EJ – Setelah menjabat sebagai Presiden Persebaya, Azrul Ananda beramah tamah dengan para wartawan di kantor Jawa Pos di Graha Pena, Rabu (8/2). Ia berbicara panjang lebar pasca PT Jawa Pos Sportainment menguasai 70 persen saham Persebaya. Bagaimana rencana-rencana yang akan dibuat Azrul bersama manajemen baru Persebaya? Wawancara ini telah disunting dengan tidak mengurangi maksudnya dan dilakukan untuk memudahkan pembaca memahami.
Bagaimana tanggapan setelah Jawa Pos masuk ke Persebaya?
Kita agak lega sudah bisa mengumumkan ini. Sudah berbulan-bulan sebenarnya prosesnya. Dan sudah berbulan-bulan banyak orang mendengar, membicarakan, menanyakan, tapi kita selalu agak menjaga komunikasi karena memang kita tidak ingin prosesnya terganggu. Kita ingin segalanya berjalan sebaik-baiknya.
Syukur Alhamdulillah, Selasa kemarin, 7 Februari, kita sudah melakukan RUPS dan mulai saat ini PT Jawa Pos Sportainment adalah pemilik 70 persen saham dari PT Persebaya Indonesia. Sedangkan 30 persen sisanya adalah dari koperasi yang beranggotakan klub-klub, 20 klub anggota Persebaya.
Apa arti RUPS kemarin buat Persebaya?
Ini adalah babak baru Persebaya dan hasil RUPS menyatakan akan ada susunan pengurus baru dan saya sebagai Direktur Utama dan nanti akan ada jajaran direksi yang baru-baru juga.
Apa yang akan dilakukan manajemen dalam waktu dekat?
Kita masih melibatkan beberapa pengurus lama karena ini tahun transisi buat kami. Kemudian kita akan melibatkan anak-anak muda yang sebelum ini terlibat di DBL atau di NBL Indonesia, dulu kalau yang liga profesional, dan kita sekarang akan mempersiapkan beberapa program karena memang waktunya sudah mepet.
Apa yang ingin anda sampaikan kepada pihak-pihak yang mendukung Persebaya?
Kita mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua orang pengurus Persebaya yang selama bertahun-tahun, bayangkan ini klub statusnya, kita semua tahu seperti apa, tantangannya banyak, dan mereka harus berjuang menjaga eksistensi dan memperjuangkan Persebaya.
Kita juga mengucapkan kepada semua supporter Persebaya, semua penggemar Persebaya di seluruh Indonesia karena Persebaya ini bukan hanya milik penggemar di Surabaya. Mereka yang telah berjuang yang sulit di-describe. Betapa hebatnya penggemar Persebaya ini. Trenyuh juga kita melihat kiprah mereka.
Kita juga berterima kasih kepada PSSI tentunya yang pada 8 Januari lalu kembali mengesahkan Persebaya sehingga kita bisa melangkah ke babak baru.
Bagaimana Persebaya di tangan Jawa Pos nantinya?
Sekarang ini Persebaya sudah di tangan swasta dengan pengelola yang terbiasa mengelola olah raga secara swasta. Kita tentunya tidak mempersiapkan tim hanya untuk satu tahun atau dua tahun. Kita akan mempersiapkan Persebaya untuk jangka panjang. Jadi ini bukan hanya untuk satu, dua tahun, tapi harapannya kan untuk forever. Kita harus berhati-hati, memang kita ada target jangka pendek, harapan jangka pendek, keinginan penggemar jangka pendek, tapi kita ingin menyusun fondasinya dengan cara yang baik sehingga bukan hanya baik untuk jangka pendek tapi yang lebih penting lagi baik untuk jangka panjang.
Apa alasan Jawa Pos menyelamatkan Persebaya?
Yang menyelamatkan bukan hanya Jawa Pos saja. Yang menyelamatkan pengurus lama, seluruh penggemar. Semua pihak yang mendukung Persebaya, itulah penyelamat Persebaya. Kebetulan Jawa Pos dan saya pribadi sudah bertahuin-tahun sebenarnya sudah dimintai untuk ikut mengurus, dimintai tolong dengan berbagai macam, tapi fokus saya waktu itu masih ke yang lain dan waktu itu mungkin situasi kami juga belum cukup kuat untuk itu.
