Rabu, 16 Agustus 2017, saya bersembilan sebenarnya sudah membeli tiket di ticket box. Namun yang membawa tiket hanya tiga orang, sementara enam tiket lainnya dibawa teman saya yang apesnya kemarin terjebak macet. Dan ia tertinggal jauh. Kemungkinan sampai GBT setelah babak kedua.
Di sini jasa calo tiket mendadak berguna meskipun terpaksa harus beli tiket lagi. Kami pun terpaksa membeli tiket di calo. Namun yang gak wajar, kami membeli 5 tiket jika dengan harga Rp 40.000 harusnya bayar Rp 200.000, tapi ini hanya dikasih harga Rp 175.000.
Harga tiket itu akhirnya sama dengan yang asli. Namun, tiket tidak diberikan secara rentengan namun sudah dipotong satu-satu. Setelah diberikan, tiket tersebut dipegang teman saya. Rasanya aneh karena tiketnya tipis dan lemes banget. Karena ia pegang tiket yang asli maka dibandingkan antara tiket asli dan tiket yang dibeli di calo. Ternyata benar. Yang palsu kertas lebih tipis dan jika dipegang lemes banget. Tiket yang asli ada garis potong atau garis buat disobek sementara yang palsu gak ada alias rata.
Dari situ kami langsung mencari calo tersebut karena sadar tiket yang kami beli palsu. Untung belum jauh dan ia sedang melakukan transaksi dengan 3 bocah dan tiket yang dijualnya dihargai Rp 40.000. Kasihan…
Teman saya akhirnya cuma memegang dan membawa calo itu menjauh. Kami meminta uangnya dikembalikan. Teman saya membawanya pergi menjauh karena calo itu merengek jika ia juga kulakan tiket dan butuh makan. Rengekan si calo membuat teman saya kasihan. Karena bisa saja ia dipukul di tempat karena sudah ketahuan menipu. Karena jika ketahuan banyak Bonek, ia bisa dipukuli. Teman saya kasihan dengan nasib istri dan anak-anaknya di rumah jika hal itu terjadi. Kami hanya meminta uangnya dikembalikan. Setelah itu calo tersebut kabur lari menjauh dari kami.
Untuk bahan pembelajaran, mending beli tiket asli di ticket box yang sudah tersedia. Kalau pun terpaksa beli di calo, diteliti lagi. Percuma beli kalo tiketnya palsu karena gak bisa di –scan dan gak bisa masuk. Kasihan kalau yang beli pelajar yang masih kecil-kecil. Mereka mungkin nabung buat beli tiket yang gak murah tapi harus terkena tipu juga. (*)
*) Rachma, Surabaya