Iklim sepak bola Indonesia memasuki era gila-gilaan. Harga pemain melambung tinggi. Ini memikat Uston.
***
PSPS Pekanbaru masuk jajaran klub kaya di musim 2002/2003. Wajar jika mereka bisa mengumpulkan para pemain bintang yang direkrut dari klub lain.
Trio pemain nasional yang pernah sama-sama mengantarkan Persebaya Surabaya juara, HendroKartiko, Bejo Sugiantoro, dan Uston Nawawi, berkumpul lagi. Tujuannya tentu mengantarkan Astar Bertuah, julukan PSPS, bisa menjadi klub Sumatera yang menjadi juara Liga Indonesia.
Memang, saat itu, musim 2002/2003, PSPS langsung masuk kandidat juara. Materi yang jempolan tentu sebagai acuan.
Namun, prediksi tersebut berbalik. Baru pekan keenam, PSPS sudah mendapat cobaan. Keributan saat melawan tuan rumah Solo FC membuat pemain pilarnya, Bejo dan Hendro, menerima sanksi larangan bertanding. Ini membuat semua mimpi PSPS menjadi tim kuat pun kandas.
Sementara, di musim yang sama, Persebaya kembali bersinar. Sempat terpuruk di awal musim, Green Force, julukan Persebaya, kembali menanjak.
Pergantian pelatih dari Muhammad ”Mamak” Zein Al Hadad ke Jacksen . Tiago langsung menjadikan mereka menjadi tim yang moncer. Hingga akhirnya, Persebaya kembali ke Divisi Utama dengan status juara.
”Tawaran kembali ke Persebaya datang. Tentu saya menerima karena bisa balik dan dekat dengan rumah,” terang Uston Nawawi, salah satu legenda yang dimiliki Persebaya.
Kembalinya bintang lini tengah Indonesia ini memberikan perubahan yang cukup signifikan. Uston mampu mengantarkan timnya menduduki posisi teratas di klasemen akhir Liga Indonesia.
Jadi, gelar ini merupakan kali kedua baginya. Setelah sebelumnya, Uston melakukan hal yang sama pada 1996/1997.
Dia bertahan di Persebaya hingga 2008. Setelah itu, mantan pemain PSSI Baretti tersebut berpetualang ke berbagai klub.
”Kepindahan saya ke Persisam pada 2008 termasuk kebetulan. Saat saya jalan-jalan di pusat perbelanjaan eh ketemu Riono Asnan,’ ungkap Uston.
Oleh Riono ditawari bergabung dengan Persisam Samarinda. Kontrak yang ditawarkan, ujarnya, cocok.
”Ya saya ambil. Apalalagi, Persisam punya target menembus ISL,” kenang Uston. (Bersambung)