Mungkin ini momen yang tepat. Karena Persebaya ini luar biasa. Karena tidak banyak klub, malah mungkin hanya Persebaya yang punya kerangka fondasi yang baik untuk masa depan. Tinggal bagaimana membangun fondasi dari kerangka yang sudah baik.
Apa target Persebaya?
Target Persebaya ke depan dari sisi olah raga tentunya meraih prestasi, apapun prestasi itu. Apakah lolos ke Liga 1 untuk jangka pendek, apakah itu untuk menjadi juara Liga 1 nanti dalam medium term mungkin. Tapi dalam jangka panjangnya adalah ini yang saya rasa tantangan semua klub olah raga di Indonesia bukan hanya sepak bola. Kebetulan saya banyak pengalaman di basket juga.
Dan lainnya adalah bagaimana membangun tim atau klub yang secara jangka panjang bukan hanya berprestasi namun sustainable secara bisnis. Mungkin tantangan terbesar saya ada di situ dan mungkin pengalaman terbesar saya juga di situ. Karena kita dulu pernah mengelola liga profesional yang katanya dimulai dari minus lima dan menjadi berhasil. Persebaya kan tidak dari minus lima.
Apakah akan ada wadah bagi Bonek?
Tentunya. Di mana-mana tidak mungkin ada klub yang bisa besar tanpa punya penggemar. Dan kita bersyukur dan berterima kasih karena selama bertahun-tahun sejak jaman Jawa Pos tahun 80-an dulu mengelola Persebaya ini jadi bukan sesuatu yang baru.
Bonek atau penggemar Persebaya itu mempunyai peran yang luar biasa. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan harus berterima kasih seperti apa. Menurut saya para penggemar berjuang begitu besar, pengurus di balik layar juga berjuang begitu besar agar Persebaya seperti ini. Jawa Pos ikut berperan, tapi yang berperan langsung adalah para penggemar dan pengurus lama.
Apa program yang saat ini disiapkan manajemen?
Kita punya tiga program yang sedang kita siapkan. Tapi kita belum bisa bicara banyak. Yang pertama, tentu bagaimana membuat tim yang kuat sehingga bisa berprestasi tapi mempunyai jangka panjang yang baik, bukan jangka pendek.
Kemudian, Persebaya punya 20 klub anggota yang konsisten dalam mengembangkan dan membina pemain muda sehingga kita berusaha itu menjadi lebih maksimal. Karena passion saya anak muda sebenarnya. Jadi senang melihat anak-anak aktif berolahraga dan jauh dari yang lain-lain. Jadi program kedua kita adalah bagaimana kompetisi internal klub-klub anggota itu bisa berjalan lebih baik.
Ketiga, bagaimana kita meng-create program bersama seluruh penggemar Persebaya sehingga itu nanti menjadi sesuatu yang positif tidak hanya untuk Persebaya tetapi juga untuk lingkungan terdekatnya, Surabaya. Dan kelak bisa menjadi contoh bagaimana mengelola persepakbolaan di Indonesia secara umum. Karena dulu Persebaya itu adalah acuannya. Kita ingin me-manage sebuah klub dengan cara yang benar dan profesional.
Apakah ada rencana membangun akademi?
Tidak perlu membangun akademi karena sudah mempunyai 20 klub anggota yang mempunyai akademi semua. Bayangkan, kita tidak bisa membangun satu akademi tapi ini ada 20. Kita fokuskan ke klub-klub anggota. Karena mereka yang benar-benar konsisten di situ selama bertahiun-tahun.
Kalau dulu Pak Dahlan punya tagline Haus Gol Kamu, kalau sekarang apa punya tagline?
