Yang Terhormat PSSI
Yang Terhormat Menpora RI
Teringat dan terus membekas seorang Milan Kundera, sastrawan besar Ceko dalam novelnya The Book of Laughter and Forgetting atau dalam novel Indonesianya Kitab Lupa dan Gelak Tawa. Sederhana tapi membumi.
Tengok kata-katanya: The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting. Bahwa perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa.
Dalam teoritiknya, manusia melawan karena memang ada yang dilawan. Manusia melawan karena memang ada yang harus diperjuangkan. Entah perjuangan itu dilakukan individual atau kelompok.
Milan Kundera menempatkan dengan tegas bahwa kekuasaan yang ahistoris, kekuasaan yang lalai menoleh sejarah memang harus dilawan.
Yang Terhormat PSSI
Yang Terhormat Menpora RI
Tak sulit untuk menunjuk dan menegaskan bahwa anda sekarang berada dalam kekuasaan sepakbola nasional. Andalah yang sekarang punya kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur sepakbola nasional
Tak salah tentunya, sekarang ini Bonek menjadikan anda berdua lawan dalam perjuangan mengembalikan hak Persebaya. Tentu Bonek masih menghargai keberanian Bapak Menpora yang pernah membekukan PSSI. Bonek juga masih respect terhadap pernyataan-pernyataan Bapak yang masih bela Persebaya.
Mohon maaf Bapak Menpora, tapi upaya-upaya itu belum cukup untuk Bonek. Membiarkan keangkuhan Bhayangkara Surabaya United (BSU) yang menggantikan slot Persebaya dalam sepakbola nasional adalah kebodohan sistemik. Bagaimana tidak disebut kebodohan sistemik jika membiarkan konspirasi busuk yang melibatkan kepolisian untuk memaksa merger Persebaya dengan BSU.
Padahal Bapak punya kapasitas dan kewenangan untuk bertindak. Minimal melarang Bhayangkara Surabaya United ikut ISC A. Toh, ISC bisa terselenggara karena ada rekomendasi dari Bapak.
Membuka pintu Bhayangkara Surabaya United ikut ISC A sama halnya Bapak Menpora tidak mengakui keberadaan Persebaya.
Yang Terhormat PSSI
Kongres Luar Biasa PSSI akan segera diselenggarakan dalam tahun 2016 ini.
Bukankah sebaiknya telinga itu untuk mendengar. Bukankah sehendaknya mata itu dipakai untuk melihat. Buka lebar-lebar telinga dan matamu.
Anda pasti paham betul sedang berhadap-hadapan vis a vis dengan siapa. Anda sedang melawan petarung teruji, Anda sedang berkonfrontasi dengan pejuang sejati. Dungu sekali Anda jika terus-terusan berlawan dengan Bonek.
Menang belum tentu, kalah memalukan!
Tak ada yang harus diceritakan tentang Persebaya. Sejarahnya, prestasinya dan kontribusinya yang luar biasa untuk sepakbola nasional.
Sah bagi Persebaya yang melawan degradasi paksa tahun 2010. Sah bagi Persebaya untuk tetap tidak tunduk terhadap upaya merger tahun 2013 dan tahun 2016.
PSSI Yang Terhormat
Manajemen Persebaya memang tidak baik, kolot, dan memuakkan. Tapi Anda harus tahu. Itu beda dan lain soal. Karena tidak mengakui Persebaya sama saja Anda mengajak bertarung dengan Bonek. Anda memang punya segala hal. Uang, kekuasaan dan kekuatan lobi. Anda juga terlatih dan berpengalaman menjinakkan suporter lain. Dari awalnya yang kritis menjadi bungkam. Dari awalnya yang berani menjadi pendiam dan tunduk.
Bonek tidak seperti itu. Jika berpikirmu menyamakan Bonek dengan suporter lain, ingat anda sedang menggali liang kuburmu sendiri. Bonek telah ditempa dengan sangat keras, Bonek telah terbiasa menghadapi ancaman dan tekanan.
Wahai PSSI dan Menpora RI. Sampai bertemu pada tanggal 1 Agustus 2016 di Jakarta. Bonek siap bertarung dan membela Persebaya.
Akhir kata:
PERSEBAYA ATAOE MATI!
#JayalahPersebaya
#SalamSatuNyali