Persiapan matang hingga ke luar negeri membuat sepak bola diharapkan bisa mengulangi kejadian SEA Games 1987. Tapi, ternyata, semua nyaris berantakan.
***
Di ruangan tamu Ferril Hattu tak ada fotonya bersama Tim SEA Games 1991. Yang ada hanya fotonya bersama Petrokimia Putra Gresik.
Padahal, dari ajang dua tahunan tersebut, nama Ferril layak masuk dalam legenda sepak bola Indonesia. Alasannya, dialah kapten dalam ajang pesta olahraga dua tahunan bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut.
Kok bisa? Ini karena lelaki kelahiran 9 Agustus 1962 tersebut adalah kaptennya. Tapi, bukan hal yang mudah baginya menjadi nakhoda bagi rekan-rekannya.
”Kami nyaris gak berangkat ke Manila (host SEA Games 1991). Pemain kecewa dengan uang yang diterima,” ungkap Ferril.
Sebelumnya, Ketua PSSI saat itu Kardono menjanjikan uang Rp 3 juta kalau juara. Tentu, uang tersebut, ungkap Ferril, jauh dengan dua tahun sebelumnya saat SEA Games dilaksanakan di Singapura.
”Di Singapura, setiap menang, kami dapat Rp 1,5 juta. Jadi, jauh sekali kalau bicara uang yang diperoleh,” lanjut pemilik klub internal Askot PSSI Surabaya, HBS, tersebut
Menurutnya, dari Singapura pula, dia bisa membeli rumah yang kini ditempatinya di kawasan Nginden Intan, Surabaya. Uang tersebut awalnya dipakai untuk uang muka.
”Peri Sandria melampiaskan kecewa dengan memecah gelas. Sebagai kapten, akhirnya, saya kumpulkan semua pemain,” jelas Ferril.
Manajer IGK Manila, terang dia, ikut turun tangan. Akhirnya, mereka memutuskan berangkat.
”Kami kan sudah latihan yang berat dengan ditangani Polosin. Yang lolos bukan hal yang mudah,” jelas dia.
Polosin dikenal dengan metode latihan fisik yang berat. Semuanya dengan tujuan, emas SEA Games 1991.
Tak segan, dia mencoret pemain meski berstatus bintang.Ricky Yacobi di lini depan serta dua gelandang hebat di era tersebut Ansyari Lubis dan Fachri Husaini pun terpental.
Dipertandingan pertama SEA Games 1991, kenang Ferril, Indonesia bertemu Malaysia. Ini ulangan SEA Games 1989.
Ketika itu, negeri serumpun tersebut mengalahkan Indonesia 0-2 di semifinal. Tapi, di tangan Polosin, kekuatan Indonesia berbeda dengan dua tahun sebelumnya.
Stamina yang kuat membuat Malaysia menyerah 0-2. Dua hari berikutnya, Pasukan Garuda mengalahkan Vietnam 1-0.
Di partai terakhir yang sudah tak menentukan melawan Filipina, Polosin sengaja menyimpan sebagian besar pemain inti dengan memainkan pemain lapis kedua. Sempat tertinggal 0-1 di babak pertama, merah putih bangkit dan memukul tuan rumah 2-1 dengan salah satu gol dicetak oleh Widodo C. Putro.
Di semifinal, Indonesia menundukkan Singapura lewat drama adu penalti 0-0 (4-2). ”Saat lawan Singapura, saya pesan kepada stopper Toyo Haryono untuk mematikan Fandi Ahmad dan berhasil,” ungkap Ferril. Saat adu tendangan penalti, dia juga sukses menjalankan tugasnya.
Thailand ternyata menjadi lawan di babak final. Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, sudah menjadi kekuatan di sepak bola Asia.
Ternyata, pemenangnya harus dilakoni dengan adu tendangan 12 pas. Ferril menjadi salah satu pahlawan dengan tembakannya yang gagal dihadang kiper Thailand.
”Foto dan medalinya saya harus nyari he he he,” ujar Ferril tentang momen indah tersebut.
Hingga kini, emas SEA Games dari sepak bola belum pernah datang lagi. (Bersambung)