Kami Haus Gol Kamu Jilid Dua. (Tertawa). Belum ada. Yang jelas kita belum pada meng-create yang lain. Tapi nostalgia Persebaya itu luar biasa. Bahkan respon yang kita dapat bukan hanya dari Surabaya, tapi dari Kalimantan, dari Papua, dari Sumatera, itu seluruh penggemar Persebaya di Indonesia mengirimkan pesan ke kita. Jadi, tentunya kami tidak melupakan haus gol kamu karena itu sesuatu yang legendaris.
Gambar wong mangap, ini dulu yang menggambar orang Jawa Pos. Orangnya masih bekerja di Jawa Pos sampai saat ini. Jadi ini juga salah satu ikon Persebaya. Siapa tahu kita bisa membuat program sehebat Tret Tet Tet atau bahkan lebih hebat lagi. Kita belum bisa bicara banyak soal itu tapi kita sedang menyiapkan banyak hal.
Bagaimana persiapan tim terdekat?
Kita sedang memasuki seleksi akhir. Kita masih menunggu regulasi terakhir dari PSSI karena katanya jika liga dimulai Maret atau April, ini sudah bulan Februari. Kita masih belum ada kepastian regulasi. Misalnya, kita di Liga 2 tapi regulasi pemain yang resmi nanti seperti apa, kemudian jumlah pertandingan seperti apa, pembagian grup seperti apa, sistem kompetisi seperti apa, sampai saat ini belum ada kepastian.
Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan tim dan mengantisipasi segala perubahan situasi yang ada. Kita bersyukur Persebaya mempunyai klub internal yang hebat sehingga kita punya basis pembentukan fondasi yang kuat tinggal hanya menambah satu, dua pemain saja.
Apakah Jawa Pos tidak merasa rugi dengan beban hutang Persebaya?
Kalau merasa rugi tentu tidak diambil. Kita harus menyadari bahwa hutang Persebaya itu mayoritas, hampir semuanya untuk pemain. Menurut saya itu adalah kewajiban. Ini bukan hutang yang gak masuk akal. Ini hutang yang sangat masuk akal dan bisa dihitung secara bisnis.
Kalau dipertimbangkan ini manusiawi karena ini tanggung jawab moril. Menurut kami, tidak ada istilah untung rugi. Kalau sudah ngomong olah raga sudah tidak bicara untung rugi, mas. Orang gila semua di olah raga ini. Makanya saya tidak bilang ini tim yang menguntungkan. Saya bilang ini tim yang sustainable. Sustainable dan untung agak beda. Tanya seluruh pengurus olah raga di Indonesia, bisa membedakan gak untung dan sustainable.
Kalau sponsor utama dari Jawa Pos sendiri atau pihak luar?
Kita sedang berbicara dengan beberapa pihak. Kita bersyukur karena Persebaya begitu aktif meskipun tidak bertanding. Tapi kalau kita baca berita-berita atau segala hal tentang sepak bola, Persebaya ini termasuk yang paling banyak dibicarakan meskipun tidak bertanding.
Beberapa bulan lalu, begitu sadar Jawa Pos akan mengelola Persebaya sebenarnya yang menawarkan sponsor lebih banyak. Cuma kita ingin, sekali lagi tadi sudah saya bilang, kita tidak semerta-merta menerima sponsor karena uangnya. Kita harus melihat prospeknya seperti apa, value yang diberikan Persebaya ke sponsor harus seperti apa, jadi tidak sekedar menerima.
Kita harus memikirkan juga profesionalismenya, lalu efek sponsorship itu harus kita pertimbangkan, karena itu cara untuk bisa sustainable. Kalau ingin profesional harus begitu ya. Klub ini harus memberi apa kepada sponsor bukan sponsor memberi apa ke klubnya. Itu filsafat bisnis olah raga yang mungkin sangat langka dipikirkan.
Apakah akan menggarap sektor pelajar seperti DBL?
Saya rasa kalau kita bicara sepak bola kita tidak bisa bicara pelajar, perempuan. Semua. Jadi penggemar Persebaya itu sudah sejak kecil di-brainwash jadi Bonek sampai yang sudah bisa jalan Bonek juga ada. Jadi kita harus bisa bagaimana mengakomodasi semua kebutuhan. (iwe/bim)