EJ – Beberapa anggota Bonek Pacitan termasuk saya sangat antusias mengikuti Gruduk Jakarta untuk membela Persebaya. Meski kami berada di ujung selatan Pulau Jawa, kurang lebih 300 km dari Surabaya, kami dengan sepenuh hati berangkat ke Jakarta. Tujuannya agar PSSI mengakui status Persebaya sebagai anggota sah dan klub pujaan kami kembali berlaga di kompetisi.
Perjalanan kami ke Jakarta lancar dan tidak menemui kendala. Kami langsung mengikuti aksi Bonek yang dipusatkan di Stadion Tugu, Jakarta Utara. Dua hari kami bertahan di stadion. Sejak hari pertama, kami kesulitan mencari kamar mandi untuk membersihkan badan. Penyebabnya, kamar mandi stadion sangat terbatas jumlahnya. Bayangkan ribuan Bonek harus antri saling bergantian.
Kami kemudian memutuskan untuk mencari kamar mandi di rumah warga sekitar stadion. Saat itu hari masih pagi. Ada sekitar 10 Bonek termasuk saya yang mencari tumpangan mandi. Dengan bau sedikit apek, kami berputar-putar menyusuri gang-gang.
Setelah berputar-putar cukup lama, keberuntungan kami pun muncul. Ada seorang ibu yang tinggalnya di sebuah gang kecil yang akhirnya memperbolehkan kami mandi di rumahnya. Gang kecil itu terletak di dekatnya Jl Pegangsaan Dua, Jakarta Utara. Dengan senang hati, kami pun segera mandi. Dua hari tidak mandi dan tiba-tiba ada air yang mengguyur tubuh kami. Priceless…
Kebaikan sang ibu tak berhenti sampai di situ. Beliau menyuguhi kami makanan dan minuman. Tentu saja kami senang. Rupanya keberuntungan kami bertambah. Tetangga beliau juga memberi kami jajanan.
Pada akhirnya, kami kemudian akrab dengan warga di gang kecil tersebut. Kami bercengkrama dengan warga dan ngobrol tentang Bonek dan Persebaya.
Sorenya, kami kembali untuk menumpang mandi. Beliau lagi-lagi memberi kami makan. Meski agak sungkan, kami melahap makanan pemberiannya.
Selesai makan, kami baru tahu jika beliau mempunyai dua orang putri yang sangat cantik. Secantik golnya Andik Vermansyah. Bisa ditebak kan setelah itu apa yang terjadi? Hehehe. Itu yang membuat kami betah bercengkrama di gang itu. Meski kami sudah selesai mandi, kami tetap bertahan. “Lek ngene carae, mending ndang nggawe KTP Jakarta,” celoteh seorang teman Bonek.
Sayangnya, waktu kami di gang itu harus segera diakhiri. Kami harus pamitan karena harus kembali pulang. Kami pun berpamitan kepada keluarga dan warga di gang kecil itu. Terlihat mata beliau redup saat kami berpamitan. Dan sayangnya lagi, kami lupa menanyakan siapa nama beliau dan kedua orang putrinya.
Terimakasih ibu untuk segala bantuannya. Maafkan kami sudah merepotkan ibu. Semoga ibu selalu dalam lindungan Allah SWT. Terimakasih untuk warga gang kecil atas segala bantuannya. Semoga kita dipertemukan lagi. Sekali lagi terimakasih ibu dan warga gang kecil. (*)
*) Diceritakan oleh Bojes, Bonek Pacitan.