Aku kembali berjalan menyusuri jalanan pulau Jawa. Demi Persebaya, Jakarta dua kali kudatangi. Sekarang aku menyusuri jalan menuju Bandung.
Bandung memanggil. Persebaya di sana akan kujemput kembali dan akan kubawa pulang kembali ke Karanggayam. Aku dan beberapa teman berangkat menjemput sang kekasih pada hari Kamis 5 Januari 2017.
Pantai utara Jawa adalah jalur ideal untuk menuju Bandung. Aku bersama teman lain memilih alternatif estafetan. Estafetan adalah menumpang kendaraan truk atau trailer besar yang berjalan lewat pantura. Ini adalah sebuah tradisi untuk mbonek. Walaupun tradisi ini banyak sekali pro dan kontra. Juga berbagai faktor negatif dan resiko besar lain tentunya. Aku sudah berniat dari awal akan estafetan.
Sesampai di Lamongan, kami didampingi teman-teman Curva Boys, suporter Persela Lamongan. Begitu juga sesampai di Pati bertemu Patifosi. Minuman dan makanan sederhana kami dapatkan dari mereka. Semua mendukung kami untuk ke Bandung.
Lanjut ke barat, di Semarang disambut saudara Snex fans PSIS. Berganti mobil lagi bergerak menuju Cirebon dan disambut Viking Cirebon. Kami kembali mendapatkan dukungan moral dan logistik dari mereka.
Dari Cirebon, kami melanjutkan perjalanan ke Bandung via Sumedang. Jalur Sumedang macet total membuat kami memutuskan turun dari kendaraan di sebuah pasar. Kami mengamen di pasar dengan berbekal kentrung yang kami bawa. Tidak sampai lama kami bisa mendapatkan tambahan bekal uang sebesar 350 ribu. Kami melanjutkan perjalanan menuju Bandung.
Tiba di Bandung Sabtu pagi, 7 Januari 2017, sehari sebelum kongres PSSI. Kami memutuskan tidak langsung ke GOR Pajajaran akibat trauma dua kali dikurung di Stadion Tugu Jakarta. Alun-alun Bandung adalah tujuan kami. Malam itu, alun-alun menjadi tempat lain untuk bonek. Beberapa polisi menjaga kami dan banyak di antaranya ngobrol dan minum kopi bersama kami.
Banyak bobotoh yang menemani kami di alun-alun. Ada warga Bandung yang tidak sempat aku tanya namanya. Beliau memberi aku 200 ribu untuk teman-teman. Siang hari, 8 Januari 2017, kami mendapat kabar Persebaya diakui kembali. Pekik teriakan dan tangis haru di antara kami. Tanpa terasa air mata membasahi kedua pipi. Kulihat beberapa bonek saling berpelukan dengan mata sembab. Kami memutuskan berjalan dan bergabung dengan rombongan besar di GOR Pajajaran.
Sore hari, rombongan kami pulang dengan hati tenang dan bahagia. Bus dari Polresta Bandung menghantarkan kami sampai Pekalongan. Sesampainya di sana kami kembali estafet menuju Surabaya dan tiba Senin, 9 Januari 2017 sekitar pukul 20.00 WIB.
Tiada rasa lelah dari rombongan kami karena tertutup oleh perasaan bahagia. Misi penjemputan Persebaya telah kami lalui. Selamat datang di rumah kembali, Persebaya.
Kamu tidak akan pernah sendirian. Bonek selalu ada untuk Persebaya. Selamanya. (*)
*) Diceritakan oleh Bonek Menur