Hidup Syamsul Arifin tak pernah terdengar miring. Meski, dia sempat berada di puncak karir.
***
Suara adzan Duhur terdengar keras dari rumah Syamsul Arifin di kawasan Tenggilis Timur, Surabaya. Syamsul Arifin, legenda sepak bola Indonesia yang juga pemilik rumah, langsung mengajak penulis pergi ke masjid pada Rabu (31/8/2016).
Dia masuk ke rumah untuk berganti pakaian. Tak lama berselang, Syamsul muncul dengan pakaian batik dengan memakai kopiah.
”Dekat kok jarak masjidnya. Ada di dekat perempatan,” jelas Syamsul.
Hanya butuh tak ada 10 menit untuk sampai ke masjid bernama Al Ikhlas tersebut. Syamsul langsung masuk dan menjalani sholat sunah.
”Usia sudah tua. Kita tak tahun kapan dipanggil menghadap (Allah),” ungkap Syamsul.
Dia akan berusaha bisa menjalani sholat lima waktu dengan awal. Apalagi, rumahnya dekat dengan masjid. Syamsul sendiri mengakui senang bisa tinggal di dekat masjid. Itu, ungkapnya, sudah menjadi cita-citanya.
”Rumah yang dulu gak sedekat sekarang,” tambah Syamsul.
Dia tak menolak saat ditawari rumahnya yang sekarang. Sehingga, sejak 2000, Syamsul tinggal di Tenggilis Timur. ”Rumah dulu juga sering banjir. Jadi, itu juga yang menjadi alasan saya pilih di sini,” terang dia.
Rumahnya yang dulu di Rungkut, ujar dia, merupakan hasil dari membela Niac Mitra. Karena bisa membawa juara dua kali, para pemain mendapat rumah dari A. Wenas.
”Tetap bayar hanya bayarnya gak ada paksaan. Dulu banyak yang tinggal di sana, sekarang tinggal Hendrik (Montolalu, eks kiper Niac Mitra),” lanjut Syamsul.
Dengan semakin dekat masjid dan mendalami agama, mengakui hidupnya semakin tenang. (Tamat)