Setelah catatan berjudul: Tiga Skenario Hidupkan Persebaya, ada yang bertanya mengapa harus bikin tim? Pembentukan tim hanya sebagai starting point perjuangan baru Persebaya. Kalau tidak, akan terus mbulet tanpa ujung.
Pembentukan tim juga sebagai bukti nyata apakah manajemen sekarang masih mampu menghidupkan Persebaya atau tidak? Bisa saja manajemen yang sekarang tidak membentuk tim. Tapi sikapnya harus jelas. Dijual atau dialihkan kepemilikan sahamnya atau dihibahkan ke pihak lain?
Kenapa harus dialihkan sahamnya atau dihibahkan? Sebab, secara hukum, manajemen sekarang menguasai merek Persebaya. Memang eksistensi sebuah klub tidak terkait dengan ada dan tidaknya tim yang siap ikut kompetisi atau turnamen.
Eksistensinya tergantung kepada keanggotaannya dalam federasi. Dalam hal ini keanggotaan dalam PSSI. Secara aturan, klub yang dua tahun tidak aktif berkompetisi terancam kehilangan haknya sebagai anggota.
Persebaya sudah tiga tahun tidak ikut kompetisi. Manajemen dan Bonek selama ini bilang tidak ikut kompetisi karena didzalimi PSSI. Karena itu, kawan-kawan Bonek tret tet tet ke Jakarta minta PSSI memasukkan lagi keanggotaan Persebaya. Berhasil? PSSI berjanji akan membahasnya dalam Konggres di Makassar, Oktober mendatang.
Akankah Kongres Oktober depan menerima lagi keanggotaan Persebaya? Tergantung para anggota dan langkah manajemen Persebaya. Kalau para anggota setuju, Persebaya bisa masuk lagi jadi anggota. Kalau tidak, ya nasib Green Force akan tetap seperti sekarang. Mati suri.
Tidakkah PSSI bisa membuat diskresi (pengecualian) soal keanggotaan Persebaya? Misalnya karena Persebaya adalah salah satu pendiri PSSI? Bisa saja. Namun diskresi dalam konteks kelembagaan tidak dikenal dalam federasi. Kecuali diputuskan seluruh anggota lewat Kongres.
Itu pun, klub yang diterima kembali menjadi anggota PSSI tidak otomatis dapat jatah kompetisi di kasta profesional tertinggi. Mengapa? Sebab, pasti akan mengganggu komposisi piramida kompetisi.
Timnya harus ada dulu
Sistem kompetisi telah diatur sedemikian rupa. Dan itu berlaku global. Tidak hanya di Indonesia. Karena itu, selain perjuangan politik seperti yang dilakukan Bonek, harus diikuti langkah teknis manajemen Persebaya. Berjuang menjadi anggota lagi dan siap berkompetisi. Karena itu, harus siap dana, stadion, tim, dan manajemen yang kompeten. Timnya harus ada dulu.
Tanpa persiapan teknis yang konkret, perjuangan politik kawan-kawan Bonek akan sia-sia. Seperti buih dalam lautan. Hilang tanpa bekas.
Saat ini adalah momentum Persebaya kembali menjadi anggota. Saat PSSI sedang dalam masa transisi. Saat PSSI dalam proses reformasi. Momentum saat ini yang harus diambil Persebaya. Dan pihak pertama yang bisa mengambil momentum adalah manajemen.
Saya dengar, beberapa waktu lalu, ada pemilik dana yang ingin membeli saham Persebaya. Tapi peluang itu diambil Surabaya United. Saya nggak tahu, kenapa pihak tersebut tidak bisa menembus manajemen Persebaya.
Yang pasti, dana dan keinginan mengelola Persebaya itu ada dari pihak ketiga. Sebetulnya, itulah momentum terbaik Persebaya untuk “hidup kembali”. Kembali mendapat legitimasi keanggotaan dan kesempatan berkompetisi.
Jika saat itu setiap pihak dapat duduk bersama (pemegang saham, manajemen Persebaya dan calon investor/Polri), maka harapan tersebut besar kemungkinan terwujud. Di sinilah sebetulnya keseriusan manajemen Persebaya menghidupkan lagi Persebaya diuji.
Ada yang bilang, momentum itu gagal diambil karena nilai take over-nya terlalu tinggi. Atau tuntutannya tidak realistis karena jauh lebih besar dari aset yang dimilikinya.
Investor, dalam dunia bisnis, akan tertarik kalau sebuah perusahaan punya aset dan prospektus. Punya masa depan yang menjanjikan. Jika prospeknya bagus, maka beban utang dan lain sebagainya bisa dibicarakan. Asal masih masuk dalam hitungan bisnis.
Nah, untuk mendapat gambaran masa depan bisnis, investor harus melakukan verifikasi banyak hal. Namanya due diligence. Apa saja yang akan dilihat dalam due diligence? Aset (termasuk utang) dan legalitas. Betulkah utangnya seperti yang disebutkan selama ini? Dan seterusnya.
Kalau utang harus ada bukti
Kalau ada pengakuan utang, harus juga dibuktikan dengan administrasi yang cukup. Bukti-bukti yang kuat. Tidak hanya atas dasar omongan. Pengalaman saya bergaul dengan orang bola, tradisi tertib administrasi di klub bola masih amat lemah. Entah dengan Persebaya.
By the way, sebagai Arek Suroboyo, saya yakin Manajemen Persebaya tidak punya niat menyandera Persebaya. Saya yakin beliau punya kehendak baik untuk menghidupkan lagi Persebaya. Demi Bonek, rakyat bola, dan Persebaya.
Saya yakin beliau tidak akan mau dicatat sejarah sebagai “pembunuh” Persebaya. Saya yakin beliau tidak akan mengingkari perjuangan Bonek selama ini.
Jadi, momentum Persebaya hidup lagi itu ada. Tinggal goodwill dari pemilik dan manajemen sekarang. Semoga!
*) Arif Afandi, Mantan Ketua Umum Persebaya. Tulisan diambil dari kultwit Arif Afandi di akun Twitternya, @ArifAfandi05.