Pilihannya ke Surabaya tak keliru. Tak butuh waktu lama baginya untuk bisa menembus skuad Persebaya Senior.
***
Di kompetisi internal, penampilan Yongki Kastanya memikat. Tak heran, dia pun mendapat panggilan mengikuti seleksi Persebaya.
Saat itu, bukan hal yang mudah untuk bisa menembus skud Green Force, julukan Persebaya. Tim asal Kota Pahlawan, julukan Persebaya, tersebut diisi oleh para bintang-bintang lapangan hijau.
Hanya, kebetulan ketika itu, mereka banyak yang hengkang di klub sekota yang berkompetisi di Galatama, Niac Mitra. Kesempatan tersebut mampu dimanfaatkan lelaki kelahiran 1961 tersebut dengan baik.
”Saya masuk Persebaya dan langsung dapat posisi di tengah atau gelandang. Dibandingkan yang lain mungkin saya beda karena tak pernah merasakan ikut Persebaya Junior,” ungkap Yongki.
Kehadirannya mampu membuat lini tengah tim asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, tersebut lebih hidup. Sebagai gelandang bertahan, Yongki mampu menjadi penyeimbang antara lini belakang dengan tengah.
”Saya mengikuti banyak turnamen. Ini mampu mengasah kemampuan kami yang banyak berusia muda,” jelas Yongki.
Sayang, di musim tersebut, Persebaya gagal menjadi juara. Pemenang kompetisi perserikatan jatuh ke tangan Persiraja Banda Aceh.
Tapi, kegagalan tersebut tak membuat Persebaya patah semangat. Para pemain muda yang ada semakin siap menghadapi kompetisi.
Karena saat itu tak setiap tahun dilaksanakan, kompetisi baru bergulir pada 1983. Namun, lagi-lagi, gelar juara belum diraih.
”Barulah pada 1985, Persebaya menembus babak enam besar. Hanya, kami harus puas di peringkat kelima,” ungkap Yongki.
Karena cintanya kepada Persebaya, Yongki mengungkapkan bahwa dirinya menolak membela Timnas U-23. Dia pun mengaku tak menyesal meski tak pernah memakai logo garuda di dada dalam pertandingan internasional. (Bersambung)