EJ – Kesuksesan aksi Gruduk Bandung yang digelar Bonek, 6-8 Januari lalu tak bisa dilepaskan dari peran berbagai pihak. Salah satu pihak yang ikut menyukseskan aksi untuk mengawal Persebaya adalah sebuah tim yang menyebut diri “Bonek Hoofdbureau”. Tim ini berasal dari Polrestabes Surabaya.
Ada empat orang yang terlibat sebagai anggota tim saat itu. Mereka berempat bergabung bersama 150-an Bonek yang dikoordinir AB1927 yang berangkat menuju Bandung menggunakan kereta melalui Stasiun Gubeng, Jumat (6/1).
Tujuan mereka hanya satu: menciptakan suasana “Gruduk Bandung” yang tertib, aman dan kondusif.
Perjalanan ke Bandung yang memakan waktu 15 jam membuat mereka jenuh. Namun mereka tetap semangat sambil membayangkan apa yang akan terjadi di Bandung nanti.
“Dalam perjalanan, kami sudah berkoordinasi dengan Kapolrestabes Bandung, Pak Hendro Pandowo, tentang kedatangan kami,” ujar Edi Hartono, salah satu anggota tim.
Tepat pukul 23.19 WIB, kereta mendarat di Stasiun Kiara Condong Bandung. Ternyata di sana sudah ada Bobotoh yang menyambut kedatangan Bonek. Dua kelompok suporter itu meneriakkan yel-yel dukungan. Setelah berkoordinasi dengan kepolisian, Bonek diangkut menuju GOR Pajajaran menggunakan dua bus dan satu truk polisi.
Tepat tengah malam, rombongan Bonek tiba di lokasi. Mereka pun beristirahat.
Keesokan harinya, “Bonek Hoofdbureau” meluncur ke lokasi Kongres Tahunan PSSI di Hotel Aryaduta. Mereka menemui Kapolrestabes Bandung dan staf. Mereka melakukan koordinasi terkait pengamanan, teknis pelayanan kebutuhan (makan dan MCK) dan sebagainya.
Siang harinya, GOR Pajajaran kedatangan Ibu Wali Kota Bandung Atalia Kamil untuk membagikan nasi bungkus kepada Bonek. Jubir Andie Peci tampak mendampingi Atalia.
Siang itu juga, mereka mendengar ada bus rombongan Bonek yang kecelakaan di Lasem. Kaca depan pecah karena bus menabrak bus rombongan di depannya. Meski mengalami kecelakaan, bus bisa melanjutkan perjalanan.
Di tengah-tengah antrian Bonek mengambil jatah nasi bungkus, mereka bertemu petinggi manajemen Persebaya. Mereka mendapat bocoran hasil kongres besok yang akan mengesahkan kembali Persebaya. Ada rasa lega di dada mereka mendengar kabar baik itu.
Menjelang sore, mereka mendengar info ada tiga Bonek meninggal di Subang. Malamnya, anggota tim berangkat ke Subang untuk mengurus jenazah Bonek yang meninggal karena keracunan miras. (Baca: “Bonek Hoofdbureau” Bantu Pemulangan Jenazah Bonek Yang Tewas Karena Miras)
Pengurusan jenazah itu berlangsung hingga Minggu pukul 11.30 WIB. Setelah urusan selesai, mereka pun kembali ke GOR Pajajaran.
Dalam perjalanan balik, mereka mendengar kabar jika Persebaya benar-benar disahkan. Sayangnya, perjalanan mereka dari Subang ke Bandung tersendat karena macet.
Sementara di GOR, euforia Bonek sempat memacetkan jalan di depan gedung. Mereka terus berkoordinasi dengan Andie Peci agar Bonek tidak larut dalam kegembiraan yang berlebihan sehingga menimbulkan antipati masyarakat Bandung.
Akhirnya, mereka tiba di GOR pada pukul 15.00 WIB. Saat itu, pihak kepolisian sedang melakukan proses pemulangan Bonek menuju Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Bonek yang dipulangkan adalah Bonek yang melakukan perjalanan dengan cara estafet.
Ada 22 bus yang disediakan Pemkot dan Polrestabes Bandung. Malamnya, 10 truk polisi menyusul memulangkan Bonek.
Malam itu, anggota “Bonek Hoofdbureau” yang belum mandi selama dua hari memutuskan untuk mandi di lokasi istirahat. Mereka pun memutuskan untuk tidur namun terbangun karena bunyi alarm yang menandakan bahwa mereka harus segera menuju Stasiun Kiara Condong untuk pulang ke Surabaya. Bersama Bonek rombongan AB1927, mereka berangkat menuju stasiun.
Tepat pukul 05.15 WIB, mereka dan 150-an Bonek berangkat menuju Surabaya.
Empat hari yang dihabiskan “Bonek Hoofdbureau” untuk membantu kelancaran aksi. Tanpa mereka, aksi Gruduk Bandung mungkin lain ceritanya. (Ditulis kembali oleh Iwan Iwe)
Foto: Anggota “Bonek Hoofdbureau” berfoto bersama Bonek di GOR Pajajaran.