Mursyid Effendi, mantan kapten Persebaya Yang Kini Jadi Nahkoda Mitra Surabaya

Mursyid Wffendi saat memimpin Tim PON Remaja Jatim. (Foto: kanalsatu.com)
Iklan

Namanya akan selalu diingat dalam perjalanan sepak bola Indonesia. Kini kesibukannya menangani sebuah klub di Surabaya.

***

Tatapannya serius ke lapangan. Dia tengah menyaksikan tim yang kini dipimpinnya, Mitra Surabaya, berlaga dalam ajang Liga Remaja Zona Jatim yang tengah bertanding melawan Persema 1953 di Stadion Jenggolo, Sidoarjo, pada Senin sore (22/8/2016).

‘Sekarang, waktu saya tercurah di Mitra Surabaya. Kebetulan, saya mendapat amanah memegang klub ini,” terang Mursyid Effendi, mantan kapten Persebaya.

Iklan

Lelaki 44 tahun tersebut memegang Mitra Surabaya menggantikan posisi Eko Prayogo, mantan gelandang Perkesa Mataram yang sudah tutup usia. Hanya, Mursyid mengaku tetap menjalankan program yang sudah dilakukan pendahulunya tersebut.

”Tak banyak berubah. Pak Eko meninggalkan warisan yang baik buat Mitra,” jelasnya.

Baginya, Mitra sudah seperti keluarga. Para pelatih, ungkapnya, merupakan saudara dalam kehidupannya.

”Kami semua hidup di lapangan. Tujuannya juga sama, membesarkan Mitra,” ungkap Mursyid.

Dengan semangat itu, Mursyid pun mempercayai para pelatih bisa mengangkat nama Mitra. Bahkan, dia selalu melalukan rotasi kepada pelatih untuk menangani tim-tim yang berbeda.

Hasilnya ternyata cukup moncer. Hampir dalam setiap kejuaraan, nama Mitra selalu menjadi juara dan disegani semua lawan.

Dengan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, Mursyid mampu menjadi nakhoda yang baik buat Mitra Surabaya. Dia pun tak mau berpolemik dengan hal-hal di luar sepal bola.

”Saya ingin para pemain Mitra Surabaya bisa menjadi pesepak bola bagus. Sehingga, mereka sering saya ikutkan dalam berbagai kompetisi di kelompok umur,” ujar lelaki yang saat aktif di sepak bola berposisi sebagai stopper tersebut.

Sosok Mursyid sendiri menjadi  fenomena dalam sepak bola Indonesia. Dia merupakan satu-satunya pemain yang terkena lapangan bermain seumur hidup berlaga di ajang internasional.

Gara-garanya dia melakukan gol bunuh diri saat membela Indonesia di ajang Piala AFF 1998. Saat itu, 31 Agustus 1998, Mursyid melakukan gol bunuh diri saat menghadapi Thailand. Tujuannya untuk terhindari dari Vietnam di babak semifinal.

Setelah sanksi itu, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di Persebaya. Sejak 1994, Mursyid sudah tercatat sebagai pesepak bola di klub berjuluk Green Force tersebut.

Segudang prestasinya sudah disumbangkannya buat tim pujaan Bonek itu. Antara lain juara Divisi Utama 1996/1997 dan Liga Indonesia musim 2004.

Karirnya nyaris hanya di Persebaya. Tapi, sebelum gantung sepatu pada 2007, dia menerima pinangan Persiku Kudus.

Usai pensiun sebagai pemain, Mursyid mulai mencurahkan konsentrasi sebagai pelatih. Tangan dinginnya mampu membawa Jawa Timur meraih emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja 2014. (pl)

*) Tulisan ini juga dimuat di pinggirlapangan.com.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display