Meski banyak Bonek yang memilih nyeker, bukan berarti mereka anak orang tak punya alias pengangguran. Teman saya dulu waktu lihat Persebaya juga nyeker. Padahal setahu saya, orang tuanya cukup terpandang dan termasuk orang yang punya. Lihat Persebaya pun dia selalu naik sepeda motor dan bawa uang lebih.
Saya iseng-iseng bertanya waktu kita ketemu di luar stadion.
Lapo koen nyeker ae? Sandal sepatumu lak apik-apik seh?
Yang buat saya salut dan terdiam saat itu dari jawabannya: Gak opo ben podo koyok awakmu ambek arek-arek.
Bisa dibayangkan kurang lebih 10 hingga 15 tahun yang lalu untuk melihat Persebaya bagaimana.
Bagi orang-orang yang sudah bekerja atau menjadi anak dari orang tua yang punya, untuk beli tiket itu hal gampang. Tapi untuk saya dan sebagian teman-teman saya yang masih di bangku sekolah dulu, jangankan beli tiket, untuk transportasi ke Stadion Tambaksari pun kita ngandalin truk atau minta boncengan orang.
Saya dan sebagian teman-teman yang tidak seberuntung kalian atau mereka, selalu menyisihkan uang jajan sekolah sekedar untuk membeli tiket dan air mineral atau makan di saat mendukung Persebaya.
Alhamdulillah, pahit manisnya mendukung Persebaya sudah saya rasakan, dari masih bujangan sampai berkeluarga seperti saat ini. Dari hidup saya yang dulu kurang beruntung hingga sekarang sedikit lebih baik.
Dari Persebaya juga saya mengenal arti kesetiaan dan kebersamaan. Silahkan jika ada yang mengejek atau memandang mereka sebelah mata karena mereka tidak memakai alas kaki atau nyeker saat lihat Persebaya.
Saya yakin yang bersepatu pun belum tentu mempunyai hati sebesar teman-teman Bonek yang nyeker saat ini.
Semua membutuhkan proses dan perjuangan. Ada pada saatnya yang tanpa alas kaki suatu hari nanti bisa memakai sepatu bermerk. Ada yang dulu suka gandol truk saat lihat Persebaya suatu saat nanti mampu membawa mobil pribadi sendiri.
Semua butuh proses, dulur. Jika yang nyeker atau hanya memakai sandal jepit bisa membeli tiket, menjaga keamanan, dan ketertiban di saat mendukung Persebaya, tidak ada salahnya dari mereka. Yang salah hanya penampilan saja dan itu hak mereka. Atau mungkin mereka kurang beruntung seperti saya dulu.
Tapi jika yang bersepatu dan memakai baju mewah tapi masih membuat ulah saat mendukung Persebaya, itu yang harus ditindak tegas.
Kalau ada yang nyeker dan bersandal jepit tidak bertiket, membuat ulah di luar maupun di dalam stadion, ini yang mesti harus ditindak tegas dan diberikan sanksi khusus.
Persebaya milik semua golongan masyarakat. Tolong jangan mendiskriminasi dulur-dulur yang tidak bersepatu. Jika kita ingin berubah cukup mulai dari diri kita dulu. Karena saya dulu juga seperti dulur-dulur Bonek yang tidak seberuntung dulur-dulur Bonek yang bersepatu dan mempunyai uang lebih untuk membeli tiket.
Meskipun saya dulu nyeker atau memakai sandal jepit, alhamdulillah uang saku sekolah saya sehari-hari bisa terkumpul untuk membeli tiket maupun berangkat away.
*) Suprihadi, Pecinta Bonek dan Persebaya.