Serial Jacksen F. Tiago (4): Dapat Kepercayaan Jadi Pelatih Fisik

Jacksen saat ditemui di rumahnya di Surabaya.
Iklan

Kerinduan meraih gelar di Indonesia mampu diobati Jacksen F. Tiago bersama Persebaya. Namun, dia pun juga harus berat meninggalkan klub tersebut.

***

Jacksen F. Tiago dikenal punya semangat tinggi. Bukan hanya saat pertandingan, saat berlatih pun, dia selalu tak mau kalah.

Hasilnya pun terlihat. Dia dua kali mengantarkan klub yang dibelanya, Petrokimia Putra Gresik dan PSM Makassar, mampu menembus final Liga Indonesia.

Iklan

Sayang, kedua klub tersebut gagal menjadi juara. Kebo Giras, julukan Petrokimia, menyerah 0-1 dari Persib Bandung. Sedangkan Juku Eja, julukan PSM, dihentikan Bandung Raya.

Tapi,semua terobati saat Jacksen memperkuat Persebaya. Bersama tandemnya di Petrokimia Putra, Carlos de Mello, serta ditambah Justinho Pinheiro di belakang, Green Force, julukan Persebaya, mampu keluar sebagai juara Liga Indonesia di musim 1996/1997.

Bahkan, di laga final yang dilaksanakan di Stadion Utama, Senayan, Jakarta, pada 28 Juli 1997, Jacksen ikut menyumbangkan satu gol dari kemenangan 3-1 Persebaya atas Bandung Raya. Dua gol lain disumbang Aji Santoso dan Ronald ”Koko” Pieterz. Sementara gol semata wayang Bandung Raya diceploskan Budiman.

Setahun kemudian, Persebaya tak bisa mempertahankan gelar. Bukan karena kalah oleh timlain.

Kekacauan politik membuat Liga Indonesia tak bisa digelar. Namun, di sela-sela persiapan, Jacksen sempat mengemban amanah.

”Saya juga jadi pelatih fisik. SK -nya saya untuk jabatan itu,” ungkap lelaki asal Rio de Janeiro, Brasil, tersebut.

SK itu, lanjut dia, diterima dari Wali Kota Surabaya saat itu Soenarto dan Manajer Karwoto. Alasannya, Jacksen dianggap punya stamina yang kuat saat di lapangan.

Namun, pada musim 1997/1998, semangat yang biasa dimiliki Jacksen mulai luntur. Itu pula yang membuat dia ingin pindah.

Jacksen menerima pinangan dari klub Singapura Geylang United. Pelatihnya adalah Rene Alberts, mantan pelatih Arema yang kini menukangi PSM Makassar.

”Saya dihajar latihan fisik di sana. Badan saya sampai kurus,” ujar Jacksen.

Namun, dia hanya setahun di Negeri Singa, julukan Sngapura. Permintaaan Manajer Petrokimia Putra, Imam Supardi, tak kuasa ditolak.

”Dia ingin saya bisa membantu Petrokimia Putra yang tengah terpuruk di kompetisi. Petro juga terancam degradasi,” kenangnya.

Ternyata, kehadiran lelaki yang kini berusia 48 tahun tersebut sangat berpengaruh. Pelahan tapi pasti, tim asal Kota Pudak, julukan  Gresik, mulai terangkat dari dasar klasemen dan menjauh dari zona degradasi.

”Hanya di musim 2002, saya tak bisa  bermain lagi di Petrokimia. Pimpinan Petrokimia menganggap saya sudah tua dan tak bisa bersaing,” ujar Jacksen. (Bersambung)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display