Sejak dulu suporter Persebaya yang identik dengan sebutan Bondo Nekat (Bonek) mempunyai masalah dualisme yang mengatasnamakan persebaya. Masyarakat memandang Bonek sebagai suporter yang sering melakukan kekerasan dengan dalih membela tim kesayangannya.
Aksi rasisme sering mewarnai pertandingan tim kebanggaan dan rivalnya saat berlaga. Terbukti dari beberapa pertandingan melawan Arema dan Persija, Bonek selalu rusuh dengan suporter dari kedua belah pihak. Tidak hanya di stadion, di luar stadion pun Bonek seringkali melakukan sweeping pada pengendara dengan plat nomor N dan B. Tidak hanya di sweeping, kendaraan terkadang dihancurkan atas kecurigaan tak berdasar.
Mengapa demikian? Bonek tidak hanya dilihat dari sisi kekerasan, melainkan perjuangan dalam mempertahankan tim kesayangan agar bisa berlaga pun sangat membara. Hal ini terbukti saat sidang di PN Surabaya, Persebaya memenangkan hak atas nama dan logo.
Setelah menang, Bonek berangkat ke Jakarta untuk mengawal kongres PSSI. Namun, mereka hanya diberi janji di atas kertas. Janji tinggal janji. Pada kongres berikutnya, Persebaya tidak diakui PSSI.
Lihatlah situasi di Surabaya sekarang. Spanduk protes dan diskusi dari Bonek menandakan bentuk perjuangan dan protes akan pandangan sebelah mata masyarakat. Setiap suporter menginginkan tim kebanggaannya kembali meraih prestasi. Namun, untuk sebuah prestasi tidaklah mudah dan memperlukan proses panjang.
Dalam hal ini, pengawasan orang tua untuk anaknya saat mendukung Persebaya harus lebih diperhatikan. Anak-anak yang masih awam biasanya cenderung meniru, terutama hal-hal yang tidak baik.
Bonek rindu Persebaya berkompetisi lagi setelah sekian lama vakum dari liga. Bonek selalu haus akan aksi lapangan dari tim kebanggaan. Dalam liga apapun yang penting Persebaya bisa unjuk kebolehan.
Kongres yang akan diadakan pada januari di kota Bandung menentukan nasib Persebaya. Mudah-mudahan kongres mau mengakui Persebaya kembali. Semoga persaudaraan antar suporter dapat bersatu sampai ke titik darah penghabisan. Bonek seneng seduluran saklawase.
Salam Satu Nyali!
#PersebayaMasaDepan
*) Sugito Rahajo (sugit*******@gmail.com)