Laga Tanpa Penonton dan Matinya Sponsor

Laga Persebaya vs PSBI di SSA, Bantul.
Iklan

Entah dosa apa yang dilakukan Persebaya di waktu lalu sehingga keadaan bisa seperti saat ini. PSBI Blitar seharusnya menjamu Persebaya pada Mei, tepatnya 6 Mei 2017. Tetapi dengan alasan perizinan, laga itu baru terlaksana 11 Juli 2017 yang dilangsungkan di Bantul tanpa penonton. 

Belum selesai di situ, nasib Persebaya kembali merana. Kabar yang beredar, Persinga Ngawi akan menjamu Persebaya juga tanpa penonton dengana lasan perizinan keamanan.

Persebaya sendiri baru kembali diakui federasi pada 8 Januari 2017 saat kongres PSSI di Bandung. Merangkak membentuk tim dan berlaga di Liga 2 ada saja yang menjadi kerikil jalan Persebaya. Sebelumnya dan sampai saat ini, perizinan pemakaian Gelora Bung Tomo belumlah lancar. Ditambah faktor semua klub yang tergabung satu grup susah mendapatkan perizinan.

Masa Lalu Bonek

Iklan

Bonek juga sangat dirugikan karena tidak bisa mendampingi tim kesayangannya berlaga. Bonek tidaklah suci, cerita kelam masa lalu adalah sebuah fakta sendiri. Dan itu sudah Bonek sadari bahwa ada lembaran hitam di belakang mereka. Torehan lembaran-lembaran emas seakan hilang oleh beberapa catatan hitam. Akan tetapi generasi sudah berbeda, masa lalu dijadikan pembelajaran. Tidak instan memang tapi bisa dilihat ada perubahan besar pada Bonek.

Hal perizinan tuan rumah sudah pasti terkait kapasitas stadion dan juga rencana kedatangan ribuan Bonek. Hal ini menjadi trauma bagi aparat dan masyarakat kota setempat. Bisa dimaklumi karena masa lalu. Tetapi apakah akan seperti ini terus?Perubahan telah terjadi, media telah mengabarkan bahwa Bonek sudah berubah. Dalam internal Bonek sendiri sudah berkampanye positif secara masif di dalam stadion dan di luar stadion.

Begitupun hubungan Bonek dengan aparat keamanan dalam hal ini kepolisian Surabaya sangatlah baik. Berbagai perbedaan pandangan dan pendapat diselesaikan di meja dengan diskusi dan pencarian jalan terbaik. Jalan terbaik bukan berarti member ikepuasan pada semuanya, tetapi bisa memberi kenyamanan pada semua. Komunikasi keduanya adalah kunci penyelesaian.

Tidak ada salahnya pihak keamanan dari beberapa kota yang akan menjamu Persebaya belajar pada kepolisian Surabaya. Standar pengamanan memang ada tetapi tetaplah menyesuaikan dengan keadaan lapangan. Pertandingan sepakbola tanpa penonton selalu akan kehilangan roh olahraga yang menjunjung tinggi sportifitas itu sendiri.

Matinya Sponsor

Sepakbola industri yang sedang merangkak tentu saja membawa perubahan dalam semua hal organisasi sebuah klub sepakbola. Tidaklah kecil untuk menjalankan roda klub sepakbola mengarungi sebuah kompetisi profesional. Gaji pemain, official dan biaya menjalankan partai home maupun away adalah kewajiban manajemen klub. 

Dana dari sponsor dan pemasukan tiket serta penjualan merchandise adalah beberapa yang dikejar oleh bagian keuangan klub.

Jika dikaitkan dengan permasalahan Persebaya saat ini, sponsor tim yang bertanding tanpa penonton tentu menjadi pihak yang dirugikan. Baik klub tuan rumah maupun Persebaya itu sendiri. Klausul kontrak dengan klub dipastikan ada pasal-pasal dimana diantaranya adalah pertandingan disiarkan televisi, estimasi jumlah penonton hadir di stadion tiap game dan lain sebagainya. Sponsor masuk ke klub juga bukan hanya untuk mengeluarkan dana saja m, pastinya ada hitungan bisnis yang saling menguntungkan.

Tidakkah dalam hal pertandingan tanpa penonton merupakan sebuah pelanggaran atau pencederaan sebuah klub terhadap sponsornya? Sponsor telahdi for matikan secara perlahan oleh operator liga didukung oleh kepolisian setempat. Kenapa operator liga karena merekalah yang memberi keputusan pertandingan tanpa penonton.

Tanpa menafikan tentang pencegahan atau preventif tetapi melarang Bonek menyaksikan Persebaya bermain dengan alasan keamanan juga bukan hal yang baik. Masih ada jalan lain yang bisa dikomunikasikan dan ditaati bersama. Surabaya bisa menjadi contoh. Tugas utama pihak kepolisian adalah menjamin pertandinganaman dan lancar serta memberi keamanan dan kenyamanan suporter dalam menyaksikan pertandingan. Bukan malah melarang suporter datang hanya karena trauma masa lalu. Jika itu yang jadi dasar sampai kapan hal ini akan berakhir?

Semua juga untuk menjaga kelangsungan hubungan baik antara klub dengan sponsor yang ada. Klub tanpasponsor atau sponsor menarik diri akan mematikanklub. Klub mati yang rugi juga masyarakat setempat dimana klub berada. Surabaya merasakan saat Persebaya dimati surikan oleh federasi bertahun-tahun.

Klub tuan rumah dan Persebaya sebagai tamu sudah semestinya secara bersama mengajukan protes keras kepada operator liga. Janganlah mau bermain tanpa penonton. Adalah hak setiap klub untukmenyampaikan pendapatnya.Semua stakeholder sepakbola berhak menikmati sebuah permainan di lapangan atau stadion. Sepakbola bermartabat yang dicanangkan federasi adalah acuan yang baik.

Untuk operator liga turunlah ke daerah jangan cuma mendapat laporan terkait tidak turunnya ijin. Analisa dan carilah akar masalah yang ada sehingga tidak hanya memberi rekomendasi pertandingan tanpa penonton. Bekerjalah karena Liga 2 juga bukan liga anak tiri dari PT Liga Indonesia Baru.

Kembalikan ruh sepakbola dalam stadion dengan atmosfir teriakan ribuan suporternya mendukung masing-masing klub. Semua akan diuntungkan baik yang di dalam stadion maupun di luar stadion. Sepakbola adalah milik dan hiburan masyarakat. (*)

Penulis: Bimbim

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display