EJ – Persebaya meraih hasil maksimal pada turnamen pramusim pertamanya, Dirgantara Cup 2017. Meski persiapan tim sangat tidak ideal dimana Persebaya hanya punya waktu kurang dari 2 bulan untuk persiapan, namun tim Bajul Ijo mampu keluar sebagai juara.
Pada partai final, anak asuh Iwan Setiawan mampu menghentikan perlawanan Cilegon United dengan skor 2-0. Kemenangan Green Force di partai puncak sekaligus membalaskan kekalahan pada fase grup. Lalu bagaimana cara coach Iwan meredam laju baja Cilegon di babak final? Berikut EJ punya ulasannya.
Coach Iwan Turunkan Tim Terbaik di Final
Setelah partai final, terjawab sudah mengapa Iwan Setiawan memilih melakukan rotasi ketika menghadapi Cilegon United di matchday 3 fase grup. Tampil dengan pemain lapis dua, kala itu Persebaya harus mengakui keunggulan Cilegon United dengan skor tipis 1-2.
Kembali menghadapi lawan yang sama pada babak final, coach Iwan tak ingin ambil resiko dengan langsung menurunkan tim terbaik sejak menit pertama. Kebijakan pemutihan kartu juga sangat menguntungkan Persebaya karena pemain yang diprediksi absen di babak final akibat akumulasi kartu seperti Abdul Azis bisa menghuni skuad utama.
Kembalinya Abdul Azis mengisi pos bek kanan memang menghadirkan keamanan di sektor belakang, sekaligus menambah daya gedor penyerangan. Abdul Azis melengkapi trio M. Syaifudin – Andri Muliadi – Mat Halil yang mengisi posisi empat bek dalam formasi 4-2-3-1 andalan coach Iwan. Turun dengan kombinasi bek terbaik, kiper utama Dimas Galih pun bisa tampil lebih tenang dan percaya diri.
Di lini tengah, duet Misbakul Solikin dan Sidik Saimima tetap menjadi pilihan utama sebagai “dinamo” Persebaya. Untuk mendobrak pertahanan Cilegon, coach Iwan menempatkan Oktavianus Fernando, Rendi Irwan dan Thaufan Hidayat sebagai penopang Rachmat Afandi yang berdiri sebagai striker tunggal.
Sedikit kejutan adalah masuknya Thaufan Hidayat pada starting eleven. Thaufan dipilih untuk menggantikan Siswanto atau Irfan Jaya yang biasanya menjadi langganan pengisi pos sayap kiri. Karakter Thaufan yang bisa membantu pertahanan dipilih untuk meredam agresivitas pemain-pemain sayap Cilegon United.
Bermain Efektif dan Disiplin
Persebaya nampak benar-benar sudah belajar dari kesalahan yang dilakukan saat kalah dari Cilegon di babak penyisihan Grup B. Di partai final, pemain bermain sangat disiplin dan efektif. Kesalahan-kesalahan kecil seperti yang terjadi pada pertemuan pertama tidak terjadi lagi.
Duet M. Syaifudin dan Andri Muliadi bermain kompak. Khusus untuk Syaifudin, bek muda ini mendapat nilai plus karena sundulannya memanfaatkan umpan tendangan sudut Misbakul Solikin pada menit ke-34 mampu memecah kebuntuan. Sementara di posisi full-back, Abdul Azis dan “Abah” Mat Halil juga tampil apik saat membantu pertahanan dan penyerangan.
Seperti yang sudah sempat EJ ulas sebelumnya, kunci permainan Persebaya terletak pada duet gelandang tengah yang diisi oleh Sidik Saimima dan Misbakul Solikin. Sidik bermain taktis di laga final dengan tekel-tekel akurat yang mampu memutus serangan Cilegon. Determinasi Sidik di lapangan tengah pun meringankan tugas Solikin yang bertindak sebagai kreator serangan serta pengatur tempo permainan.
Permainan efektif lewat umpan-umpan pendek-cepat terihat pada gol kedua Persebaya di menit ke-40 yang dicetak oleh Oktavianus Fernando. Mendapat bola dari lini tengah, Rendi Irwan bergerak merangsek ke pertahanan Cilegon United. Dikawal 4 pemain lawan, pemain mungil bernomor 12 itu secara jitu memberikan umpan chip kepada Oktavianus Fernando. Lesatan Oktav ke pertahanan Cilegon tak bisa dikejar oleh bek lawan. Placing ringan Oktav membuat Green Force unggul 2-0 sebelum jeda.
Di babak kedua, Persebaya tetap bermain disiplin guna mengimbangi Cilegon yang kian gencar memberikan gempuran. Rachmat Afandi nyaris saja menambah keunggulan Persebaya jika tendangannya tidak terkena tiang gawang. Berkat kedisplinan tinggi, pemain-pemain Persebaya mampu mempertahankan keunggulan hingga peluit panjang dibunyikan. Persebaya pun juara. Sebuah awal yang bagus untuk Green Force. (rvn)