Sudah membawa Persebaya juara Liga Indonesia membuat Jacksen F. Tiago mulai mendapat tempat sebagai pelatih. Hanya, lisensi yang dimiliki sempat diragukan
***
Sebuah klub yang kurang terdengar namanya, Persiter Ternate, disinggahi Jacksen F. Tiago. Dia memoles klub asal Maluku Utara tersebut menjadi klub yang disegani.
Persiter yang menghuni Wilayah Timur di musim 2007/2008, mampu bertengger di posisi keenam. Memang tak lolos ke delapan besar karena yang diambil hanya posisi empat besar. Delapan besar merupakan langkah awal dalam persaingan menjadi juara.
Tapi, posisi tersebut sudah membuat Gantar Khan dkk berhak berlaga di Indonesia Super League, model kompetisi terbaru yang bakal memakai sistem satu wilayah. Tempat tersebut lebih bagus dibandingkan Persebaya yang di musim itu berada di posisi 14.
Kesuksesan tersebut membuat banyak pihak menyorot Jacksen. Lisensi yang dimiliki dianggap tak bisa dipakai melatih di Indonesia.
”Tapi, saya bisa membuktikan bahwa lisensi saya memang asli. Saya bisa menunjukkan bahwa saya memang mengikuti kepelatihan di Brasil,” terang Jacksen.
Lisensi tersebut diikutinya sejak masih menjadi pemain di Persebaya. Dia sudah menganggap sepak bola menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Ketelatenananya mengumpulkan lisensi yang bertanda tangan resmi dari asosiasi sepak bola Brasil membantu Jacksen. Apalagi, dia mempunyai foto-foto saat mengikuti kursus.
Dengan lisensi yang dimiliki, Jacksen oleh PSSI diizinkan melatih. Sebentar memoles Mitra Kukar, dia berpindah ke Persitara Jakarta Utara.
”Tapi, saya tak lama melatih Persitara. Ada empat pertandingan saya bersama tim tersebut,” ujar Jacksen.
Namun, bersama Laskar si Pitung, julukan Persitara, punya peran besar baginya. Dia sudah tak digoyang isu lisensi lagi.
Kondisi ini membuat klub-klub melirik dia kembali. Sebuah tawaran yang terduga datang dari klub Persipura Jayapura,l Papua.
”Saya dipercaya menggantikan Raja Isa. Tawaran tersebut tak bisa saya tolak,” terang Jacksen.
Bersama Mutiara Hitam,julukan Persipura, rentetan sukses menghampirinya. Mereka selalu bertengger minimal di posisi kedua.
Di tangan Jacksen, Persipura menjadi juara Indonesia Super League tiga kali yakni di musim 2009, 2011, 2013. Di sela-sela itu, tim pujaan dari Bumi Cenderawasih tersebut menjadi runner-up musim 2010, 2012, dan 2014.
Menjadi juara dan runner-up bersama Persipura bukan sebuah hal yang ringan. Tak banyak pelatih yang bisa bertahan lama di sana.
Pelatih sekelas Rahmad Darmawan saja semusim di Persipura. Padahal, dia sukses mengantatkan Eduard Ivakdalam dkk menjadi juara 2005.
”Butuh bukan sekadar teknik menangani Persipura. Ada hal lain yang lebih penting,” kenang Jacksen. (Bersambung)