Persebaya berhasil mengalahkan Martapura FC dengan skor 2-0. Kemenangan ini seolah membalaskan dendam kekalahan menyakitkan Persebaya atas Martapura di putaran pertama. Hasil ini patut disyukuri karene memperbesar peluang Persebaya lolos ke babak 16 besar.
Namun ada “noda” kecil yang mengiringi kemenangan Persebaya. Tindakan tidak sportif dilakukan sebagian Bonek berupa aksi pelemparan botol ke arah bench yang ditujukan kepada para pemain Martapura.
Pelemparan itu dipicu sikap provokatif para pemain Martapura sejak babak pertama. Di awali dengan insiden antara Abdul Azis dan Erwin Gutawa. Tandukan Erwin di akhir babak pertama membuat Abdul Azis tersungkur. Wasit Yudi Prasojo langsung mengeluarkan kartu merah untuk Erwin.
Insiden ini memicu pelemparan botol minuman. Bonek yang ada di tribun barat dan VIP berusaha melempari Erwin dan bahkan bench pemain Martapura. Aksi pelemparan juga berlanjut saat para pemain Martapura menuju kamar ganti saat istirahat babak pertama. Pihak aparat sampai harus melindungi pemain Martapura dengan tameng agar bisa masuk ruang ganti.
Aksi pelemparan terjadi lagi di babak kedua. Dan malah lebih parah. MC Persebaya, Sutaji Arman, sampai harus meminta penonton berhenti melakukan pelemparan. Sepanjang babak kedua, tindakan pelemparan sering dilakukan.
Memang, beberapa hari jelang laga berlangsung, suasana panas menyelimuti pertemuan kedua tim. Hal itu dipicu kekalahan kontroversial Persebaya di Martapura. Inilah bumbu-bumbu yang menyebabkan suasana pertemuan kedua tim sangat panas. Tak heran jika ada insiden di lapangan yang melibatkan pemain kedua tim, langsung memancing amarah Bonek.
Martapura memang provokatif, namun tindakan pelemparan botol juga tidak dibenarkan. Aksi ini mencederai sportivitas yang sedang digalakkan semua stakeholders Persebaya. Di samping itu, aksi pelemparan bisa berujung sanksi dari PSSI. Sanksi bisa berupa denda atau bahkan pertandingan tanpa penonton. Jika sudah begini, tentu yang dirugikan Persebaya.
Penulis tidak sedang membela aksi provokatif Martapura, namun hanya berharap agar Bonek tidak mudah terpancing dengan tingginya tensi pertandingan. Penulis juga meminta Bonek tidak melakukan aksi pelemparan lagi. Kita serahkan semua kepada wasit dan PSSI. Biarkan mereka memutuskan sanksi apa untuk sikap provokatif pemain Martapura. Memang wasit dan PSSI kita belum ideal sebagai pengadil dan regulator. Namun apakah kita berhak mengklaim diri sebagai suporter ideal jika kita masih saja melempari pemain lawan saat terprovokasi? Mari instropeksi diri agar ke depannya tidak ada lagi aksi pelemparan kepada pemain lawan.
Masa depan Persebaya di sepak bola nasional masih panjang. Persebaya belum bertemu tim-tim rival klasik dengan atmosfer pertandingan yang pastinya jauh lebih panas. Jika kita tidak bisa mengontrol diri mulai sekarang, bagaimana saat Persebaya bertemu tim-tim rival di masa yang akan datang? Ingatlah juga jika banyak anak kecil yang datang ke stadion malam itu. Tentu kita tidak ingin anak-anak kita melihat aksi-aksi kekerasan. Ajari mereka arti sportivitas dengan tidak melakukan aksi pelemparan. Marilah kita menjadi suporter yang baik karena kita bagian dari masyarakat yang beradab. Semoga bisa!