Reformasi Sepak Bola Indonesia Hanya Fatamorgana

Johar Arifin setelah keputusan agenda nomor tujuh dan delapan dibatalkan. Ia termasuk orang yang diputuskan tidak diampuni. Agenda pembahasan klub terhukum termasuk Persebaya juga ditiadakan. (Foto: Bimbim/EJ)
Iklan

EJ – Keinginan Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo untuk melakukan reformasi PSSI dan tata kelola sepak bola Indonesia tak kesampaian. Kongres PSSI di Hotel Mercure, Ancol, hari ini, yang diharapkan menjadi era baru sepak bola Indonesia tampaknya cuma basa-basi. Kongres yang dijadikan media untuk rekonsiliasi dan revolusi PSSI tak berjalan sebagai mana mestinya.

Agenda pengembalian keanggotaan tujuh klub yang dizalimi (Persebaya, Arema Indonesia, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, Persewangi Banyuwangi, Lampung FC, dan Persipasi Kota Bekasi) tak terjadi. Begitu juga pemulihan nama baik komite eksekutif PSSI yang terhukum (Djohar Arifin, Farid Rahman, Sihar Sitorus, Bob Hippy, Tuty Dau, (Alm) Mawardi Nurdin, dan Widodo Santoso) juga batal dilakukan. Bahkan, baik klub yang tujuh nama exco tersebut yang telah diundang datang menghadiri Kongres harus dipaksa keluar arena sidang.

“Diundang untuk diusir. Ini penistaan. Negara dibohongi pakai Kongres PSSI atau Negara dibohongi Kongres PSSI?” kata Akmal Marhali, Koordinator #SOS (Save Our Soccer).

“Ini sudah pembunuhan karakter dan perbuatan yang sangat memalukan. Masih ada upaya-upaya kelompok tertentu untuk membuat Kongres ini hanya milik kelompok tertentu,” Akmal menambahkan.

Iklan

Kejadian ini berawal dengan interupsi yang dilakukan Haruna Soemitro agar pembahasan soal pengembalian klub terzalimi dan exco terhukum tidak dilakukan saat Kongres. Lalu, dilakukan pemungutan suara. Sebanyak 84 pemilik suara setuju tak dibahas. Hanya 14 suara yang setuju pengembalian klub dan pemulihan nama exco terhukum.

Karena pengembalian tujuh klub dan pemulihan nama baik tak disetujui, maka Pimpinan Sidang Plt Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan, meminta ketujuh klub keluar dari area sidang, Begitu pun tiga (Djohar Arifin, Sihar Sitorus, dan Bob Hippy) dari tujuh exco yang kebetulan mencalonkan diri untuk keluar.

Padahal, Djohar, Sihar, dan Bob sudah dinyatakan lolos sebagai calon oleh Komite Pemilihan yang dipimpin Agum Gumelar. Tapi, Hinca menyatakan status mereka langsung gugur sebagai calon.

“Kongres menjadi ajang mempermalukan pihak-pihak yang sebelumnya memang sudah disepakati untuk dikembalikaan keanggotaannya maupun dipulihkan nama baiknya. Masih ada dendam di dalam kongres. Ini tak bagus buat perbaikan sepak bola Indonesia,” kata Akmal.

Dari kasus ini, #SOS melihat reformasi sepak bola Indonesia hanyalah fatamorgana. PSSI akan kembali ke masa lalu. Siapapun kemudian yang terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. “Kita sudah mengorbankan diri disanksi FIFA selama satu tahun untuk suatu perubahan. Tapi, fakta di lapangan sepak bola Indonesia tak mau berubah. Reformasi PSSI yang diinginkan pemerintah telah gagal,” kata Akmal.

“Kongres ini hanya ganti casing. Software dan hardware tetap lama. Ini sangat berbahaya buat sepak bola kita,” Akmal menegaskan. (*)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display