sebagai tim kebanggaan warga Surabaya dan Indonesia. (ndi)