Sebar Cinta Bonek Pada Semua

Iklan

“Bonek iku opo, isok’e mek nggawe resek tok. Buyarno ae Persebaya timbangane ngerugino wong liyo.” (Bonek itu apa, bisanya hanya buat kerusuhan saja. Buyarkan saja Persebaya daripada hanya merugikan orang lain).

Mungkin kenyang sudah kita dengan menu wajib sehari-hari kala lalu. Awalnya acuh dengan cercaan demi cercaan meski tak semua itu benar adanya. Tak semua sesuai fakta di lapangan dan tak berdasar apa yang tersiar di media-media yang terlihat sengaja memanfaatkan nama besar Bonek agar ratingnya naik pesat. Keluhan-keluhan buruk dari mereka yang “teraniaya” tentang sebab-akibat yang kita perbuat menggumpal dan menyentuh-Nya. Mungkin bisa disebut doa “teraniaya” yang terkabul, bagi mereka yang sengaja atau tidak kita rugikan dengan sikap yang kita anggap itu benar.

Bisa diisyaratkan hukuman dari “langit” benar menimpa kita khususnya, penebusan dosa-dosa kecil yang membesar atas kesalahan-kesalahan dari akibat yang kita anggap benar dan memang sebuah ironi ketika berimbas Persebaya yang kita cintai tanpa batas harus didzolimi secara sistematis dan dipaksa mati oleh kesewangan penguasa yang sejujurnya tak pernah memahami kami secara utuh.

“Gak terimo Persebaya ku mbok patheni, lawan!” (Tidak terima Persebaya kami kalian matikan, lawan!).

Iklan

Kenggerundelan dan teriakan-teriakan yang awalnya tanpa sadar di dalam hati menggerakkan untuk bersatu menggenggamkan tangan ke atas sebagai sebuah sinyal perlawanan. Sebuah perlawanan sengit dan rumit, menguras segala ketidakmampuan yang terus menggebu-gebu. Perjuangan yang sekaligus membuat kami berkaca diri tentang tindak apa selama ini yang sudah kami beri. Yang ternyata perjuangan itu melunakkan dan menggerakkan hati tuk sedikit mengikis dosa-dosa masa lalu.

Sebuah prestasi anomali tersendiri bagi kami di tengah gencarnya “pembunuhan” stigma Bonek ketika sedang menjalani pertarungan mengembalikan Persebaya. Hampir tidak ada kerusuhan massive dan bombardir negatif headline khusus yang biasanya jadi ritual bagi media lakukan atas sekecil apapun kesalahan kami.

Sebuah hal yang tak bisa dicerna oleh akal normal. Di antara sisi-sisi perjuangan, ternyata justru terus bergulir pengikisan dosa dengan bergiat “menyapa” masyarakat dengan kecintaan yang sedikit demi sedikit menunjukkan wajah Bonek yang hakikatnya adalah cinta. Sangat paham dan memaklumi, meski kami bertindak baik pun banyak orang yang melupakannya. Juga ketika hal buruk kami timpa, tak sedikit orang yang tak akan pernah melupakannya.

Kemasan stigma teracun oleh racun-racun media yang terlanjur melekat di mindset jadi tantangan semua Bonek tuk menepis bahwa tak semua yang tersiar itu kami dalangnya. Tidak, tidak semua. Beri kami kesempatan berproses untuk menunjukkan semuanya.

Kami sadar bahwa kesadaranlah yang menjadikan kita sadar. Kesadaran yang menggerakkan untuk terus bergerak demi derajat yang lebih tinggi, meski kami tak berniat mengarap sedikit pun tuk jadi derajat yang tertinggi.

Perlahan hitam itu sudah kami putihkan. Jalan masih panjang, kesempatan demi kesempatan yang terus kami asa untuk membongkar tumpukan keburukan mengakar dan ekstra keras merubahnya dengan kebaikan berkelanjutan. Biarkan kami berproses, mengalir seperti air meski bebatuan abstrak terus berusaha merintangi. Beri Bonek kepercayaan tuk membalikkan luka telapak yang sangat berat ini. Bonek tidak akan menyia-nyiakannya, kami akan tebus dosa itu.

Hai Bonek, ayo bersama buat masa kelam lalu jadi sebuah titik balik dan membuka sebelah mata mereka dengan senyum-senyum cinta yang berbalut kasih sayang. Janjilah dengan segala tindak lakumu di dalam hati. Kita adalah wajah yang sesungguhnya, wajah sejati yang tak pernah ingkar dengan janji.

Dengan izin kepada yang telah menakdirkan kita menjadi Bonek, niat insun bersama pelan-pelan kita suguhkan cinta-cinta Bonek dimanapun kita berada, kapan pun kita tersedia, kepada siapapun dengan segala gelora. Kita pasti mampu, kita pasti bisa menjawab semua tantangan-tantangan yang antri panjang untuk dihadapi. (*)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display