Persebaya merupakan tim besar di masa lalu, saat ini, dan bahkan selamanya. Eksistensi Persebaya mungkin tidak pernah padam. Lebih dari enam tahun Persebaya dibekukan oleh federasi. Namun hal itu tak menyurutkan semangat para Bonek. Mereka tetap mencintai Persebaya. Bahkan, mereka lebih solid dengan bukti selama itu mereka masih setia dan berjuang untuk Persebaya dibawah komando AB1927.
Bandung, 8 Januari 2017, menjadi saksi kembalinya Persebaya setelah diakui kembali oleh PSSI di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi. Persebaya akan berkompetisi kembali dari Divisi Utama. Itu tak menyurutkan loyalitas kami sebagai suporter setia.
Di mana pun kasta, pasti kita dukung. Tugas kita selanjutnya adalah menjadi suporter yang baik, dalam artian baik dalam segi sifat dan finansial. Kita butuh Persebaya dan Persebaya butuh kita. Artinya, kita diwajibkan sebagai suporter membeli tiket pertandingan untuk bisa masuk stadion. Dari pemasukan uang tiket itulah, Persebaya bisa bernafas.
Untuk yang tidak memiliki uang untuk menonton pertandingan, diharap tidak memaksakan diri untuk datang ke stadion. Sebab berkaca ke hal yang pernah terjadi, masih banyak Bonek yang datang ke stadion mengharapkan jebolan bahkan merusak fasilitas stadion.
Ada yang memanjat sehingga justru membahayakan diri sendiri. Marilah belajar menjadi suporter yang baik dan mengayomi tim dan masyarakat sekitar. Berdoa di rumah untuk Persebaya jauh lebih baik daripada memaksa ke stadion namun merugikan.
Mari kampanyekan “No Ticket No Game”. Bonek wani berbenah diri. Salam satu nyali! Wani!
*) Agung Suciono (agungg****@gmail.com)